Israel Menutup Fasilitas Umum Palestina
9 Juli 2008Sekelompok warga Palestina berdiri di depan sebuah pusat perbelanjaan di Nablus, kawasan Tepi Barat Yordan. Para lelaki itu memakai kemeja yang diseterika rapi, warna putih atau biru muda. Ghassan Annabtawi, salah seorang pria itu, memegang sebuah lembaran plastik presentasi. Kiosnya di pasar itu seperti juga 69 kios lainnya ditutup oleh tentara Israel Selasa dinihari kemarin (08/07).
“Katanya pusat perbelanjaan ini punya kaitan dengan Hamas, itu salah besar. Kios-kios yang ditutup, adalah milik kami warga biasa yang bekerja untuk menghidupi anak-anaknya. Keputusan ini melanggar hak kami dan kami tidak boleh tinggal diam,“ tutur Annabtawi geram.
Pusat perbelanjaan itu, menurut keterangan Israel, dimiliki oleh perusahaan keuangan Beit Almal, yang memelihara kontak dengan Hamas.
Sejak awal pekan ini, militer Israel mulai menindak fasilitas sipil di kawasan pendudukan Israel di Tepi Barat Yordan, yang diduga punya kaitan dengan kelompok Hamas. Hal itu merupakan satu-satunya rencana yang didukung Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dan Menteri Pertahanan Ehud Barak, karena biasanya mereka berselisih paham. Menurut Israel, Hamas membangun sebuah sistem yang dapat dijadikan landasan berdirinya sebuah negara. Guna mencegah Hamas mengambil alih kekuasaan Tepi Barat Yordan, juga diinginkan Presiden Mahmud Abbas alias Abu Mazen. Makanya Abbas mendiamkan tindakan Israel di wilayahnya. Itu membuat penduduk Nablus tambah marah.
"Perintah untuk menutup pusat perbelanjaan, merupakan aksi barbar yang melanggar hukum internasional dan agama. Itu merupakan bagian politik Israel yang memaksakan pendudukan dan sanksi terhadap warga Palestina,“ ujar seorang warga, kesal.
Selasa dini hari kemarin (08/07), militer Israel datang ke Nablus untuk kedua kalinya dengan mobil jip, kendaraan lapis baja dan buldoser. Televisi menyiarkan gambar serdadu Israel tengah melemparkan kursi-kursi ke alat pengeruk buldoser itu. Kursi-kursi itu diambil dari kantor yang diobrak-abrik dan kemudian disita tentara. Selain itu, militer Israel menyita komputer dan dokumen yang terdapat di dalam kantor-kantor tersebut. Serdadu Israel itu kemudian menempelkan catatan bahwa kantor itu harus ditutup selama dua tahun. Siapa yang berusaha membukanya kembali, diancam lima tahun penjara. Hingga kini tentara Israel juga menutup sekolah khusus anak putri, sebuah klub olahraga dan praktik dokter yang kebetulan bersebelahan dengan pusat perbelanjaan yang ditutup.
Masyarakat internasional sebelumnya cukup puas dengan situasi di Nablus. Baru lima bulan lalu, utusan khusus Kuartet Timur Tengah Tony Blair berkunjung ke Nablus dan memuji situasi keamanan di kota Palestina itu.
Februari lalu, di tengah-tengah lawatannya ke Nablus, Blair mengatakan, "Berkat hasil kerja bagus gubernur dan aparat keamanan di Nablus, maka penting bagi kami untuk menunjukkan bahwa masyarakat internasional siap membantu warga di sini.“
Waktu itu tidak ada yang berbicara mengenai pengaruh Hamas di Nablus. Blair disambut meriah karena menyatakan kesediaan masyarakat internasional untuk memberikan bantuan. Bagaimana sikap Kuartet Timur Tengah seandainya tindakan militer Israel terhadap warga Palestina di Nablus saat ini sebenarnya sama sekali tidak ada kaitannya dengan Hamas.
Pertanyaan keduanya, mengenai upaya untuk melumpuhkan Hamas di Tepi Barat Yordan, apakah tindakan pemerintah Israel itu melanggar perjanjian gencatan senjata dengan Hamas di Jalur Gaza? Toh, itu merupakan organisasi yang sama dengan yang tengah digempur di Tepi Barat Yordan. Kantor Perdana Menteri Israel menyatakan, Israel tidak akan berhenti melindungi warganya dari ancaman teror.(ls)