Kenapa Rumah 'Propaganda' Rusia di Berlin Masih Beroperasi?
26 Juni 2025Sebuah bangunan megah berlantai tujuh di jantung ibu kota Jerman, tepatnya di Friedrichstrasse, tengah menjadi sorotan tajam dan bahan perdebatan sengit di Berlin: "Russisches Haus” atau "Rumah Rusia”, peninggalan dari masa lalu ketika hubungan Jerman dan Uni Soviet masih harmonis.
Diresmikan pada tahun 1984, bangunan seluas hampir 30.000 meter persegi itu awalnya ditujukan untuk merayakan persahabatan antara Jerman Timur dan Uni Soviet, lewat konser, pemutaran film, pembacaan buku, dan toko buku kecilnya sendiri.
Hingga kini, pihak pengelola mengklaim bahwa mereka dimandatkan untuk mempromosikan persahabatan antarnegara. "Russisches Haus adalah kedutaan budaya Rusia di jantung kota Berlin,” demikian pernyataan situs resmi Kedutaan Besar Rusia di Jerman.
Namun, tidak sedikit kritikus yang menuding kegiatan di sana, yang menurut klaim resmi dikunjungi sekitar 200.000 orang setiap tahun, lebih banyak menjadi corong propaganda Rusia di bawah pemerintahan Vladimir Putin.
Sabun berbentuk tank
Media lokal Berlin kerap melaporkan penyelenggaraan acara yang kontroversial di dalam gedung itu. Salah satunya adalah pemutaran film tentang Holocaust, yang menggambarkan warga sipil Ukraina sebagai Nazi.
Politisi Partai Hijau di parlemen federal Jerman, Robin Wagener, bahkan menyebut bahwa orang tua bisa membeli sabun untuk anak-anak berbentuk tank di Rumah Rusia. Kepada Deutsche Welle (DW), Wagener menyatakan, "Sudah waktunya kita menyadari bahwa ini bukan kerja sama budaya timbal balik, melainkan propaganda perang Rusia di Jerman.”
Tanah Jerman, dioperasikan oleh Rusia
Rumitnya, lahan tempat berdirinya gedung tersebut masih dimiliki pemerintah Jerman, namun dioperasikan oleh badan pemerintah Rusia, Rossotrudnitschestwo — atau secara resmi: Badan Federal untuk Urusan Negara-negara CIS, Warga Rusia di Luar Negeri, dan Kerja Sama Kemanusiaan Internasional. Lembaga ini bertugas menyebarkan bahasa dan budaya Rusia ke luar negeri, dan saat ini menjalankan 73 pusat kebudayaan di 62 negara.
Namun sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, Rossotrudnitschestwo masuk dalam daftar sanksi Uni Eropa. UE menyatakan bahwa lembaga ini berupaya membentuk persepsi publik bahwa wilayah pendudukan Ukraina adalah bagian dari Rusia. Kepala dan wakil kepala Rumah Rusia diketahui secara terbuka mendukung agresi militer Vladimir Putin terhadap Ukraina.
70.000 euro pajak tanah
Meski demikian, pemerintah Jerman tetap menggratiskan pajak tanah tahunan sebesar 70.000 euro untuk aset Rusia tersebut. Hal ini merujuk pada perjanjian bilateral tahun 2013 antara Jerman dan Rusia mengenai properti lembaga kebudayaan. Wagener kini menuntut agar dalam pembahasan anggaran yang akan datang, keringanan pajak bagi instansi Rusia dihapus dari anggaran negara.
Menurutnya, perjanjian itu dibuat dalam semangat pertukaran budaya timbal balik yang kini tak lagi berlaku. "Rusia terus meningkatkan eskalasi konflik. Situasinya makin memburuk. Landasan dari perjanjian budaya ini adalah untuk saling bertukar secara budaya dan ilmiah,” tegasnya.
Dilema pemerintah Jerman
Belum jelas, apakah desakan menertibkan pajak aset Rusia di Jerman akan ditanggapi serius oleh pemerintah. Pemerintah di Berlin sejauh ini diketahui berhati-hati dalam menyikapi isu "Russisches Haus”, lantaran khawatir Rusia akan membalas dengan menutup Goethe-Institut di Moskow — pusat kebudayaan Jerman yang memainkan peran penting dalam diplomasi budaya luar negeri.
Pemerintah Jerman juga menyatakan bahwa pihak Rusia memiliki kekebalan diplomatik di dalam gedung tersebut. Dalam tanggapan atas pertanyaan resmi Wagener, pemerintah menjawab bahwa "Negara Federal Jerman membayar pajak properti untuk bangunan yang berada di atas lahan miliknya, berdasarkan kewajiban hukum dari perjanjian properti bilateral 2013 terkait institusi kebudayaan, " menurut kesepakatan yang diteken sebelum aneksasi Krimea oleh Rusia.
Siapa wakili budaya Rusia?
Meskipun menghadapi hambatan diplomatik, Wagener tetap menyerukan penutupan Rumah Rusia. Dia menegaskan bahwa promosi budaya Rusia seharusnya datang dari komunitas sipil independen, termasuk para seniman dan aktivis Rusia yang kini tinggal di Jerman karena mengalami represi di tanah airnya.
"Saya rasa, rumah budaya Rusia ini tidak lagi layak sebagai perantara budaya. Jika seseorang benar-benar ingin memahami budaya Rusia, dan saya sangat mendukung hal ini, maka kita bisa menemukannya dalam pertemuan-pertemuan sipil yang diselenggarakan oleh orang-orang yang kini tinggal di Jerman karena mereka tidak lagi bisa mengekspresikan kebudayaan mereka secara bebas di Rusia.”
Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Jerman
Diadaptasi oleh Rizki Nugraha
Editor: Agus Setiawan