Hu Jintao Kunjungi Jepang
6 Mei 2008Ibaratnya sebuah ramalan cuaca yang sedang dibacakan, bila para diplomat berbicara soal hubungan politik Jepang dan Cina. Istilah seperti "zaman es" atau "cairan es" menggambarkan kemitraan diplomatik Beijing-Tokyo. Di Tokyo presiden Cina Hu Jintao bakal disambut oleh matahari dan suhu hingga 23 derajat. "Musim semi yang hangat" demikian Hu, sebelum bertolak ke Tokyo. Mungkin saja Cina dengan serius mempertimbangkan hubungan luar negerinya dengan Jepang, demikian analisa Dr. Frank Umbach, pakar Asia sebuah organisasi Jerman untuk urusan luar negeri:
„Sejak Jepang dipimpin oleh perdana menteri barunya Fukuda, negara itu menempuh haluan politik luar negeri yang lebih pragmatis terhadap Cina. Ia selalu berusaha untuk mengarahkan politik luar negeri ke peningkatan kepentingan perdagangan dan perekonomiannya dengan Cina. Fukuda mengharapkan dapat menciptaan kemitraan dengan Beijing yang lebih baik."
Sementara pendahulunya Junichiro Koizumi yang setiap tahunnya sampai 2006 secara rutin berziarah ke kuil Yasukuni membuat hubungan kedua negara itu semakin tegang. Kuil tersebut dibangun unuk mengenang penjahat perang Perang Dunia II. Selain itu, Cina dan Jepang mempertikaikan jalur perbatasan di Laut Cina Timur. Di sana diperkirakan terdapat kandungan gas dan minyak. Masalah ini bakal menjadi tema pertikaian nomor satu dalam kunjungan Hu ke Jepang, ujar Dr. Axel Berkovsky dari pusat politik Eropa di Brussel:
„Bakal banyak upacara yang digelar. Secara konkret apa yang dibicarakan hanya sedikit yang bakal bocor ke publik. Masalah seperti hungan perdangangan atau kritikan Jepang yang terlalu lemah menyangkut hak asasi manusia di Cina adalah masalah yang cukup kecil, yang sebetulnya dapat diselesaikan dengan mudah. Sedangkan masalah yang dalam waktu dekat ini tidak ada solusinya adalah perebutan teritorial di Laut Cina Timur. Kedua pemerintah tidak bersedia untuk menyimpang sedikit dari tuntutabn masing-masing. Keduanya mempunyai interpretasi sendiri. Yang mana termasuk Cina dan yang mana termasuk Jepang. Dalam pertanyaan ini tidak ada solusi."
Dua tahun lalu Cina dan Jepang saling provokasi melakukan pemboran di perairan tersebut. Sejak itu sebelas kali telah digelar pertemuan bilateral untuk membahas masalah ini. Namun sementara ini, sedang diupayakan sebuah konsep bersama. Beijing, karena berhasil menanjak di panggung internasional, mengandalkan posisi tersebut dalam perundingan dengan Jepang. Sedangkan Frank Umbach pakar Asia itu memprediksi kemungkinannya kecil sekali sebuah dobrakan baru akan dicapai:
„Secara mendasar kedua pihak sudah menawarkan, untuk menggunakan bersama-sama sumber energi di kawasan Laut Cina Timur yang dipertikaikan itu. Akan tetapi dari pihak Cina belum ada kesediaan untuk bersepakat. Namun pemerintah Jepang mengakui, dibandingkan dengan sebelumnya Beijing kini lebih rinci membicarakan tema ini dengan Tokyo. Namun di pihak lain, ada kesan bahwa pemerintah Cina sebetulnya tidak sungguh-sungguh tertarik untuk meraih solusi secara damai."
Berdasarkan ramalan, cuaca di Jepang bakal bagus terus selama kunjungan Hu Jintao. Siapa tahu, hubungan politik kedua negara itu bisa dipengaruhi oleh cuaca musim semi.