Israel Hukum Seluruh Warga Jalur Gaza
31 Oktober 2007Eskalasi situasi di Timur Tengah, akibat aksi hukuman kolektiv Israel terahdap warga Palestina di Jalur Gaza tetap menjadi sorotan dalam tajuk harian-harian Eropa. Hukuman kolektiv itu, juga mencerminkan keputus asaan Israel dalam menangani masalah di Jalur Gaza. Harian Jerman General Anzeiger yang terbit di Bonn dalam tajuknya berkomentar : Israel, satu-satunya negara demokratis di Timur Tengah, sudah sewajarnya mendapat teguran dari PBB. Sebab keputusan Israel menetapkan Hamas sebagai musuh negara dan organisasi teroris, dengan hukuman kolektiv terhadap warga Palestina di Jalur Gaza memiliki perbedaan amat besar. Keputusan pemerintah Israel, menjatuhkan boikot ekonomi terhadap Jalur Gaza adalah hukuman kolektiv bagi seluruh rakyat Palestina yang tinggal di sana. Sebagai penguasa penjajahan, juga setelah menarik serdadunya dari Jalur Gaza, seharusnya Israel tetap bertanggung jawab atas kondisi di kawasan itu.
Juga harian liberal Austria Der Standard yang terbit di Wina mengomentari secara kritis hukuman kolektiv Israel terhadap rakyat di Jalur Gaza. Penafsiran paling lunak dari konflik Timur Tengah saat ini adalah keputus asaan. Akan tetapi kita juga tidak dapat meremehkan apa yang terjadi dalam bidang politik. Saat ini harus diputuskan, apakah pertemuan dan bukannya konferensi Israel - Palestina yang akan digelar di AS bulan November mendatang, layak dilaksanakan? Sebelumnya PBB sudah mengecam Israel tidak hanya mengingkari road map perdamaian, bahkan juga melanggar konvensi Jenewa, dengan meneruskan pembangunan pemukiman Yahudi dan tembok pemisah, menetapkan ketentuan pajak baru serta mengurangi kuota pekerja pelintas batas Palestina. Kini panggung peristiwa lain ditonjolkan, agar pandangan kita beralih ke sana. Padahal ketika mata dunia diarahkan ke Jalur Gaza, justru situasi di Tepi Barat Yordan yang semakin memburuk.
Harian Inggris The Times yang terbit di London dalam tajuknya menyoroti peranan Arab Saudi dalam perdamaian Timur Tengah. Arab Saudi menentang Iran, mempengaruhi kaum Sunni di Irak serta memerangi terorisme. Akan tetapi, negara itu terlambat menyadari ancaman bahaya, dari bantuan keuangannya kepada kelompok ekstrimis Muslim. Walaupun Arab Saudi dengan bersemangat membasmi kelompok ekstrim dari kalangan masyarakatnya sendiri yang konservativ, kerajaan tetap harus melakukan banyak reformasi demokratis dan penataan hukum di negaranya sendiri.
Tema lainnya yang secara tidak langsung mempengaruhi perdamaian Timur Tengah adalah situasi keamanan di Irak. Tindakan para petugas keamanan bersenjata dari perusahaan swasta AS Blackwater, yang membantai penduduk sipil Irak, dan mendapat imunitas hukum dari kementrian luar negeri di Washington, semakin mencoreng citra pasukan pendudukan Irak. Harian Austria Der Kurier yang terbit di Wina berkomentar : Rambo swasta ini membahayakan citra AS secara keseluruhan. Terdapat kesan, mereka mendapat lisensi untuk melakukan pembunuhan, tanpa dapat dimintai pertanggung jawaban. Jika sebuah negara, mengalihkan haknya untuk melakukan aksi kekerasan kepada sebuah perusahaan swasta, berarti mereka melemhakan dirinya sendiri. Warga sipil Irak tidak dapat membedakan lagi, mana tentara reguler dan mana rambo swasta. Semua sama, warga Amerika yang sombong dan brutal, dan harus dipandang sebagai musuh besar.