Jatuhnya dua pesawat komersial Rusia / Skandal penganiayaan AS/ Imbauan Ayatollah Sistani untuk mengakhiri pertumpahan darah di Najaf
26 Agustus 2004Menyusul jatuhnya dua pesawat komersial yang menewaskan 89 penumpang, aparat keamanan Rusia melanjutkan penyelidikan penyebab kecelakaan tsb. Menteri perhubungan Igor Lewitin di Moskow menegaskan, baik kemungkinan serangan teroris mau pun juga kemungkinan masalah teknis atau kesalahan manusia akan diselidiki.
Harian Inggris The Independent menanggapi musibah kedua pesawat tsb:
Kelompok ekstremis Chechnia akan menjadi tersangka utama. Saat ini aparat keamanan menganggap mustahil bahwa penyebabnya adalah gangguan teknis disebabkan oleh pemakaian bahan bakar yang kurang bermutu, perawatan buruk atau terlalu seringnya digunakan pesawat-pesawat tua . Itu komentar yang menyedihkan mengenai situasi di Rusia , dan situasi penerbangan Rusia, bahwa tak satu pun dari keterangan itu dapat menegaskan dengan pasti bahwa penyebabnya bukan karena serangan teroris, sabotase kriminal, kerusakan teknis atau karena pesawatnya sudah terlalu tua.
Sementara harian Rusia Kommersant dalam tajuknya menuduh pemerintah merahasiakan sebab sebenarnya dari musibah tsb. Kami kuitp komentar harian ini:
Mengingat akan diadakannya pemilihan umum di Chehnia pimpinan negara menolak untuk memberikan penjelasan yang tegas. Di Rusia , serangan teroris sekaliber itu hanya dapat dilakukan oleh kelompok pembrontak Chehnia. Tidak mustahil , bom waktu diselundupkan ke dalam pesawat. Sebab di bandar udara bagasi tidak diperiksa seketat seperti penumpangnya dan bagasi kabin.
Harian Rusia lainnya Nowaja Gaseta menuduh kelompok teroris Chehnia bertanggung jawab untuk jatuhnya kedua pesawat komersial tsb.
Chehnia secara de facto bukan lagi bagian dari Rusia. Hubungan antara Rusia dan Chehnia mempunyai tiga wujud, yakni pasukan Rusia menteror warga Chehnia. Rusia mengirim uang ke Chehnia yang menghilang tanpa bekas di sana. Dan Chehnia melakukan serangan teror di Rusia. Perang tidak dapat dimenangkan, bila tidak mengaku adanya perang itu, bila serangan maut para teroris digambarkan sebagai serangan yang ditangkis oleh pasukannya sendiri. Harga yang harus dibayar untuk kebohongan ini adalah nyawa manusia . Termasuk juga nyawa para penumpang dan awak kedua pesawat yang jatuh.
Menurut hasil penyelidikan Pentagon, juga para anggota badan intelijen militer terlibat dalam aksi penyiksaan terhadap para tahanan Irak di Abu Ghraib. Pimpinan tim penyelidik Jendral Paul kern mengatakan, laporan itu mengungkapkan kesalahan besar dan hilangnya nilai-nilai moral. Seperti dinyatakan dalam laporan sebelumnya dari mantan menteri pertahanan James Schlesinger. pimpinan militer di AS ikut bertanggung atas aksi penyiksaan itu.
Harian Swiss Basler Zeitung juga menegaskan bahwa Bush dan Rumsfeld ikut bertanggung jawab. Kami kutip komentar harian ini:
Penuntasan secara jujur skandal penyiksaan oleh Pentagon sendiri , rupanya tidak dapat diharapkan lagi. Itu pun juga tidak mungkin. Sebab kejadian tercela di Abu Ghraib diawali di Gedung Putih. Ketika Presiden George W Bush mengabaikan mekanisme perlindungan tawanan menurut Konvensi Genewa untuk Afganistan dan Guantanamo, ia menciptakan ke-kelabu-an, yang akhirnya menyebabkan situasi di Irak tidak terkendali lagi. Presiden Bush dan menteri pertahanannya Rumsfeld memikul tanggung jawab politik untuk Abu Ghraib .
Dari Baghdad dilaporkan, 25 orang tewas dan sejumlah lainnya luka-luka dalam serangan granat terhadap sebuah masjid di kota Kufa, di mana ratusan pengikut pimpinan Syiah Muqtada El Sadr berkumpul untuk menuju ke kota ziarah Najaf. Sementara ini Ayatollah agung yang sangat berpengaruh Ali Sistani menyerukan untuk berpawai ke Najaf, guna mengakhiri pertumpahan darah.
Harian Austria Salzburger Nachrichten memandang pimpinan Syiah Ali el Sistani sebagai tokoh penting di Irak.
Menurut banyak pendapat, juga dari AS, ayatollah Sistani merupakan tokoh paling berwibawa di Irak pasca perang , dan juga merupakan harapan besar bagi negara itu. Sistani memang bersikap kritis terahadap pemerintahan transisi yang diangkat oleh AS, namun bersedia untuk mendukungnya sampai akhir tahun. Namun el Sistani tidak akan menyetujui pengunduran pelaksaan pemilihan umum bebas yang direncanakan untuk bulan Januari tahun depan. Di bawah pengaruh Sistani masih ada peluang bagi demokrasi di Irak.