Jalur Gaza Harapkan Bantuan Internasional
2 Maret 2009Di Scharm el Sheikh dibahas bantuan bagi Jalur Gaza, setelah wilayah ini hancur digempur Israel. Tidak ada yang dapat dilakukan oleh para korban di Jalur Gaza, selain menunggu dan berharap.
Distrik di bagian timur kamp pengungsi Jabaliya, di bagian Utara Jalut Gaza, sama sekali tidak lagi dapat dikenali. Bangunan perumahan empat tingkat yang dulu terdapat di distrik ini sudah rata dengan tanah. Sejauh mata memandang yang terlihat adalah reruntuhan beton. Mahmud Khader, yang berusia 71 tahun, tinggal disebuah tenda bersama isterinya. Ia bersama keluarga besarnya, selama Israel melancarkan serangan, mengungsi kekawasan tetangganya.
Mahmud Khader bercerita: "Kami bukan pejuang maupun militan. Kami adalah keluarga yang ingin tinggal dikawasannya dengan damai. Di sini tadinya berdiri 12 rumah, milik saya, anak-anak saya dan saudara saya. Di perumahan empat tingkat ini, tinggal antara 140 sampai 170 orang. Semuanya keturunan saudara saya. Mengapa mereka menghancurkannya? Padahal kami tidak melakukan tindak kekerasan, apalagi sebagai pejuang. Kami adalah penduduk sipil. Penyiksaan terhadap kami hendaknya dihentikan.”
Putera Mahmud Khader, Ibrahim yang berusia 40 tahun, menggelengkan kepalanya, ketika ditanyakan, apakah suplai bantuan dari organisasi internasional selama ini, misalnya dari PBB, membuat situasi agak membaik.
“Sejak dimulainya penghancuran, dari hari kehari, situasinya semakin memburuk, mesikipun adanya bantuan. Tapi bantuan yang diberikan sangat minimal dan tidak mencukupi kebutuhan hidup, seperti yang sebelumnya kami miliki. Selain itu, kami sangat tidak menyenangi untuk tinggal di tenda. Ini mengingatkan kami kepada pengusiran dan teringat akan apa yang disebut pembersihan etnis. Jadi meskipun diberikan bantuan, situasinya dari hari kehari semakin memburuk.“ Keluh Ibrahim.
Semua miliknya berupa mebel, komputer anaknya, pakaian, koper dan barang miliknya yang lain, semuanya terkubur di bawah reruntuhan rumahnya . Juga lahan milik keluarga untuk menanam pohan zaitun dan jeruk diporak-porandakan panser Israel.
Mahmud, sang kepala keluarga yang telah tinggal ditempat ini sejak 53 tahun, dari tenda tempat ia ditampung, menyampaikan imbauannya: "Saya menyerukan kepada kekuatan di dunia, kepada publik internasional, kepada negara-negara Eropa, kepada pemerintah Amerika Serikat, agar benar-benar melakukan tekanan terhadap Israel, untuk menghentikan tindak kekerasan kepada kami warga Palestina. Kami tidak dapat meninggalkan desa kami yang porak peranda. Kami akan tetap tinggal di sini sampai rumah kami kembali dibangun. Kami menghendaki, agar Israel mempunyai kewajiban untuk tidak menghancurkan kembali rumah kami. Kami tidak menghendaki, membangun kembali rumah kami, dan kemudian dihancurkan Israel. Kami akan tetap bertahan di tempat kami sekarang berada, dan tidak akan bergeser, sampai rumah kami kembali dibangun.“ (ar)