Jerman dan Perancis Sepakati Perlindungan Iklim
10 Juni 2008Kanselir Jerman Angela Merkel dan presiden Perancis Nicolas Sarkozy pada penutupan pertemuan puncak Jerman-Perancis di Straubing Jerman, mencapai kesepakatan dalam tema perlindungan iklim. Ambang batas emisi karbon dioksida bagi industri otomotif di kedua negara, selama berbulan-bulan menjadi pokok sengketa Jerman-Perancis. Kanselir Jerman, Angela Merkel menyebutkan tercapai terobosan penting. Disebutkannya, kesepakatan ini diharapkan menjadi haluan bagi negara Uni Eropa lainnya.
Kompromi yang dicapai dalam sidang dewan menteri Jerman-Perancis itu menegaskan sasaran ambang batas emisi karbon dioksida yang hendak dicapai Komisi Uni Eropa hingga tahun 2012 mendatang, yakni maksimal 120 gram per kilometer.
Merkel menegaskan :“Kami bersama mendukung sasaran Komisi Uni Eropa, emisi 120 gram karbon dioksida per kilometer pada tahun 2012. Kami mendukung sasaran jangka panjang ini, dan melakukan penelitian mengenai hal itu. Kami menyepakati sebuah kerangka, antara 95 hingga 110 gram. Sekarang kami belum dapat memutuskan apakah itu secara teknis memungkinkan.“
Hingga sasaran ambang batas emisi itu tercapai, disepakati masa transisi yang fleksibel. Dengan itu, keberatan yang diajukan pabrik otomotif Jerman juga diperhatikan. Terutama pabrikan yang memproduksi mobil kelas menengah dan limousin mewah. Kesepakatan Straubing itu, masih harus disepakati oleh negara-negara anggota Uni Eropa lainnya.
Dengan tercapainya kesepakatan perlindungan iklim, terutama hendak ditunjukkan, bahwa Jerman dan Perancis kini kembali mampu bekerjasama. Dalam pertemuan itu, Merkel juga menjanjikan dukungan Jerman bagi Perancis, selama masajabatannya sebagai ketua Dewan Uni Eropa mulai bulan Juli mendatang selama enam bulan. Dalam pertemuan puncak di Straubing itu, Sarkozy juga mempromosikan perluasan pemanfaatan energi nuklir sebagai pembangkit energi. Disebutkannya, menimbang neik drastisnya harga minyak bumi dan gas, pilihan penggunaan PLTN merupakan pemecahan masadepan. Namun Sarkozy juga menegaskan, semuanya dikembalikan kepada keputusan Jerman.
Tema lainnya yang dibahas dalam pertemuan puncak Jerman-Perancis itu antara lain, politik pertahanan dan keamanan Eropa, politik imigrasi serta kesepakatan reformasi Uni Eropa yang disebut kesepakatan Lissabon.
Berkaitan dengan politik pertahanan Eropa, Merkel menegaskan :“Kami hendak memperkuat politik keamanan dan pertahanan Eropa, dengan keyakinan kita mampu memberikan kontribusi bagi kemitraan pertahanan Atlantik. Tantangan baru bagi dewan keamanan dan pertahanan Jerman-Perancis, di masa depan juga tidak akan berkurang. Menjadi kepentingan kita bersama untuk memecahkannya.“
Pertemuan puncak Jerman-Perancis menjelang rotasi masajabatan Perancis sebagai ketua Dewan Uni Eropa di paruhan kedua tahun ini, juga dibayangi awan gelap, berupa kemungkinan penolakan kesepakatan reformasi Uni Eropa dalam referendum di Irlandia.