Forum Katolik-Islam Berakhir
7 November 2008Pertemuan itu merupakan langkah besar dalam hubungan antara warga Kristen dan Muslim, bahkan bagi seluruh umat manusia. Demikian pendapat mufti besar Ceric, asal Bosnia. Kardinal Tauran yang berwenang dalam soal dialog antar agama di Vatikan menyebutnya sebagai pertemuan bersejarah. Penyelenggaraan konferensi yang dilatar-belakangi sengketa seputar karikatur Nabi Muhammad dan pidato Paus Benediktus XVI, ternyata membawa hasil yang tidak terduga. Para peserta Forum Katolik-Muslim itu merumuskan pernyataan yang mencakup 15 pokok. Diantaranya:
"Kami mengakui, bahwa umat Katolik dan Muslim sama-sama mengupayakan kasih-sayang dan keharmonisan di antara umat beragama dan di seluruh dunia. Mereka menolak segala bentuk penindasan, tindak kekerasan yang agresif dan terorisme, terutama bila itu dilakukan atas nama agama. Mereka menjunjung prinsip keadilan bagi semua." Demikian a.l. dikemukakan Ibrahim Khalim, salah seorang peserta konferensi. Jadi itu merupakan penolakan bersama terhadap fundamentalisme agama. Kardinal Jean-Louis Tauran mengatakan, hal itu tidak banyak didiskusikan. Dikatakannya: "Kami semua sependapat untuk mengatakan, tidaklah pada tempatnya untuk menggunakan agama sebagai pembenaran bagi tindakan teror. Semua punya pendapat sama."
Jurubicara pihak Islam adalah Ingrid Mattson, sebagai wakil dari masyarakat Islam Amerika Utara, yang mengatakan: "Kami merasa malu, bahwa agama yang suci dibawa-bawa sebagai alasan atau untuk membenarkan konflik yang terjadi."
Masing-masing pihak diwakili oleh 29 utusan yang selama tiga hari membahas dan saling mendengarkan tentang persamaan dan perbedaan kedua agama. Misalnya digunakan sebutan saudara-saudara katolik atau saudara-saudara muslim. Dalam pernyataan penutup dicantumkan pula tuntutan bagi persamaan derajat perempuan, pengentasan kemiskinan di dunia dan informasi yang benar di kedua pihak mengenai agama lainnya. Termasuk pula apa yang dikatakan Ibrahim Khalim, yaitu bahwa: "Keyakinan agama dan tradisi kelompok minoritas harus dihormati. Mereka juga berhak memperoleh tempat beribadah sendiri. Demikian pula sosok pendiri dan simbol-simbol keagamaan tidak patut dijadikan bahan ejekan."
Ini menyangkut sengketa karikatur Nabi Muhammad dan penting bagi warga muslim. Sebaliknya ke-58 peserta forum menuntut kebebasan beragama dan hak untuk menjalankan ibadahnya baik secara pribadi maupun secara terbuka. Bagi delegasi muslim itu merupakan kompromi besar yang dicapai, seperti dikemukakan Markus Solo dari dewan antaragama Vatikan: "Justru kalimat itulah yang dipersengketakan. Ada diskusi panjang lebar dan perjuangan, sampai bagian itu benar-benar dipertahankan. Karena itu luas dampaknya 'kan?"
Bagi delegasi Jerman, Rotraud Wieland pakar Islam pada universitas Bamberg dianggap penting bila hal-hal yang bertolak belakang dapat dibicarakan secara terbuka. Itu menciptakan rasa saling percaya. Dikatakannya: "Tentunya bukan merupakan hal yang lumrah, bahwa rumusan itu tercapai. Di lain pihak terdapat kesadaran bahwa dunia tumbuh semakin rapat, sehingga kita hanya dapat menang bersama, atau sama-sama kalah."
Saat menyambut para peserta konferensi, Paus Benediktus XVI mengimbau warga Kristen dan Muslim agar saling menghormati dan menghapuskan prasangka buruk. Dalam forum itu memang hanya dunia Islam moderat yang ikut ambil bagian, namun Ingrid Mattson dari Asosiasi Muslim AS mengemukakan: "Kami mewakili mayoritas luas dunia muslim. Dapat diyakini bahwa ini bukan hanya sekedar satu lagi konferensi, yang setelah beberapa hari akan dilupakan."
Disimpulkan bahwa yang diinginkan adalah hubungan yang substansial dan dialog diharapkan akan terus berlanjut. Forum serupa berikutnya akan diselenggarakan dua tahun lagi di sebuah negara Islam. (dgl)