Israel Putuskan Lanjutkan Serangan
1 Januari 2009Pemerintah Israel menolak usulan pemerintah Perancis untuk mengadakan gencatan senjata selama 48 jam. Perdana Menteri Ehud Olmert mengatakan, Israel tidak memulai operasi militer di Jalur Gaza dan kemudian menghentikannya, saat wilayahnya tetap ditembaki roket oleh Hamas. Itu dikatakan Olmert dalam sebuah sidang kabinet keamanan.
Israel Ingin Hasil
Jika syarat-syarat untuk gencatan senjata sudah terpenuhi dan keadaan keamanan di Israel selatan bisa dijamin, maka ia bersedia untuk mempertimbangkan gencatan senjata. Demikian ditekankan Olmert. Jurubicaranya, Mark Regev menambahkan, Israel ingin melihat ketenangan di selatan yang berjalan untuk waktu lama.
Ia mengatakan, tidak ada gunanya jika sekarang menyetujui gencatan senjata, sementara pekan depan atau bulan depan kembali ada serangan. Pemerintah Israel ingin mencapai hasil, yang memungkinkan warga sipil di Israel selatan tidak lagi harus hidup dalam ketakutan dan serangan roket Hamas. Demikian dikatakan Regev.
Presiden Shimon Peres, yang mengadakan kunjungan ke kota pantai Ashkelon yang ditembaki roket Hamas, juga memberikan pernyataan serupa. "Angkatan bersenjata sudah siap untuk menghadapi semua kemungkinan. Ini bukan perang yang dimulai oleh kami." Peres menambahkan, meskipun demikian Israel juga tidak mau perang ini berakhir tanpa hasil.
Hamas Terima Inisiatif untuk Akhiri Agresi Militer
Rabu, 31 Desember Hamas dan kelompok ekstrimis Palestina lain menembakkan lebih dari 60 roket ke wilayah Israel. Di antaranya juga roket Katjusha, yang antara lain mendarat di kota Beersheba, yang berlokasi sekitar 40 km dari Jalur Gaza. Media Israel melaporkan, dua orang di Ashkelon luka ringan akibat serangan roket.
Segera setelah kabinet memutuskan dilanjutkannya operasi militer di Jalur Gaza, seorang jurubicara Hamas mengatakan, organisasinya bersedia untuk mempertimbangkan usulan-usulan bagi gencatan senjata. Aiman Taha dari organisasi Hamas mengatakan, pihaknya bersedia menerima semua inisiatif yang dapat mengakhiri agresi militer dan membuka blokade.
Pembukaan perbatasan ke Jalur Gaza sudah menjadi salah satu tuntutan, ketika gencatan senjata dirundingkan bulan Juni lalu antara Israel dan Hamas. Tetapi kesepakatan untuk membuka perbatasan ternyata tidak dipatuhi Israel.
Warga Sipil Menderita
Setelah serangan udara Israel, di depan sebuah gedung pertokoan di Jalur Gaza sejumlah remaja membenahi puing-puing. Di depan toko roti sejumlah besar orang mengantri untuk membeli makanan. Koordinator untuk masalah kemanusiaan di PBB, Maxwell Gaylard menyerukan agar pertempuran dihentikan. Ia mengatakan, keadaan di Gaza sangat mengkhawatirkan dan menakutkan bagi orang tua dan anak-anak.
Banyak orang terancam kematian. Cadangan gandum PBB di Jalur Gaza, yang seharusnya dapat memenuhi kebutuhan 750.000 orang, sudah kosong. Jika serangan tidak dihentikan, warga hampir tidak mungkin lagi membeli makanan. Jika meninggalkan rumah bahayanya terlalu besar, termasuk juga untuk memenuhi kebutuhan medis.
Menurut keterangan badan PBB yang mengurus daerah Palestina, sejak serangan udara Israel dimulai sekitar 400 orang tewas. Setidaknya satu dari empat orang yang tewas adalah warga sipil. Jumlah korban luka di Jalur Gaza mencapai 1.900 orang. Demikian keterangan PBB.
Pertemuan Liga Arab
Sementara itu, Liga Arab mengadakan pertemuan di Kairo Rabu kemarin, di bawah pimpinan Arab Saudi. Anggota Liga Arab akhirnya berhasil menyingkirkan sengketa internalnya dan mendiskusikan cara penghentian pertumpahan darah di Jalur Gaza.
Kritik keras dilontarkan terhadap Israel dan serangannya atas wilayah Palestina. Sekretaris Jenderal Liga Arab, Amr Moussa menuduh pemerintah Israel hanya memulai serangan agar memiliki kesempatan besar untuk menang dalam pemilu yang akan segera tiba.
Perpecahan Adalah Penyebab Utamanya
Namun demikian ada juga kecaman terhadap Palestina. Menteri Luar Negeri Arab Sudi Saud al Faisal mengatakan, Palestina yang terpecah antara gerakan radikal Hamas dan organisasi Fatah adalah penyebab utama hingga Israel bisa melancarkan serangan. Perpecahan ini juga menyebabkan kesulitan bagi negara-negara Arab untuk dapat merumuskan balasan terhadap serangan Israel.
Saud al Faisal juga menekankan, perpecahan ini akan terus memungkinkan kemenangan bagi Israel. Ia menambahkan, "Kami mohon pada Tuhan, agar menyatukan saudara-saudara kami di Palestina dan juga semua hati orang Arab. Hanya dengan cara itu, impian rakyat Palestina untuk hidup dalam kebebasan dan kehormatan dapat tercapai."
Pemecahan Masalah
Sangat penting, bahwa Hamas dan Fatah berunding dengan serius. Hasil perundingan kemudian harus melahirkan pemerintahan persatuan nasional. Demikian dikatakan dalam pembicaraan Liga Arab. Selain itu, Presiden Palestina Mahmud Abbas dinilai sangat kurang mengambil tindakan untuk mengakhiri konflik yang sedang berlangsung. Padahal ia adalah presiden bagi seluruh rakyat Palestina. Kritik juga dilontarkan terhadap Dewan Keamanan PBB. Badan dunia itu juga harus mengambil tindakan untuk menyudahi pertempuran yang tidak seimbang. Demikian tuntutan Amr Moussa.
Di samping itu para menteri luar negeri dari Liga Arab mengusulkan pengiriman tentara perlindungan internasional yang ditempatkan di Jalur Gaza. Dalam rangka pertemuan itu diplomat dari negara-negara Arab menekankan, konflik intern bisa diselesaikan. Perundingan para menteri luar negeri di Kairo disertai protes yang dihadiri ribuan orang. Aparat keamanan Mesir menangkap sejumlah demonstran. (ml)