Waspadai Pemberian Tip Secara Digital
10 Juli 2025Frank Sinatra dikenal dermawan karena tak ragu memberikan tip sebesar 100 dollar AS (Rp1,6 juta) kepada pelayan restoran. Saat itu 100 dollar adalah jumlah yang sangat besar. Lantas berapa besaran pemberian tip sekarang?
Banyak orang tidak berpikir dua kali untuk memberikan tip kepada pelayan di restoran dengan pelayanan yang baik, penata rambut, bartender, atau bahkan porter yang membawa koper-koper berat di hotel yang sibuk. Memberi tip adalah hal yang lumrah dan telah berlangsung lama di banyak negara.
Tapi bagaimana dengan barista di Starbucks? Atau orang yang mengambil pesanan Anda di gerai makanan cepat saji? Bagaimana dengan kios layanan mandiri?
Kasih tip, ya atau tidak?
Menurut para sejarawan, pemberian tip dimulai telah pada abad pertengahan Eropa. Para bangsawan memberikan tanda terima kasih kepada para pelayan atau kepada mereka yang bekerja di tanah mereka.
Pada abad ke-19, kebiasaan ini sempat menghilang di Eropa tetapi sampai ke AS. Kemudian ‘diadopsi' seluruh dunia.
Sekarang, orang-orang memberi tip karena berbagai alasan: Agar merasa lebih baik, untuk membuat orang lain terkesan, untuk membantu menutupi gaji pelayan yang tidak seberapa, atau karena mereka diminta memberi tip.
Pemberian tip terutama didorong oleh motivasi untuk membantu pelayan atau menghargai pelayanan yang baik, kata Michael Lynn, seorang profesor pemasaran jasa di Cornell University di Amerika Serikat, yang mempelajari pemberian tip.
Sebagian orang memberi tip untuk memenuhi kewajiban memberi tip, kata Lynn kepada DW. Sedang sebagian lainnya punya tujuan pribadi, untuk mendapatkan atau mempertahankan layanan istimewa di masa depan atau mendapat penerimaan sosial, kata Lynn, yang saat ini sedang menulis sebuah buku yang rencananya berjudul "The Psychology of Tipping: Insights for Service Workes, Managers, and Customers."
Memberi tip secara digital
Teknologi baru mengubah cara kita memberi tip, tidak lagi ditinggalkan di atas meja tau di kotak tip di samping kasir. Meningkatnya metode pembayaran menggunakan kartu, aplikasi dan sistem pembayaran menggunakan layar sentuh telah menambah opsi pemberian tip.
"Kami telah melihat permintaan tip yang meningkat, meskipun jumlah tip yang diberikan pelanggan tidak berubah secara drastis,” kata Ismail Karabas, seorang profesor pemasaran di Murray State University, Kentucky.
Selama pandemi COVID-19, banyak bisnis yang beralih metode pembayaran dari tunaike pembayaran nirsentuh dan online, dan perusahaan kasir yang menyediakan perangkat digital ini memutuskan untuk menyertakan permintaan tip.
"Permintaan tip sudah otomatis disertakan dalam proses pembayaran. Bisnis harus memilih untuk tidak menggunakan opsi ini, namun banyak yang tidak melakukannya, karena berbagai alasan. Kemudian, kami pun mulai mengalami inflasi permintaan tip secara keseluruhan," ujar Karabas, spesialis pemasaran layanan, pemberian tip, dan periklanan, kepada DW.
Desain untuk tidak memilih keluar
Ketika pelanggan disodori tip yang sudah dihitung sebelumnya sebesar 15%, 20% atau 25%, apa yang harus mereka lakukan? Cukup tekan salah satu tombol dan selesaikan atau tam bah jumlah lainnya? Atau tidak memberikan apa-apa sambil melirik ke arah kasir?
Pelanggan sering kali memilih opsi tip yang sudah ditentukan sebelumnya daripada harus mengantre di kasir. Hal ini turut berdampak pada perancangan teknologi dalam memberikan tip.
Lynn berpendapat pengaruh desain aplikasi pemberian tip terhadap pemberian tip dapat menjadi penelitian lanjutan yang menarik.
"Meningkatkan jumlah pilihan tip yang diminta akan meningkatkan jumlah yang diberikan - meskipun hal ini dapat mengurangi proporsi orang yang memberikan tip," buh Lynn.
Para perancang aplikasi mendapat insentif jika menjadikan pemberian tip sebagai opsi utama dan mempersulit pengguna aplikasi untuk keluar dari opsi tersebut. Siapa pun tidak ingin memberi tip terpaksa untuk mengulik aplikasi atau bertanya pada penjual bagaimana caranya.
"Lebih banyak tip berarti pendapatan yang lebih baik bagi karyawan, tetapi juga bagi para perancang teknologi karena mereka mengenakan biaya per transaksi yang masuk ke dalam sistem mereka," tambah Karabas.
Bagaimana dengan pemberi tip? Berapa banyak yang mereka berikan?
Sebuah survei oleh YouGov yang dilakukan pada bulan Mei 2023 di AS, Inggris, Prancis, Jerman, Denmark, Swedia, Spanyol, dan Italia menunjukkan bahwa sebagian besar tip di restoran di negara-negara tersebut memberikan tip sebesar 5-10%, tidak lebih.
AS merupakan pengecualian, dua pertiga para pemberi tip AS menambahkan 15% atau lebih. Survei ini juga menemukan bahwa banyak orang Amerika yang akan memberikan tip di restoran
Dalam situasi sulit? Ini tipsnya.
Pertama, ketahui situasi setempat dan bagaimana para staf digaji. Apakah mereka mendapatkan upah minimum di mana tip merupakan upah tambahan? Atau apakah mereka mendapatkan upah di bawah upah minimum yang jauh lebih kecil dan karena itu mengandalkan tip untuk mensubsidi gaji
Kedua, luangkan waktu untuk memahami sistemnya. Saat berurusan dengan teknologi pemberian tip hitunglah dengan hati-hati jumlah persentase tip yang menjadi opsi.
Jangan merasa tertekan dengan antrean di belakang Anda atau orang lain yang duduk di meja dekat dengan Anda - meski ini sulit jika Anda sedang berkencan.
Jangan memberi tip karena merasa bersalah. "Memberi tip karena merasa bersalah akan meninggalkan kesan buruk, menjengkelkan, dan mengecilkan kemungkinan untuk kembali ke sana” kata Karabas.
Terakhir, sebagai upaya terakhir untuk menghindari permintaan tip yang membingungkan atau tak terduga, pertimbangkanlah untuk membayar dengan uang tunai, kata Karabas. Dengan begitu, semuanya ada di tangan pemberi jasa.
Artikel ini pertama kali ternit dalam Bahasa Inggris
Diadaptasi oleh: Sorta Caroline
Editor: Yuniman Farid