Hasil Pemilu Israel Picu Persaingan Baru
11 Februari 2009Hasil pemilu parlemen di Israel disoroti dengan tajam dalam tajuk harian-harian internasional.
Harian liberal kiri Perancis Liberation yang terbit di Paris dalam tajuknya berkomentar :
Siapapun yang nantinya memenangkan persaingan, apakah itu Tzipi Livni ataukah Benyamin Netanyahu, masalah perdamaian dengan Palestina akan menjadi tantangan terpenting dari pemerintahan baru. Livni atau Netanyahu, harus merundingkan gencatan senjata dengan Hamas, serta kembali melakukan dialog dengan presiden otonomi Palestina. Sebab, penguasa baru di Amerika Serikat tidak mau lagi, mendukung tanpa syarat politik Israel.
Harian Perancis lainnya La Republique du Centre yang terbit di Orleans berkomentar :
Semua sudah mengetahui, pihak yang menang pemilu di Israel tidak berarti otomatis mengambil alih kekuasaan pemerintahan. Sebab mula-mula harus berhasil dicapai kesepakatan koalisi pemerintahannya. Blok Likud yang berhaluan ekstrim kanan dari Benyamin Netanyahu, hendak membentuk koalisi dengan partai nasionalis kanan dari Avigdor Liebermann dan partai-partai religius ultra-orthodox. Dengan itu Netanyahu dapat menjadi kepala pemerintahan baru. Setelah pemilu ini, terdapat kesan mendalam, bahwa Israel tetap menunggu tokoh yang dapat meyakinkan masadepan yang tanpa ketakutan.
Harian liberal kiri Italia La Repubblica yang terbit di Roma dalam tajuknya menulis:
Tzipi Livni unggul tapi kelompok kanan yang menang. Siapa yang harus memerintah di Israel? Livni sebelumnya mengimbau Netanyahu, agar menghormati keputusan para pemilih, dan menjalin koalisi pemerintahan bersamanya. Akan tetapi, setelah pemungutan suara berakhir, terlihat pertanda yang tidak diharapkan, yakni terdapat kemungkinan bagi dua PM di horizon politik Israel.
Harian Jerman Onabrücker Zeitung yang terbit di Osnabrück berkomentar :
Benyamin Netanyahu yang menganut haluan garis keras dan Blok Likudnya memang menguat, namun partai Kadima dari Tzipi Livni unggul tipis. Namun siapa yang akhirnya akan membentuk pemerintahan, tetap belum diketahui. Muncul ancaman perundingan alot dan berkepanjangan, untuk membentuk koalisi pemerintahan. Livni secara teoritis memiliki peluang, bersama partai Buruh dari menteri pertahanan Ehud Barak menjalin koalisi. Namun untuk membentuk pemerintahan, masih diperlukan dukungan mitra lainnya, yang di bulan sebelumnya terbukti sudah menolak. Jika pada akhirnya Netanyahu yang mampu membentuk pemerintahan, muncul ancaman bahaya, macet totalnya perundingan perdamaian Timur Tengah.
Terakhir harian Westdeutsche Allgemeine Zeitung yang terbit di Essen berkomentar :
Dalam pemilu kali ini, terlihat jelas pergeseran haluan ke kanan. Kelihatannya semakin banyak warga Israel mempercayai tokoh garis keras Netanyahu. Dengan itu sudah diprogram konflik berikutnya dengan Palestina. Perdamaian tidak akan tercipta. Tapi, sebuah pemerintahan Israel yang tidak kenal kompromi, akan terlibat konfrontasi langsung dengan pimpinan baru di Washington. Presiden AS Barack Obama terutama hendak mencapai perdamaian di Timur Tengah terutama dengan cara diplomasi. Dan berbeda dengan di era George W.Bush, pemerintahan Obama tidak akan mendukung tanpa syarat semua politik Israel.