Gejolak Politik Landa Pakistan
10 Oktober 2007Situasi keamanan dan politik di Pakistan menjadi tema komentar di sejumlah harian internasional. Harian Italia Corriere della Sera yang terbit di Milan dalam tajuknya menulis : Kawasan yang dikuasai kepala-kepala suku di Pakistan berada dalam situasi siaga penuh. Kawasan ini sejak berdirinya Pakistan tahun 1947 dikuasai para Mullah, yang berhasil memaksa pemerintah di Islamabad memberikan status otonomi luas. Kawasannya berupa pegunungan tinggi dan lembah-lembah curam, dengan desa-desa yang sulit didatangi, yang memungkinan hanya selusin anggota milisi bersenjata dapat memusnahkan satu resimen tentara. Bagi kelompok suku Pashtun di kawasan itu, tidak peduli dari bagian Pakistan atau Afghanistan, mereka memiliki kebencian yang sama terhadap presiden Pervez Musharraf di Pakistan, presiden Hamid Karzai di Afghanistan dan terutama terhadap presiden dan tentara AS.
Harian Belanda Trouw yang terbit di Den Haag dalam tajuknya berkomentar : Rakyat Pakistan menghendaksi demokrasi yang normal. Citra jenderal Pervez Musharraf tidak hanya negativ, tapi juga banyak positivnya. Musharraf berhasil menciptakan kembali stabilitas ekonomi, yang sejak beberapa dekade carut marut, gara-gara ketidak becusan dan korupsi yang dilakukan para politisi. Akan tetapi, di negara yang strategis penting seperti Pakistan, tidak dapat semua hal diletakan di bawah program perang melawan terorisme. Tahun ini, demonstrasi besar-besaran para hakim, pengacara dan kelompok lainnya menegaskan, bahwa rakyat menghendaki agar Pakistan kembali ke tatanan demokrasi yang normal. Peluangnya terbuka dengan menggelar pemilu parlemen yang jujur dan demokratis pada tahun depan.
Sementara harian Perancis Le Monde yang terbit di Paris dalam tajuknya berkomentar : Barat memiliki setumpuk alasan, untuk mengamati demokrasi bohong-bohongan di Pakistan, sebuah negara yang berada di kawasan yang tidak stabil. Untuk mempertahankan kekuasannya, Musharraf membawa konstitusi Pakistan ke arah yang sesat, yang memicu kemungkinan pecahnya kembali api peperangan. Jika Musharraf dikukuhkan lagi sebagai presiden, rakyat akan marah mengingat manipulasi hukum yang luar biasa. Akan tetapi, jika Mahkamah Agung membatalkan hasil voting di parlemen, Musharraf masih memiliki senjata ampuh, yakni dengan menetapkan situasi darurat militer. Sebab ia tahu persis, tetap akan mendapat dukungan dari Washington.
Dan terakhir harian Inggris The Independent yang terbit di London, menyoroti situasi keamanan di negara tetangga Afghanistan. Dalam tajuknya harian ini menulis : Misi di Afghanistan dapat memecah belah NATO. Penugasan NATO di negara Hinduskush itu menimbulkan ketegangan. Pada saat serdadu Inggris, Kanada dan Denmark terus berusaha menggempur Taliban di selatan Afghanistan, Jerman dan Italia menolak perang dan menyatakan tentaranya hanya bertujuan membantu pembangunan kembali. Sengketa itu menimbulkan citra buruk. Sejumlah komandan menilai, operasi di Afghanistan akan dapat memecah NATO.