Israel Buka Perbatasan ke Jalur Gaza
26 Desember 2008Israel membuka perbatasan ke Jalur Gaza Jumat 26 Desember 2008, untuk pemasokan bahan pangan dan pertolongan lainnya ke wilayah Palestina tersebut. Pada saat bersamaan kelompok militan Palestina tetap menghujani Israel dengan tembakan roket dan granat mortir.
Menurut keterangan jurubicara departemen pertahanan Israel, sekitar 80 truk yang mengangkut bahan pangan, obat-obatan dan gandum, melintasi perbatasan. Selain itu truk juga membawa bahan bakar disel untuk keperluan pembangkit tenaga listrik di Gaza serta gas untuk memasak. Pasokan bantuan itu adalah yang pertama dalam sepuluh hari terakhir.
Ultimatum terhadap Hamas
Sementara itu, pemerintah Israel memberikan waktu berpikir selama 48 jam kepada organisasi radikal Hamas, sebelum melancarkan serangan militer besar-besaran. Kabinet keamanan Israel baru akan mengambil keputusan hari Minggu mendatang (28/12) tentang langkah yang akan diambil. Demikian laporan media. Pemerintah Israel berharap, dengan adanya pasokan bantuan Hamas bersedia menghentikan penembakan roket dan granat ke kawasan Israel di sekitar perbatasan dengan roket dan granat.
Sebagai balasan atas aksi Hamas yang menembaki wilayahnya, pemerintah Israel menutup perbatasan dan mengisolir sekitar 1,5 juta rakyat Palestina di Jalur Gaza dari dunia luar. Dengan serangannya terhadap Israel Hamas berusaha memaksa Israel agar tetap membuka perbatasan antar kedua wilayah untuk angkutan barang.
Serangan Hamas
Menurut keterangan militer, sejak Kamis malam (25/12) tujuh granat mortir mendarat di wilayah Israel. Sementara menurut laporan media Israel Hamas menembakkan 22 granat. Salah satu di antaranya mengenai sebuah bangunan yang kosong dan hanya mengakibatkan kerugian harta benda. Sejak gencatan senjata antara Israel dan 12 kelompok militan Palestina di Jalur Gaza berakhir 19 Desember lalu, Israel ditembaki lebih dari 170 roket dan granat. Demikian laporan militer.
Berkaitan dengan serangan atas wilayah Israel Menteri Luar Negeri Israel, Zipi Livni mengatakan Kamis lalu di Mesir, Hamas harus mengerti bahwa keinginan Israel untuk hidup dalam perdamaian tidak berarti mereka akan menerima situasi ini lebih lama lagi. Dan saat Israel bekerjasama dengan semua pimpinan untuk mengakhiri masalah di Jalur Gaza, Israel tidak bisa menerima situasi di mana Hamas terus menembaki wilayahnya dan melukai rakyat Israel. Ini harus dihentikan, demikian dikatakan Zipi Livni.
Tujuan Lebih Penting
Saat kunjungan Livi di Kairo, Menteri Luar Negeri Mesir Ahmed Abul Gheit meminta semua pihak untuk menahan diri. Abul Gheit mengatakan, negaranya berusaha mengimbau kedua belah pihak untuk tidak bertindak gegabah. Mesir juga berdialog dengan keduanya. Abul Gheit mengingatkan, sda tujuan yang lebih besar dari sekedar menahan diri dan tidak memprovokasi, yaitu proses perdamaian.
Sebagai reaksi atas serangan Hamas Perdana Menteri Israel Ehud OIlmert menyatakan ultimatum terakhir Rabu lalu (24/12) dan mengancam Hamas dengan serangan besar-besaran yang menghancurkan dan menyebabkan banyak korban tewas.
Selain itu, dalam wawancara dengan televisi Arab, "Al Arabija" Olmert menyerukan penduduk Jalur Gaza untuk menentang Hamas dan menghentikan penembakan. Olmert menyatakan, negaranya lebih kuat daripada Palestina, dan ia tidak mau menyebabkan kematian puluhan ribu anak-anak dan orang yang tidak bersalah. (ml)