Gencatan Senjata di Gaza
19 Januari 2009Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung menulis:
Perang yang berlangsung selama tiga minggu memperburuk situasi di kawasan konflik, dan tidak ada pihak yang benar-benar bisa menarik keuntungan. Tetap tidak ada jaminan bagi warga di Israel selatan, bahwa serangan roket tidak terjadi lagi. Penduduk Gaza tidak punya jaminan, bahwa aksi pendudukan Israel benar-benar berakhir. Gencatan senjata yang tidak terlalu stabil menuntut para mediator untuk bertindak cepat dan efektif, jika pecahnya kembali pertempuran ingin dihindari dan prospek perundingan ingin dipertahankan. Ini hanya bisa berhasil, jika ditemukan cara baru untuk mendekatkan kedua pihak tanpa tabu-tabu ideologis. Presiden baru Amerika Serikat ditantang untuk mewujudkan janji perubahan politiknya, juga dalam isu Timur Tengah.
Harian Austria die Presse juga berpendapat, perang ini tidak membawa manfaat bagi Israel. Harian ini menulis:
Dengan perang Gaza, Israel pada jangka panjang tidak mendapat apa-apa, selain musuh baru. Jumlah korban sipil Palestina demikian tinggi, sehingga jurang antara negara Yahudi dan tetangga-tetangga Arabnya semakin dalam. Perang ini akan makin menyulitkan upaya perdamaian antara Israel dan Palestina. Presiden baru Amerika Serikat, segera setelah dilantik, harus secara tegas mendesak berakhirnya konflik ini.
Harian Belanda de Volkskrant menilai, Israel kalah dalam perang propaganda. Harian ini berkomentar:
Secara militer Hamas mungkin mengalami pukulan berat. Tapi gerakan yang punya banyak kegiatan ini tidak bisa dikalahkan hanya dengan cara militer. Kasus Hamas hampir sama dengan kasus Hizbollah di Libanon. Israel kemungkinan besar sudah kalah dalam perang propaganda. Penolakan Israel untuk mengijinkan wartawan masuk ke kawasan pertempuran memang melindungi militer dari pandangan pengamat yang tidak diinginkan. Namun ini justru memberi pihak lawan kesempatan melaksanakan propragandanya.
Harian Perancis Le Figaro menulis:
Tidak cukup, jika Israel dan Hamas menghentikan senjatanya. Kalaupun kedua pihak menaati maksud baik ini, masalahnya belum terjawab. Konflik bisa sewaktu-waktu pecah lagi. Tanpa bantuan internasional, ketenangan tidak akan pernah terwujud. Tidak mengejutkan kalau senjata berhenti menyalak, saat Barack Obama akan masuk ke Gedung Putih. Israel tidak ingin mengganggu pesta itu, sementara Eropa dan Mesir memamerkan maksud baiknya. Mungkin memang tidak buruk, bahwa upaya diplomatik belum selesai. Ini akan menjadi ujian pertama bagi Obama.
Harian Perancis lainnya, La Croix berlomentar:
Dengan kegigihan yang luar biasa Uni Eropa berusaha menarik Israel dan Palestina keluar dari konfrontasi berdarahnya. Sekarang pemerintah Amerika Serikat yang baru harus berpartisipasi dalam upaya ini. Karena tanpa ketegasan semua kekuatan-kekuatan besar, tidak akan ada yang berubah di Timur Tengah. Sudah terlalu banyak waktu terbuang dalam mengupayakan perdamaian. (hp)