Israel Kian Didesak Hentikan Bencana Kelaparan di Jalur Gaza
24 Juli 2025Israel dalam pusaran kritik. Lebih dari dua lusin menteri luar negeri menyerukan penghentian perang di Jalur Gaza dalam sebuah pernyataan bersama. Mereka turut mengkritik blokade Israel atas bantuan kemanusiaan bagi masyarakat Palestina yang dinilai "berbahaya, memicu ketidakstabilan, dan merampas martabat orang-orang di Jalur Gaza.”
Namun, para menteri luar negeri tersebut juga menuntut Hamas membebaskan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza, menyebut "pertumpahan darah terus-menerus tidak ada gunanya.”
Para penandatangan deklarasi bersama menyatakan kesiapan mereka untuk "mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk mendukung gencatan senjata segera dan jalur politik untuk keamanan dan perdamaian bagi warga Israel, Palestina, dan seluruh kawasan."
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Israel menolak pernyataan tersebut dan menyebutnya "tidak sesuai dengan kenyataan”. Ia mengklaim pernyataan itu mengirimkan "sinyal yang keliru” kepada Hamas.
Lebih lanjut, Kemlu Israel menyatakan bahwa Hamas-lah yang telah memulai perang. Belum tercapainya gencatan senjata dan pembebasan sandera meski negosiasi-negosiasi perdamaian tengah berlangsung adalah tanggung jawab Hamas sepenuhnya.
Hamas diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh banyak negara Barat dan beberapa negara Arab.
Deklarasi ini awalnya ditandatangani oleh 25 negara, termasuk Italia, Prancis, Austria, Inggris, Belgia, dan Kanada, serta Komisi Uni Eropa untuk Kesetaraan dan Manajemen Krisis. Kini Yunani, Siprus dan Malta turut memberi dukungan.
Jerman memilih 'jalannya' sendiri
Pemerintah Jerman memilih untuk tidak menandatangani deklarasi, melainkan melakukan kontak langsung dengan Israel. Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul, mengungkapkan keprihatinannya tentang "situasi kemanusiaan yang sangat buruk” di Gaza melalui saluran media sosialnya: "Kami mendesak Israel untuk mengimplementasikan perjanjian dengan Uni Eropa untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan,” ujar Wadephul.
Dibebani latar belakang genosida kaum Yahudi oleh Nazi, Jerman memiliki kewajiban moral khusus untuk melindungi hak hidup Israel. Sikap ini tercermin dengan memberikan kritik yang hati-hati terhadap Israel, tapi juga membantu pasokan senjata, dukungan diplomatik dan upaya melawan anti-Semitisme di dalam dan luar negeri.
Serangan terhadap fasilitas WHO
Kritik internasional terhadap tindakan Israel di Jalur Gaza terus meningkat setelah terjadinya serangan terakhir di daerah Deir al-Balah di pusat Jalur Gaza. Israel menduga beberapa sandera yang diculik oleh Hamas ditahan di sana.
Para saksi mata melaporkan tentara Israel menguasai gedung-gedung di barat daya kota dan menempatkan penembak jitu di atap-atap bangunan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tentara Israel juga menyerbu gudang-gudang dan fasilitas milik organisasi PBB.
"Militer menyerbu fasilitas tersebut,” keluh kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan, dan memaksa para perempuan dan anak-anak staf WHO untuk "melarikan diri dengan berjalan kaki ke Al-Mawasi di tengah pertempuran”. Staf laki-laki dan anggota keluarga lainnya ditelanjangi, diinterogasi di tempat, dan digeledah di bawah todongan senjata, menurut informasi dari WHO. Dua karyawan WHO beserta dua anggota keluarganya ditangkap.
Gudang pusat penyimpanan barang PBB untuk Jalur Gaza juga terletak di Deir al-Balah. Dilaporkan bahwa gudang ini telah rusak pada hari Minggu (20/07).
Gudang-gudang penyimpanan lain dari organisasi bantuan PBB yang terletak di zona tempur Israel tidak lagi beroperasi, kata kepala WHO. "Hal ini membatasi kemampuan kami untuk beroperasi di Gaza, sistem kesehatan di Gaza semakin mendekati kehancuran.”
Tentara Israel tidak memberikan komentar atas peristiwa tersebut.
Kepala UNRWA: Pusat distribusi bantuan adalah "jebakan maut yang sadis”
Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) bertanggung jawab atas distribusi makanan di sebagian besar wilayah Jalur Gaza, meski organisasi tersebut sarat kritik terkait independensi dan transparansi operasionalnya.
Menurut Israel, mereka telah memperkenalkan mekanisme distribusi bantuan baru untuk mencegah Hamas ‘menunggangi' bantuan tersebut.
Ada laporan berulang kali tentang insiden fatal di dekat pusat distribusi GHF. Kepala Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Palestina (UNRWA), Phillipe Lazarrini, menggambarkan pusat-pusat distribusi yayasan ini sebagai "jebakan maut yang sadis”.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman
Diadaptasi oleh Sorta Caroline
Editor: Rizki Nugraha dan Prihardani Purba