Kemerdekaan Kosovo dan Pemilu di Pakistan
19 Februari 2008Kemerdekaan Kosovo dapat dikatakan akan menjadi ujicoba ketahanan bagi UE. Demikian pendapat harian RHEIN ZEITUNG yang terbit di Koblenz. Selanjutnya dapat dibaca: "UE kini harus menciptakan prasyarat bagi Kosovo yang stabil dan demokratis. Kepentingan warga Albania harus diperhatikan tanpa membuat warga Serbia merasa tertampar. Itu butuh waktu dan uang."
Sedangkan harian Austria DIE PRESSE yang terbit di Wina menulis: "Sementara PM Kosovo Hashim Thaci meyakinkan para anggota parlemen di Pristina, bahwa negara-negara Eropa akan berturut-turut mengakui eksistensi negara termuda itu, di Brussel terjadi silang pendapat. Itu tidak mengherankan, karena sebelum pertemuan para menteri luar negeri UE pun sudah dapat disimpulkan, dalam soal kemerdekaan Kosovo, perhimpunan negara-negara Eropa ini tidak kompak."
Harian JYLLANDS POSTEN di Århus, Denmark menilai ketidak-kompakan UE mencerminkan kondisi yang menyedihkan. Yakni untuk mengetahui bahwa para menlu UE berbicara tanpa menentukan sikap, padahal proklamasi kemerdekaan Kosovo tidak terjadi secara mendadak. Selanjutnya harian ini menulis: "Ketidak-kompakan UE boleh dikatakan merupakan hadiah bagi Rusia yang berupaya meretakkan UE. Untuk kasus Kosovo tidak ada penyelesaian yang mudah. Hanya tidak boleh diragukan, bahwa yang terbaik bagi Eropa adalah bersama-sama memberikan pengakuan bagi negara baru itu."
Bagaimana suara di Serbia? Harian POLITIKA yang terbit di Beograd menganggap UE hanyalah mengekor AS: "Sejak pertengahan tahun 90-an UE mengikuti politik yang dijalankan Washington. Sampai sekarang. Ini terbukti dengan pengakuan yang diberikan negara-negara besar UE bagi proklamasi kemerdekaan secara ilegal oleh provinsi selatan Serbia itu, yang didalangi oleh AS. Walaupun apa yang disebut sebagai proyek perdamaian itu muncul dari pemikiran untuk mengatasi pengalaman buruk dari PD II, kini UE sendiri mendukung munculnya sebuah negara yang bertumpu pada kekerasan dan pembersihan etnis."
Beralih kita ke topik pemilu di Pakistan. Harian Italia LA REPUBBLICA yang terbit di Roma menulis judul "tampak jalan keluar dari gejolak di Pakistan". Selanjutnya dapat dibaca: "Sejak tempat pemberian suara ditutup, terlihat jalan keluar dari keadaan tidak menentu yang mengancam akan menenggelamkan Pakistan. Setelah 9 tahun kekuasaan militer, negara itu akan memiliki parlemen terpilih -bagaimanapun caranya- dan pemerintahan yang lebih disukai dan lebih sah daripada Presiden Musharraf sekarang ini. Seandainya pun pemilu itu merupakan referendum mengenai pribadinya, maka artinya orang kuat di Pakistan itu mengalami kekalahan."
Sedangkan harian Spanyol ABC yang terbit di Madrid menulis: "Dalam pemilu di Pakistan semua pihak kalah. Pemungutan suara tetap dilakukan walaupun diwarnai kekerasan Islam yang radikal. Semua calon boleh dikatakan anti Presiden Pervez Musharraf, yang tetap ingin berkuasa. Alasannya untuk menjaga stabilitas politik dunia dan kepentingan dunia barat.
Partai mana yang memperoleh suara paling banyak dalam pemilu itu, hanyalah faktor nomor dua. Yang lebih penting lagi adalah untuk mengetahui, sejauh mana jangkauan dari kekalahan, yang mungkin bukan hanya diperkirakan oleh rakyat Pakistan sendiri, melainkan juga oleh pihak barat."