Israel Merasa Dikucilkan
29 Juli 2009Setelah 16 tahun dukungan tak terbatas Amerika Serikat pada Israel, kini ada lagi pemerintah AS yang mencoba memposisikan diri sebagai mediator di Timur Tengah. Dengan utusan khusus, tim dan strategi yang jelas, Presiden Barack Obama ingin agar proses perundingan di Timur Tengah kembali dilanjutkan, demi kepentingan semua orang di kawasan.
Namun politisi Israel berang dan menyesalkan kemunduran dalam hubungan dengan Washington, terlalu banyaknya perhatian pada negara-negara Arab dan presiden AS yang tidak bersedia melakukan kunjungan kenegaraan ke Israel.
Pokok permasalahannya adalah pembangunan pemukiman ilegal di Tepi Barat Yordan wilayah Palestina yang masih berlangsung hingga sekarang. Ini menyangkut kota-kota, desa-desa, mobil karavan, pondok dan ladang-ladang pertanian luas yang dibangun Israel bagi warganya sejak tahun 1967 di wilayah pendudukan.
Itu berarti, tuntutan AS agar pembangunan segera dihentikan, langsung menohok politisi di Yerusalem. Mereka pun terkejut atas harapan Washington agar Israel membekukan rencana pembangunan di Yerusalem Timur milik Palestina. Mereka tidak memperhitungkan fakta bahwa AS melihat penempatan mesin derek, pengaduk beton dan mesin panen di wilayah yang bukan milik Israel, membuat solusi dua negara bagi Palestina menjadi tidak mungkin.
Ada isyarat bahwa pemerintah AS akan mempertahankan posisinya, walau banyak kritik dan umpatan. Sejauh ini utusan khusus George Mitchell tidak menerima tawaran Israel untuk menghentikan pembangunan dalam jangka waktu terbatas. Ia tampaknya juga tidak menerima ide Israel untuk menyelesaikan sejumlah gedung yang sudah dimulai dibangun. Pendirian Mitchell didukung masyarakat internasional, namun pimpinan politik di Israel merasa terisolir dan dikesampingkan.
Perasaan diabaikan ini mengandung bahaya. Di Washington berkembang kekuatiran bahwa Israel bisa bertindak secara sepihak dalam masalah lain, yaitu program nuklir Iran. Karena itu Menteri Pertahanan Robert Gates bertolak ke Yerusalem. Karena itu pula, penasehat keamanan nasional James Jones datang ke kawasan. Pemerintah AS mengkoordinasikan rencana militernya dengan jajaran pemimpin Israel, mengulang jaminan keamanan dan berjanji kelak akan mengirim teknik militer terbaru. Semua itu diharapkan mengikat Israel dan membuka peluang bagi Mitchell agar dapat melanjutkan pembicaraan.
Kunci menuju solusi bagi seluruh persoalan tentu tidak terletak di tangan Washington, melainkan pada negara-negara Arab, Palestina dan terutama pemerintah Israel. Hanya Israel yang dapat membebaskan dirinya sendiri dari isolasi, yaitu dengan menghentikan gerakan pemukim dan pendukukan selama berpuluh tahun di wilayah Palestina. Sementara ini Perdana Menteri Benyamin Netanyahu dan pemerintah koalisinya tidak bersedia melakukannya.
Karena itu, misi utusan khusus AS George Mitchell bagi mediasi yang sesungguhnya di Timur Tengah masih berada di tahap awal. Ini bisa dipahami, mengingat AS 16 tahun lamanya mendukung kepentingan Israel secara tidak terbatas.
Thorsten Teichmann/Renata Permadi
Editor: Yuniman Farid