ILO: Masih Tinggi, Jurang Pendapatan Buruh Dunia
3 September 2007Demikian disebutkan laporan terbaru Organisasi Buruh International ILO, yang berjudul "Indikator Kunci tentang Pasar Buruh", atau "Key Indicators of The Labour Market, KILM".
Disebutkan, selama periode 1996 hingga 2006, tingkat pendapatan para pekerja Asia Tenggara dan Pasifik hanya mencatat kenaikan 1,6 persen. Dalam nilai pendapatan, setiap buruh Asia Tenggara dan Pasifik menghasilkan rata-rata US$9.419 atau sekitar 80 juta rupiah per tahun, meningkat sangat sedikit dibanding 10 tahun lalu. Bandingkan dengan tingkat peningkatan produktifitas para buruh di negara-negara Asia Timur dan Selatan, yang mencatat kenaikan pesat. Hampir atau 100 persen. Kaum buruh dua kawasan Asia yang ditulang punggungi India dan Cina memang mencatat rekor peningkatan pendapatan paling tinggi. Digambarkan Jose Manuel Salazar, salah satu direktur ILO:
"Kisah sukses peningkatan pendapatan selama dekade lalu, tentu saja adalah Asia Selatan dan Asia Timur. Kenaikannya hampir dua kali lipat, seiring pertumbuhan ekonomi yang juga pesat. Tingkat pertumbuhan yang paling tinggi di dunia, dan merupakan yang paling pesat pula dalam sejarah."
Namun disebutkan Jose Manuel Salazar, kendati tingkat kenaikannya sangat pesat, dari segi nilai penghasilan, kaum buruh Asia Selatan dan timur masih tak seberapa dibanding rekan mereka di Eropa Barat dan Amerika.
"Terlepas dari pertumbuhan yang begitu mengesankan, para pekerja di Asia Selatan dan Timur masih hanya menghasilkan seperlima dibanding para pekerja di negara-negara ekonomi maju. Tingkat penghasilan di Asia Timur dan Selatan berada angka pada sekitar 12.500 dolar, sedangkan di negara maju sekitar 63.000 dolar per pekerja."
Persisnya, di negara-negara Asia Timur, seorang pekerja rata-rata mencetak penghasilan sebesar US$12.591, atau sekitar 110 juta rupiah per tahun, berlipat dua dibanding 10 tahun lalu. Sedangkan di Amerika Serikat mencapai di atas 63 ribu tolar atau di atas 500 juta rupiah, dan di Eropa Barat sekitar US$ 55.000 atau sekitar hampir 500 juta rupiah per tahun. Namun disebutkan, angka penghasilan begitu tinggi buruh Amerika berhubungan dengan waktu kerja yang lebih panjang.
Kembali Jose Manuel Salazar:
"Namun jam kerja para buruh Amerika setiap tahunnya lebih tinggi dibanding para buruh di negara industri maju lain. Karenannya, jika diukur penghasilan berdasarkan penghasilan tiap jam, yang paling tinggi adalah Norwegia, diikuti Amerika dan Prancis".
Yang paling lambat dan minim pendapatannya adalah negara-negara Afrika, terutama negara-negara di sub-sahara. Menurut ILO, jurang tingkat pendapatan dan kesejahteraan merupakan keprihatinan utama badan PBB itu. Disebutkan, setidaknya 1,3 milyar pekerja miskin tinggal bersama keluarga mereka dengan penghasilan maksimal sekitar US$2 atau sekitar 18 ribu rupiah per hari.
Di samping itu, menurut ILO, di seluruh dunia sekarang ini, termasuk di Indonesia, terdapat ratusan juta buruh perempuan dan lelaki yang bekerja keras, namun tidak memperoleh pendapatan yang sesuai untuk bangkit dari kemiskinan. Mereka bahkan dihadadpkan pada kemungkinan terjerumus pada kemiskinan yang lebih dalam lagi.