Irak Undang Perusahaan Minyak Dunia
1 Juli 2008Hari Senin lalu Kementerian Perminyakan Irak mengumumkan bahwa mereka membuka 6 ladang gas dan minyak bagi perusahaan-perusahaan asing. Menurut Menteri Perminyakan Irak Hussein Al-Shahristani, keenam ladang minyak itu dipilih karena produksinya bisa ditingkatkan secepatnya dan menguntungkan secara ekonomis.
Irak tak perlu menunggu lama. Sudah 41 perusahaan yang mendaftarkan diri untuk memperoleh kontrak pengelolaan, yang sudah harus ditandatangani tahun depan. Kementerian perminyakan mensyaratkan, perusahaan-perusahaan itu harus memiliki mitra Irak. Dan seperempat nilai kontrak itu juga harus diberikan kepada perusahaan Irak.
Penasihat pemerintah Irak Ibrahim Bahr Al-Uloom mengungkapkan. „Sektor perminyakan ini masih belum bisa dikembangkan hanya oleh orang Irak semata. Karenanya kami sangat butuh kerjasama dan bantuan dari luar, khususnya mengenai teknologi pengembangan industri perminyakan. Namun pada saat yang sama, kami harus pastikan bahwa kerangka-kerangka kontrak perminyakan itu juga harus melindungi kepentingan rakyat Irak sendiri. Jadi seluruh kontrak yang sedang dirundingkan ini hasilnya nanti harus bisa membantu kesejahteraan rakyat Irak.
Kebijakan ini merupakan sebuah terobosan besar yang dinanti-nantikan sejak lama oleh perusahaan-perusahaan minyak dunia, setelah terusir oleh program nasionalisasi besar-besaran tahun 1972.
Irak, dengan cadangan minyak 115 milyar barrel merupakan produsen minyak terbesar ketiga setelah Arab Saudi dan Iran. Namun kekayaan luar biasa itu terlantar begitu saja akibat perang dan berbagai embargo semasa presiden Saddamn Hussein, dan ketidakstabilan politik di masa transisi setelah sang diktator terguling lewat invasi militer Amerika.
Kembali Bahr Al-Ulloom, yang juga bekas Menteri Perminyakan tahun 2005-2006: "Kami juga akan meminta parlemen untuk mengizinkan pemerintah memberikan sejumlah insentif kepada peruusahaan-perusahaan minyak internasional, sehingga mereka membantu kita. Kita tidak mau lagi menyaksikan kekayaan minyak dan gas tersia-siakan. Kita membutuhkan mereka untuk memperbaharui teknologi penyulingan, teknologi pengilangan dan segala infrastruktur di sektor perminyakan."
Ini merupakan kebijakan yang sangat berarti bagi irak, di tengah melambungnya harga minyak dunia. Pemerintah Irak menargetkan, produksi minyak Irak akan meningkat setidaknya 60 persen. Sekarang ini produksi minyak Irak mencapai 2,5 juta barrel per hari. Pemerintah menginginkan agar dalam 5 tahun, produksi bisa meningkat menjadi 4,5 juta dollar per hari. Diharapkan pemerintah memperoleh pendapatan asli yang bisa digunakan untuk berbagai program pemulihan ekonomi rakyat.
Penasihat pemerintah Irak Bahr Al-Ulloom:
Kami tak bisa membiarkan minyak kami begitu saja di bawah tanah sana. Kami harus memanfaatkannya sebagai alat untuk menyejahterakan rakyat. Kami adalah negara produsen minyak, dan harus membawa minyak kami ke pasar serta membangun hubungan antara produsen dengan konsumen. Bisakah kami memanfaatkan cadangan minyak dan gas kami sebagaimana seharusnya, demi kesejahteraan rakyat kami?
Pemerintah menyebut, perusahaan-perusahaan yang berminat harus menguikuti tender. Namun muncul kecurigaan, sejumlah kontrak akan diberikan kepada periusahaan tertentu tanpa tender yang sebenarnya, dan lebih didasarkan pada perhitungan politik. (gg)