Israel Tarik Pasukan dari Jalur Gaza
4 Maret 2008Panser Israel telah ditarik mundur dari Jalur Gaza. Senin pagi (03/03), pimpinan militer memberi perintah untuk menarik pasukan. Setidaknya untuk sementara. Operasi militer yang bernama "Musim Dingin Yang Panas" ini berlangsung selama lima hari. 116 warga Palestina tewas, termasuk banyak warga sipil. Lebih dari 350 orang mengalami luka-luka. Kamp pengungsi Jebalia di utara Jalur Gaza hancur oleh bom dan roket pesawat tempur Israel.
Meski begitu, radio milik Hamas merayakan penarikan mundur pasukan Israel sebagai kemenangan. "Tuhan lebih besar dari Olmert dan Barak. Menteri Dalam Negeri Dichter telah gagal. Kaum fasis telah gagal. Sderot, Ashdod dan Ashkelom, wilayah-wilayah dekat Jalur Gaza harus bersiap diri."
Mahmoud Az-Zahar, mantan menteri luar negeri Palestina, yang telah kehilangan dia anak laki-lakinya dalam perang melawan Israel, kembali tampil di hadapan publik setelah sekian lama tidak terdengar. Bersama ribuan pendukung, ia merayakan penarikan pasukan Israel sebagai kemenangan gerakan Hamas.
"Mundurnya pasukan Israel adalah kemenangan besar usai pertempuran lima hari. Kini kemenangan atas Barak dan Olmert tinggal sejengkal lagi."
Maka penembakan roket Palestina terhadap wilayah Israel yang berada dekat perbatasan pun terus berlanjut. Beberapa roket Kassam ditembakkan ke wilayah barat Negev, sementara kota Ashkelom diserang roket jenis Grad. Di Tepi Barat Yordan berlangsung unjuk rasa menentang serangan Israel. Para demonstran melempar batu dan membakar ban mobil di jalanan. Di Yerusalem timur, pengemudi Israel dilempari dengan batu. Kepolisian Israel, polisi perbatasan, dan agen dinas rahasia menangkapi para demonstran tersebut. Di beberapa kota, toko-toko tutup, para murid meninggalkan pelajaran mereka untuk turut berdemonstrasi.
Kejadian ini mengingatkan pada awal mulanya Intifada kedua, akhir tahun 2000. Seperti saat itu, kebangkitan aksi protes tidak hanya ditujukan kepada Israel saja, melainkan juga terhadap pimpinan Palestina di Ramallah. Banyak warga Palestina di Tepi Barat Yordan tidak mau lagi menerima begitu saja terisolirnya para warga di Jalur Gaza.
Di Israel, semakin banyak seruan untuk melanjutkan serangan militer ke Jalur Gaza dan sikap tegas untuk menghadapi aksi kekerasan maupun para demonstran di Tepi Barat Yordan. Politisi Yuval Steinitz mengatakan, militer harus menduduki Jalur Gaza secara militer. Anggota parlemen lainnya menuntut ditutupnya akses masuk dan keluar warga Palestina di Jalur Gaza dan membatasi gerak bebas mereka.
Situasi terakhir di Jalur Gaza akan menjadi tantangan bagi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice, yang akan tiba di wilayah tersebut Selasa (04/03) untuk berbicara dengan pimpinan Israel dan Palestina tentang perundingan damai yang kembali tertunda. (vl)