Kemenangan Koizumi di Jepang
12 September 2005Harian Inggris The Guardian berkomentar, Koizumi menguasai panggung politik Jepang.
"Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi menang dengan meyakinkan. Padahal ketika ia mengumumkan pemilu dipercepat bulan Agustus lalu, banyak pengamat ragu, apakah ia akan berhasil. Ternyata, para pemilih memberi mayoritas suara yang lebih besar lagi kepada LDP. Jadi Koizumi bisa menguasai panggung politik Jepang. Tapi citra Koizumi sebagai tokoh reformasi terlalu dibesar-besarkan. Privatisasi di Jepang berjalan terlalu lambat. Sekarang pun yang dibahas baru privatisasi sektor pos. Prestasi Koizumi yang sesungguhnya dalam pemilu kali ini adalah, ia berhasil mengembalikan popularitas LDP."
Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung yang terbit di Zurich mempertanyakan, sampai berapa lama popularitas Koizumi akan bertahan. Neue Zürcher Zeitung menulis:
"Para pemilih Jepang jelas-jelas mendukung perubahan. Mereka mendukung kebijakan Koizumi di kalangan partainya, LDP. Pertanyaannya, sampai berapa lama dukungan yang mengesankan ini akan bertahan? Menurut anggaran dasar Partai, Koizumi hanya bisa menjabat sebagai ketua partai satu tahun lagi. Ia sendiri berulangkali menegaskan, akan mentaati aturan itu, Kalau ia sudah tidak memimpin LDP lagi, kekuatan konservatif bisa kembali menguasai partai dan menerapkan gaya politik lama."
Harian Swiss yang lain, Basler Zeitung berpendapat, Koizumi memang berhasil memobilisasi para pemilih yang tadinya sudah jenuh dengan politik.
"Tingginya tingkat partisipasi pemilih menunjukkan, para pemilih memang akhirnya datang ke tempat pemilihan, karena ini menyangkut masa depan mereka. Koizumi berjanji akan membenahi Jepang, yang saat ini merupakan kekuatan ekonomi kedua di dunia setelah Amerika Serikat, agar mampu menghadapi arus globalisasi. Dan ia sudah sering menegaskan, proses ini tidak akan berlangsung tanpa pengorbanan. Memang ada yang menentang kebijakannya. Tapi lebih banyak lagi yang mendukungnya."
Koran Perancis La Tribune membandingkan situasi di Jepang dengan situasi di Jerman. Juga kanselir Gerhard Schröder di Jerman ingin memperkuat posisinya dengan mengupayakan percepatan pemilu. Baik Koizumi maupun Schröder ingin melakukan pembaruan dan perombakan.
"Koizumi berhasil memperkuat posisinya. Dia akan dicatat dalam sejarah Jepang sebagai seorang pemimpin yang berani mendobrak tabu. Ia tentu akan dicatat sebagai salah seorang politisi yang paling populer dalam sejarah Jepang setelah Perang Dunia II. Negara lain yang juga akan menghadapi pemilu adalah Jerman. Negara ini juga punya tradisi panjang. Perubahan sangat sulit dilakukan di sini. Seperti Koizumi di Jepang, Gerhard Schröder di Jerman sedang mencoba melakukan pembaruan dan perombakan. Karena langkah pembaruannya, partainya SPD harus mengalami kekalahan berturut-turut dalam berbagai pemilihan di tingkat negara bagian. Hari Minggu depan, Jerman melangsungkan pemilu yang dipercepat. Ini memang diinginkan oleh Schröder. Posisi Schröder pada minggu-minggu terakhir ini semakin kuat. Padahal bulan lalu, hampir semua pihak meramalkan kekalahannya. Langkah pembaruan tidak harus berarti ancaman bagi karir politik seseorang. Para politisi perlu memikirkan hal itu."
Harian Rusia Kommersant membandingkan situasi Koizumi dengan Schröder dari sudut pandang lain. Kommersant menulis, Koizumi dan Schröder belum ingin meninggalkan panggung politik.
"Dalam pemilu bulan September ini, situasi Jepang dan Jerman agak mirip. Di Jepang, Perdana Menteri Koizumi, yang memimpin kabinet sejak 2001, ingin membersihkan jalan agar bisa memerintah sampai akhir dekade ini. Di Jerman, kanselir Schröder juga kelihatannya tidak cukup puas dengan memerintah selama 7 tahun. Schröder ingin memerintah 4 tahun lagi dan berusaha mempertahankan kekuasaannya yang semakin pudar. Kedua politisi menggantungkan nasib politiknya pada kata 'reformasi'."