Indonesia Promosikan Keindahan Danau Toba di ITB Berlin
7 Maret 2025Impian untuk memfokuskan Danau Toba sebagai tujuan wisata mewah pada tahun ini disampaikan oleh Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana yang khusus datang ke Berlin untuk membuka pavilion Indonesia di pameran industri pariwisata terbesar dunia yakni Internationale Tourismus-Börse atau ITB Berlin.
Tahun ini, Albania menjadi negara mitra pada pameran yang diikuti oleh lebih dari 150 negara di pameran B2B yang digelar 4-6 Maret 2025 ini.
"Danau Toba itu kaya heritage budaya Batak, ulos itu juga bagus untuk dipromosikan. Tapi Danau Toba itu sendiri adalah danau vulkanik terbesar di dunia yang begitu cantik dan indah gunungnya, bukit-bukitnya." kata Menteri Widiyanti kepada DW Indonesia seusai pembukaan pavilion Indonesia di Berlin.
"Pulau Samosir itu bagus sekali untuk wisatawan," tambah menteri yang menggemari soto Banjar buatan ibu mertuanya ini.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Untuk menghindari kelebihan beban akibat banyaknya wisatawan datang ke satu lokasi atau overtourism, Widiyanti mengatakan pentingnya pengaturan kapasitas wisatawan untuk mencegah kepadatan di titik-titik tertentu.
"Dengan tata ruang yang terencana dengan baik, kami mengusahakan bahwa pertumbuhan pariwisata tidak membebani lingkungan atau masyarakat setempat," menurutnya.
Pentingnya datangi pameran untuk tingkatkan promosi wisata
Sebenarnya, seberapa terkenal sih Indonesia di mata pengunjung ITB Berlin kali ini? DW mengadakan survei kecil-kecilan. Di depan paviliun Indonesia kami mengajak sejumlah orang untuk bermain game, menunjukkan letak geografis Indonesia di peta dunia.
Dari 7 pengunjung dari berbagai negara yang kami tanyakan, hanya dua orang yang bisa dengan tepat menunjukkan lokasi geografis negara kepulauan ini. Banyak dari mereka yang harus menebak berkali-kali hingga akhirnya dipandu dengan diminta menunjukkan lokasi Australia terlebih dahulu.
Salah satu pengelola hotel yang juga ikut hadir di acara tersebut yakni Adjid Kurniawansyah mengatakan pameran seperti ini justru penting bagi para pebisnis pariwisata untuk memanfaatkan momentum promosi pasar pariwisata di tingkat dunia.
"Bagi tour operator yang mencari hotel, di situlah peran kami untuk promosi… Dengan system B2B ini mereka ga kenal maka ga akan bisa beli. Kita sekali datang oke mereka notice kita ada, dua kali, tiga kali datang baru mereka berpikir ini perusahaan yang bisa dipercaya," kata Adjid kepada DW Indonesia. Dari rasa percaya ini baru kemudian muncul penjualan, ujarnya.
Namun ia tidak menampik bahwa tahun ini suasana terkesan lebih sepi daripada tahun sebelumnya. Menurutnya, hal ini mungkin terjadi karena beberapa perusahaan pengelola atau destination management companies (DMC) di Indonesia yang sudah mendapatkan beberapa tour operator yang sudah bisa diajak bekerja sama.
"Dan mereka melihat dari yang existing, yang sudah mendapatkan bisnis, dirasa cukup untuk dikelola tahun ini. Atau bisa juga biaya menjadi semakin mahal, bisa jadi juga Indonesia bukan lagi menjadi option pertama di Asia, karena ada beberapa yang cukup committed seperti Thailand, dilihat dari booth-nya," ujarnya.
Adjid mengatakan masih banyak yang harus dibenahi dari sisi pariwisata di Indonesia, salah satunya adalah dari segi sumber daya manusianya, termasuk sistem ‘getok' yang banyak membuat para wisatawan kapok untuk berkunjung.
"Tapi kalau dari pemerintah itu mungkin dari segi kebijakan, bagaimana mempermudah wisatawan asing untuk masuk ke Indonesia."