Muhsin Hendricks dikenal sebagai "imam gay pertama di dunia yang terbuka soal identitasnya," karena telah memperjuangkan interpretasi Islam yang inklusif. Dia mengelola sebuah masjid di Cape Town untuk kelompok muslim marjinal.
Aktivis Hak Asasi Manusia Uganda Shoki Wafula Silas mengatakan, "Imam tidak mengajarkan orang untuk menjadi gay. Dia tidak mengajarkan orang untuk menjadi homoseksual, tetapi dia mengajarkan ajarannya tentang iman, perkembangan spiritual seorang manusia dan memahami imanmu."
Pihak berwenang mengatakan Muhsin Hendricks tewas dalam penyergapan dekat kota Gqebera, Afrika Selatan. Dua penyerang melepaskan tembakan ke arah kendaraan yang ia kendarai.
Konstitusi Afrika Selatan melarang diskriminasi berdasarkan orientasi seksual, tetapi komunitas LGBTQ+ di sana masih menghadapi tingkat kekerasan yang cukup tinggi.