Gelombang Protes Paksa PM Nepal Mengundurkan Diri
9 September 2025Pada hari Selasa (9/9), Perdana Menteri Nepal Khadga Prasad Sharma Oli resmi mengundurkan diri menyusul gelombang protes antipemerintah yang terus bereskalasi. Bentrokan antara aparat keamanan (polisi dan militer) dengan para demonstran telah menewaskan sedikitnya 19 orang dan menyebabkan 150 lainnya terluka.
"Saya mengundurkan diri dari jabatan perdana menteri efektif dimulai pada hari ini ... untuk memudahkan langkah politik pencarian solusi dan penyelesaian masalah yang sedang terjadi," jelas pria berusia 73 tahun tersebut dalam suratnya kepada Presiden Ramchandra Paudel.
Sekretaris presiden mengkonfrimasi kepada kantor berita Reuters bahwa pengunduran diri telah diterima dan presiden telah "memulai proses untuk menentukan perdana menteri yang baru”.
Gelombang protes ini dipicu larangan 26 platform media sosial, termasuk di dalamnya Instagram dan Facebook. Pemerintah menuduh pengelola jejaring sosial tidak mematuhi aturan baru yang mewajibkan semua platform mendaftarkan diri secara resmi di Nepal serta menunjuk unit khusus untuk menanggapi aduan pengguna.
Larangan tersebut akhirnya dicabut pada Selasa (9/9) setelah kabinet menggelar rapat darurat, sebelum Perdana Menteri Oli mengundurkan diri. Menteri Komunikasi Nepal, Prithvi Subba Gurung, menyebut bahwa pencabutan ini adalah tuntutan demonstran Gen Z, yang mayoritas berusia 20 tahunan.
Meskipun larangan dicabut dan jam malam diberlakukan, aksi protes terus berlanjut dan memuncak pada Selasa malam waktu setempat dengan pembakaran rumah sejumlah tokoh penting antara lain Presiden Poudel, Menteri Dalam Negeri Ramesh Lekhak, Tokoh Partai Komunis Pushpa Kamal Dahal, dan Pemimpin Partai Kongres Nepal Sher Bahadur Deuba.
Sebuah sekolah swasta milik Menteri Luar Negeri Arzu Deuba Rana, yang juga istri Deuba, turut dibakar massa. Bandara internasional Kathmandu sebagian telah ditutup.
Juru bicara polisi Kathmandu, Shekhar Khanal, menyebut masih banyak warga yang melanggar jam malam dan melanjutkan aksi pembakaran dan serangan di berbagai lokasi.
Militer memberi respon lewat media sosial, mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan menahan diri, merujuk pengunduran diri Perdana Menteri telah resmi diterima.
Apa yang dikehendaki para demonstran?
Pada hari Senin (8/9), protes berpusat pada larangan media sosial, dengan para demonstran meneriakkan: "Hentikan korupsi, bukan media sosial."
Namun, kerusuhan yang masih terus berlanjut pada hari Selasa meski larangan telah dicabut mencerminkan rasa frustrasi yang meluas di kalangan pengunjuk rasa. Banyak diantara mereka berusia sekitar 18 hingga 30 tahun, berdemonstrasi mengenakan seragam sekolah atau universitas.
"Saya di sini untuk memprotes korupsi besar-besaran di negara kita," kata mahasiswa Bishnu Thapa Chetri kepada kantor berita Associated Press .
Nepotisme yang meluas pada posisi-posisi strategis pemerintahan jadi inti dari protes lanjutan ini.
"Negara ini menjadi begitu buruk sehingga bagi kami, para pemuda, tidak ada alasan bagi kami untuk tetap tinggal di sini. Tuntutan dan keinginan kami adalah kedamaian dan pemberantasan korupsi agar orang-orang dapat bekerja dengan benar dan hidup di negara ini," imbuhnya.
Sebagian demonstran melampiaskan kemarahannya terhadap Perdana Menteri Oli dan upaya pemerintah yang ingin mengontrol media sosial dan merestui tindakan brutal aparat keamanan terhadap para pengunjuk rasa.
"Hukum para pembunuh di pemerintahan! Hentikan pembunuhan terhadap anak-anak!" teriak para demonstran, sementara polisi menggunakan pengeras suara untuk mendesak para demonstran untuk pulang.
"Kami di sini untuk memprotes karena para pemuda dan teman-teman kami sedang dibunuh, kami di sini untuk menuntut keadilan ditegakkan dan rezim saat ini dijatuhkan," kata seorang demonstran, Narayan Acharya, di luar dinding gedung parlemen yang rusak di Kathmandu pada hari Selasa.
Durganah Dahal, sesama demonstran, menyerukan "Selama pemerintahan ini masih berkuasa, orang-orang seperti kami akan terus menderita. Mereka membunuh begitu banyak anak muda yang masih punya masa depan cerah. Mereka bisa saja membunuh kita semua. Kami akan terus protes hingga pemerintahan ini tumbang."
Apa respon politisi?
Sebelum mengundurkan diri, Perdana Menteri Oli menggelar pertemuan dengan seluruh partai politik, mengatakan bahwa tindak kekerasan tidak menguntungkan negara. "Kita harus mencari solusi lewat dialog damai," ujarnya.
Oli kembali menjabat sebagai PM Nepal untuk keempat kalinya dan dilantik pada 15 Juli 2024. Ia menjadi perdana menteri ke-14 sejak Nepal resmi menjadi negara republik pada 2008. Sebelumnya pada Senin Malam, dua menteri kabinet Oli telah mengundurkan diri terlebih dahulu dikarenakan alasan moral.
India, negara tetangga yang menampung ratusan ribu pekerja migran asal Nepal lewat keterangan resmi Kementerian Luar Negerinya menyatakan terus memantau situasi di Nepal dengan cermat,"Sebagai sahabat dan tetangga dekat, kami berharap semua pihak menahan diri dan menyelesaikan masalah melalui cara damai dan dialog," jelas kementerian tersebut dalam sebuh pernyataan resmi.
Kedutaan besar dari Australia, Finlandia, Prancis, Jepang, Korea Selatan, Norwegia, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat di Nepal juga mengeluarkan pernyataan bersama. Mereka menyatakan "prihatin atas kekerasan yang terjadi" dan menyerukan untuk semaksimal mungkin "menahan diri dari tindakan kekerasan”
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Sorta Caroline
Editor : Rizky Nugraha