Israel Akan Bentuk Pemerintahan Berhaluan Kanan?
16 Maret 2009Benyamin Netanyahu, perdana menteri terpilih Israel, berencana menunjuk politisi populis kanan Avigdor Liebermann sebagai menteri luar negeri. Setidaknya, itu yang dibahas dalam perundingan mengenai pemerintahan koalisi Israel yang baru antara Netanyahu dan Liebermann, menjelang Senin (16/03) kemarin. Namun masih belum jelas, apakah itu hanya strategi politis ketua partai Likud, Benyamin Netanyahu.
Bisa jadi ia merasa diuntungkan oleh penolakan Uni Eropa yang menentang kemungkinan terbentuknya pemerintahan Israel berhaluan kanan. Sehingga, dalam hari-hari mendatang Netanyahu berhasil membujuk politisi moderat Tzipi Livni dari Partai Kadima untuk bergabung ke dalam pemerintahan dan akhirnya terbentuk pemerintahan kesatuan Israel.
Di Israel saat ini terdapat kekhawatiran dari warga Arab mengenai kemungkinan ditunjuknya Liebermann sebagai menteri luar negeri.
Sebelumnya, politisi populis kanan Liebermann secara terbuka mendukung politik pembersihan etnis. Ia ingin menggabungkan wilayah Israel yang dihuni banyak warga etnis Arab dengan Tepi Barat Yordan. Sebagai gantinya, sebagian kawasan otonomi Palestina dijadikan bagian Israel.
Ahmed Tibi, anggota parlemen Israel, Knesset, dari etnis Arab mengkhawatirkan hal terburuk. Dikatakannya, "Ini masalahnya penunjukkan tokoh paling fasis Israel untuk menjadi diplomat Israel, menjadi menteri luar negeri. Dia sama saja dengan Len Pen dari Prancis atau Jörg Haider dari Austria. Ketika Haider terpilih, pemerintah Austria dikucilkan dan diboikot, terutama oleh Israel. Sekarang saatnya menyerukan boikot terhadap pemerintahan, terutama memboikot Liebermann.“
Beberapa bulan silam, Lieberman menyerukan hukuman mati bagi anggota parlemen Knesset dari etnis Arab, yang pernah berhubungan dengan anggota Hamas. Sejak itu, Tibi menuntut digelarnya penyelidikan terhadap Liebermann dengan dugaan memicu kekerasan dan kebencian serta mempraktikkan rasisme.
Seruan boikot terhadap Liebermann sebagai menteri luar negeri Israel juga dikeluarkan dari Gaza. Juru bicara Hamas Ayman Taha berang mendengar perundingan pemerintahan koalisi Israel antara Netanyahu dan Liebermann.
"Kami tidak membedakan kubu-kubu di Israel, semuanya berlumuran darah kami. Tapi jika Liebermann dipilih sebagai menteri luar negeri, ini merupakan bukti bahwa Israel berupaya memutuskan semua hubungan dengan negara lain, terutama negara Arab. Liebermann pernah menghina sejumlah pemimpin negara Arab,“ tegas Taha.
Bagi Hamas, Liebermann juga merupakan hantu yang menakutkan. Tidak lagi dapat dibayangkan bagaimana dilakukannya perundingan dengan pemerintah Israel yang diwakili Liebermann sebagai menteri luar negeri, walau pun dengan bantuan juru penengah Mesir. Karena itulah Hamas berupaya untuk segera menyelesaikan perundingan mengenai pertukaran tahanan Palestina dan Israel.
Selasa ini (17/03), kabinet di Yerusalem memutuskan apakah Israel menerima hasil perundingan di Kairo. Rencananya, serdadu Israel yang ditahan Hamas, Gilad Schalit, akan ditukar dengan ratusan warga Palestina yang ditahan Israel, termasuk mereka yang pernah merencanakan serangan terhadap warga Israel. (ls)