F 11 Sepakat Bentuk Peta Hutan Dunia
13 Desember 2007Negara-negara hutan hujan tropis yang tergabung dalam F-11 seperti Indonesia, Brasil, Kongo, Gabo´n dan Papua Nugini sepakat untuk merancang Worldmap Kehutanan atau peta hutan dunia guna mempermudah aksi dalam menjaga kelestarian hutan dunia dari kasus deforestasi.
Rencana F-11 ini mendapat dukungan dari beberapa negara maju seperti Inggris, Jepang, Amerika dan Uni Eropa. Kesepakatan negara-negara F-11 ini tercapai dalam pertemuan negara-negara F-11 bersama negara-negara maju di sela-sela pertemuan PBB mengenai perubahan iklim di Nusa Dua, Bali. Bahkan negara anggota F-11 dan negara-negara maju sepakat untuk bertemu dalam suatu konferensi, namun waktu dan tempatnya belum ditentukan.
Menteri Luar Negeri Hasan Wirayuda mengungkapkan, negara F-11 dan negara maju juga sepakat untuk membangun kerjasama antara pemerintah dalam menjaga kelestarian hutan dunia. Hasan Wirayuda menegaskan, langkah ini ditempuh oleh negara-negara F-11 karena menilai pertemuan Bali dan protokol Kyoto belum mengakomodir upaya menjaga hutan dari ancaman deforestasi atau perusakan hutan.
“Sesuatu yang tidak mendapat tempat yang cukup penting pada konferensi tentang climate change dan juga Protokol Kyoto, semua melihat langkah-langkah mengatasi degradasi hutan menyetop deforestasi dan memajukan reforestasi akan memberikan kontribusi penting bagi upaya mengurangi emisi sekaligus juga meningkatkan karbon.” Demikian dikatakan Hasan Wirayuda.
Hasan Wirayuda menyebutkan kerjasama ini tidak hanya akan dilakukan antar pemerintah tetapi dapat juga antar lembaga ataupun instansi pendidikan. Wirayuda menambahkan kesepakatan ini akan langsung diberlakukan tanpa harus menunggu adanya kesepakatan baru ditahun 2012.
Di sisi lain, Menteri Kehutanan MS Kaban menyatakan, jika negara-negara maju mendukung langkah Indonesia dan F-11 dalam mewujudkan manajemen hutan yang berkelanjutan seharusnya negara maju memberikan kompensasi, sebab kelestarian hutan mempunyai korelasi dalam pengurangan gas emisi.
Kaban bahkan berharap kompensasi yang diberikan berlaku bagi semua jenis hutan. “Semua tipe hutan itu harus ada kompensasinya, seperti kawasan konservasi itu biodiversitynya, artinya banyak sekali dikawasan konservasi itu kandungan non timber yang punya nilai. Itu juga harus diberikan harga untuk dia punya nilai maka perlu ada transfer teknologi.”
Kaban mengklaim Indonesia kini telah mampu menurunkan angka kerusakan hutan dari 2,8 juta hektar pertahun menjadi 1,08 juta hektar pertahun. Atas keberhasilan ini pemerintah Norwegia telah menjanjikan alokasi bantuan dana mencapai 500 juta dolar Amerika Serikat tiap tahunnya.