Kekerasan Akan Landa Jalur Gaza
23 Desember 2008Berakhirnya gencatan senjata antara kelompok radikal Palestina-Hamas dan Israel di Jalur Gaza menjadi tema komentar harian-harian internasional.
Harian liberal kiri Spanyol El Pais yang terbit di Madrid dalam tajuknya berkomentar :
Para kandidat PM Israel, Zipi Livni dan Benyamin Netanyahu memanfaatkan berakhirnya kesepakatan gencatan senjata, untuk mengancam kelompok radikal Palestina-Hamas dengan aksi pemusnahan. Terlepas dari ancaman baru ini, Jalur Gaza memang sudah sekarat gara-gara blokade ekonomi yang diterapkan Israel dan akan mati pelan-pelan. Sebetulnya inilah saat yang paling tepat bagi Israel untuk mengizinkan penyelamatan Jalur Gaza. Akan tetapi yang lebih penting lagi adalah memperpanjang gencatan senjata. Pemerintahan Israel mendatang, siapapun nanti yang akan memenangkan pemilu, harus mengkaji kemungkinan terciptanya gencatan senjata permanen.
Harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung yang terbit di Frankfurt am Main berkomentar :
Israel mengancam secara terbuka, akan melakukan pembalasan hebat bagi serangan roket yang terus dilancarkan dari Jalur Gaza. Ultimatum terhadap kelompok radikal Palestina - Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza, agar dalam waktu 24 jam menghentikan serangannya, tidak dapat menentramkan siapapun. Banyak pihak meramalkan, kawasan itu berada di ambang putaran aksi kekerasan terbaru. Hamas mengancam akan melancarkan serangan bunuh diri. Memang bagus, jika Mesir kini turun tangan menengahi pemasokan bahan pokok bagi rakyat di Jalur Gaza yang ibaratnya nyaris mati dicekik oleh blokade ekonomi Israel.
Harian Jerman lainnya Kölner Stadt Anzeiger yang terbit di Köln berkomentar :
Jika kelompok radikal Hamas dan pemerintah Israel tidak melanjutkan gencatan senjata yang walaupun hanya lip service itu, ancaman situasi lebih buruk membayangi dari minggu ke minggu. Apakah perang akan pecah lagi? Kedua pihak sebetulnya tidak menginginkan hal ini, karena ongkosnya akan sangat mahal. Akan tetapi hal itu saja tidak akan mencegah berkobarnya perang. Sebab, terkadang harga untuk perdamaian tidak terbayarkan. Terutama jika perdamaian hanya terwujud di atas kertas belaka.
Harian Perancis L'Est de Republicain yang terbit di Nancy berkomentar:
Boleh jadi misa Natal di Bethlehem akan berlangsung di tengah hujan bom. Paling tidak, tahun 2009 kelihatannya akan diwarnai konflik berat, setelah dihentikannya kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Permusuhan dengan cepat kembali berkobar. Juga jika roket-roket yang ditembakan ekstrimis Palestina dari Jalur Gaza hanya mendarat di kawasan yang jarang penduduknya, ancaman dari Tel Aviv amat menakutkan karena militer Israel mengumumkan akan melancarkan aksi militer besar-besaran. Semua itu tdak lain hanya untuk menunjukan sikap tegas dalam masa kampanye menjelang pemilu di Israel.
Dan terakhir harian Perancis lainnya Paris Normandie yang terbit di Rouen berkomentar :
Dalam masa kampanye, para kandidat berlomba-lomba menawarkan programnya. Tapi dalam kasus tertentu hal ini menjadi amat berbahaya. Misalnya, ketika kedua ketua partai terpenting di Israel, Likud dan Kadima sama-sama mengeluarkan ancaman, masalah di Jalur Gaza akan dituntaskan lewat kekerasan bersenjata. Karena itu wajar jika semua pihak merasa tidak tenang.